fbpx
menanamkan jiwa rasulullah
Family & Parenting

Menanamkan Jiwa Rasulullah di Hati Anak, Kajian Bersama Ustadz Taufik Al Miftah

Assalamu’alaikum, Buibu. Welcome back to my blog. Tulisan kali ini berisi cara-cara menanamkan jiwa Rasulullah di hati anak. Well, sebenarnya ini adalah tugas para Ayah. Tapi tak apa, ya, Bu. Kita juga harus tahu ilmunya agar bisa bersama-sama mendidik anak yang mencintai Rasulullah dan menanamkan akhlak seperti yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.

Bagi diri kita sendiri, meneladani Rasulullah merupakan hal yang tidak mudah. Apalagi kalau harus menanamkannya di hati anak. Tapi, tidak mudah itu kan bukan berarti tidak bisa, ya. Sebagai orang tua kita mengemban tugas dalam melindungi dan menjaga anak-anak dari siksa api neraka. Maka sesulit apa pun itu kita tetap harus berusaha. Ya kali mau menyerah begitu saja? Harus yakin, sebagai madrasah pertamanya anak-anak, insya Allah kita bisa. 

Di dalam Al Qur’an telah diberikan contoh keluarga yang terdiri dari kombinasi beriman dan tidak beriman kepada Allah SWT. Nabi Nuh AS memiliki istri dan anak yang tidak beriman kepada Allah SWT hingga akhir hayatnya. Sementara Nabi Ibrahim AS memiliki ayah yang tidak beriman kepada Allah SWT, tetapi ibunya adalah wanita shalihah yang taat kepada Allah SWT. Dari contoh-contoh ini kita bisa melihat, seberapa besar pengaruh Ibu terhadap tumbuh kembang anak. Ibu yang baik dapat mencetak generasi yang baik pula. Masya Allah. That’s why, dalam menjalani peran sebagai Ibu, kita perlu banyak belajar. 

Okay, then. Berikut ini adalah rangkuman kajian bersama Ustadz Taufik Al Miftah di Masjid Nurul Yaqin, Tangerang, pada tanggal 12 Oktober 2023, dengan tema “Menanamkan Jiwa Rasulullah pada Hati Anak”

Pandangan Al-Qur’an Terhadap Anak

Anak adalah perhiasan bagi orang tua. Perhiasan yang sifatnya hanya sementara. Anak bisa juga menjadi fitnah atau ujian, tergantung bagaimana kita membesarkannya. Anak dapat membuat kita sedih, bodoh, pelit, bahkan pengecut. Anak bisa menjadi musuh bagi orang tua di akhirat kelak, jika semasa hidupnya tidak dikenalkan kepada Allah dan Rasul. Dan ada satu kabar gembira, bahwa anak bisa menjadi penyejuk mata dan hati orang tua (Qurrata A’yun)

Saya pernah menulis tentang pandangan Al-Qur’an terhadap anak, yang merupakan rangkuman kajian bersama Ustadz Abu Fida pada awal tahun 2023 ini. Isinya sama persis dengan yang disampaikan oleh Ustadz Taufik kemarin. Jadi, selengkapnya Buibu bisa klik link berikut : Posisi Anak bagi Orang Tua dalam Al Quran dan Mendampingi Anak pada Masa Pubertas. Di situ juga saya lampirkan do’a-do’a yang bisa dipanjatkan untuk anak dan keluarga. 

Selanjutnya, untuk menjadikan anak sebagai penyejuk mata dan hati orang tua, anak harus dididik dan dibimbing sebaik mungkin. Di sini lah perlunya menanamkan keteladanan Rasulullah SAW. 

Ustadz Taufik Al Miftah menyampaikan 3 cara untuk menanamkan jiwa Rasulullah di hati anak. Yaitu mengenalkan, memvisualisakan dan menanamkan dengan kesungguhan. 

Kenalkan Anak pada Rasulullah SAW

Tak kenal maka tak sayang, pepatah yang juga berlaku antara kita dengan pemimpin umat, Nabi Muhammad SAW. Yang istimewanya, semakin mengenal Nabi Muhammad SAW maka semakin terlihat keindahannya.   

Mengenalkan Nabi Muhammad SAW, sama halnya dengan memperdengarkan keindahan. Kalau kata Ustadz Taufik, jadilah marketing atas akhlak Nabi Muhammad. Terutama tentang kelembutan dan kasih sayang. Ustadz tidak menjelaskan secara rinci mengapa kedua sifat ini yang perlu dikenalkan lebih dulu. Tapi kalau dilihat dari usianya, anak-anak kan memang harus di-treatment dengan kelembutan dan kasih sayang, ya.

Ustadz Taufik memberikan salah satu contoh kelembutan Rasul dalam menghadapi orang Arab Badui yang tiba-tiba datang ke masjid dan di suatu sudutnya melakukan buang air kecil. Saat itu para sahabat Rasul merasa marah, tetapi tidak demikian dengan Rasul. Baginda Nabi justru mengatakan agar biarkan dulu orang itu menyelesaikan ‘urusannya’, yang secara logika bertujuan agar najisnya tidak ke mana-mana, cukup di satu tempat. Sesudahnya, yang disampaikan oleh Rasul adalah, “Wahai, Fulan. Ini adalah masjid, tempat shalat, tempat berdzikir, tempat tilawatil Qur’an dan majelis ilmu.” dengan sabar dan penuh kelembutan. Hingga Si Fulan pun mengerti, bahwa itu adalah masjid. Masjid adalah tempat shalat dan ibadah lainnya, bukan tempat buang air.

Dengan kelembutan yang memancar dari diri Rasulullah, menjadikan Fulan mengerti tanpa sakit hati. Beberapa waktu kemudian, Fulan kembali datang bersama orang sekampung yang semuanya ingin masuk Islam. Subhanallah.

Nabi Muhammad SWA tidak hidup di zaman yang sama dengan kita. Tetapi cerita hidupnya tertulis di dalam Al-Qur’an dan banyak referensi yang bisa dibaca dan membacakannya untuk anak-anak agar bertambah pengetahuannya tentang Rasulullah.

Jamaah Masjid Nurul Yaqin bersama Ustadz Taufik Al Miftah

Visualisasi

Memvisualisasikan apa yang sudah kita kenalkan tentang Nabi Muhammad, sebaiknya dilakukan sejak membangunkan anak di pagi hari atau di waktu subuh. 

Memvisualisasikan atau memberi contoh. Ini berat banget, sungguh. Kalau kita sudah mengenalkan tentang kelembutan Nabi Muhammad, terus kitanya masih suka marah-marah ke anak, kayaknya nanti pesannya jadi nggak sampai, ya? Haha. 

Nabi Muhammad membangunkan Aisyah dengan meniup mata kanan dan kirinya. Bagaimana dengan kita saat membangunkan anak? Buibu pasti tahu sendiri jawabannya. Mulai sekarang, semoga kita bisa membulatkan tekad untuk bersikap lembut kepada anak. Karena ini dampaknya besar sekali. Kalau kita lembut ke anak, pasti anak juga akan lembut kepada kita. Sebagaimana kita bersikap kepada orang lain, seperti itulah orang lain akan bersikap terhadap diri kita.

Kemudian, tunjukkan sikap-sikap terpuji lainnya. Bila kita melakukan kebaikan, perlihatkan kepada anak. Bukan bermaksud untuk riya, tetapi agar anak-anak menjadi saksi atas perbuatan baik kita dan dapat menirunya di kemudian hari. Contohnya, berbagi makanan kepada tetangga dan saudara, bersilaturahim, menjenguk orang yang sakit, dan lain-lain. Dan hubungkan semua nikmat yang kita terima, kepada pemberi nikmat itu sendiri, yaitu Allah SWT.

Menanamkan dengan Penuh Kesungguhan

Setelah dikenalkan dan diberikan contoh, kini saatnya menanamkan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan sungguh-sungguh dan ajarkan anak tentang konsekuensi. Karena setiap yang kita lakukan semasa hidup, pasti ada konsekuensinya. Ada penghargaan atas pelaksanaan kewajiban, serta hukuman atas pelanggaran yang dilakukan.

Penghargaan bukan berarti harus hadiah yang wah, ya. Hukuman juga bukan sesuatu yang melibatkan emosi. Semua harus bersifat mendidik. Dukung dan hargai anak untuk setiap proses yang dilalui dalam perjalanannya menjadi muslim sejati, pengikut Rasulullah SAW. Meskipun hasilnya belum sesuai harapan, tapi selalu lihat bagaimana prosesnya, ya, Buibu.

Kesimpulan

Alhamdulillah, sekian ringkasan kajian bersama Ustadz Taufik Al Miftah, yang merupakan salah satu Pembina di @terangjakarta. Menanamkan jiwa Rasulullah di hati anak memang bukan pekerjaan yang mudah. Tetapi sesulit apa pun itu, bukanlah sesuatu yang mustahil dilakukan. Anak adalah cerminan orang tua, bagaimana orang tua bersikap, seperti itulah anak-anak mengikutinya. Maka ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk menjadi teladan bagi mereka, dengan meneladani Rasulullah SAW.

Terima kasih, Buibu, sudah berkenan membaca blog ini. Semoga tulisan saya bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan mudah-mudahan kita semua diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam menjalankan tugas mulia ini, ya, Buibu. Tetap semangat.

Wassalamu’alaikum.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Aku Anak yang Berharga

October 17, 2023