fbpx
posisi anak bagi orang tua
Family & Parenting

Posisi Anak bagi Orang Tua dalam Al Quran

“Kalau bos kita nitipin anaknya sama kita, ini anak bandel banget, segala apa aja dibantingin, berani nggak Buibu marahin anak itu?” Pertanyaan tersebut mengawali kajian rutin di Masjid Nurul Yaqin, ketika Ustadz Abu Fida memulai dengan bahasan posisi anak bagi orang tua dalam Al-Quran. 

Sebuah pertanyaan yang semua juga tahu arahnya ke mana, tapi Buibu tetap dengan jujur menjawab : “Nggak!” Siapa pula ya yang berani marahin anaknya Bos? Hihi. 

Lalu Ustadz melanjutkan “Kalau anak sendiri bikin salah, Buibu marahin? Padahal anak kita adalah titipan Allah. Berani, ya, sama Allah?” Hmm, bagian yang ini… kita semua juga tahu, ya. Tapi masih saja dilakukan. Makanya, jadi Buibu itu memang selalu butuh pencerahan. Sense of belonging yang terlampau tinggi, menjadikan kita merasa sepenuhnya memiliki anak.

Tema kajian kali itu adalah “Mendampingi Anak pada Masa Pubertas”. Sebelum ke inti pembahasan, Ustadz menjabarkan terlebih dahulu bagaimana, sih, posisi anak bagi orang tuanya di dalam Al-Quran? Sehingga kita jadi punya gambaran bagaimana menghadapi situasi pengasuhan ketika anak memasuki usia puber.

Ok, kita langsung ke posisi yang pertama.

Anak Sebagai Perhiasan bagi Orang Tua

Anak bisa menjadi perhiasan bagi orang tuanya ketika mulai belajar menghafal Quran. Di alam akhirat, orang tua dari anak yang menghafal dan mengamalkan Al Quran akan memakai Taj atau mahkota yang bercahaya seterang matahari.

Di kehidupan dunia ini, kita tentu bangga jika anak bisa menghafal Quran. Tapi layaknya perhiasan, terkadang kita ingin menunjukkan keindahannya. 

Jangan terlena dengan rasa bangga tersebut, apalagi menyombongkannya. Karena bisa menghalangi anak mendapatkan pahala yang seharusnya, hingga bisa menghalangi diri kita sendiri untuk mencapai syurga. Naudzubillah. 

Niat anak menghafal Quran bisa berubah menjadi tidak tulus, akibat orang tua yang tidak memperlakukan “perhiasan” ini sebagaimana mestinya.

Anak Sebagai Musuh bagi Orang Tua

Waduh! Kok bisa, sih, anak jadi musuh orang tua?

Pada hari pengadilan yang sebenar-benarnya kelak di akhirat, ketika ada anak yang tidak shalih sedang dihisab, anak tersebut bisa tidak ridha dengan hasil hisab tersebut, karena penyebab ketidaksalihannya adalah kelalaian orang tuanya dalam mendidik. 

Maksud hati sibuk kerja sebenarnya hasilnya untuk anak-anak juga, tapi tetap, lho, bisa jadi tidak diridhai, bahkan jika itu adalah kegiatan menuntut ilmu agama. Karena telah mengesampingkan kebutuhan dan hak anak dalam pengasuhan dan pendidikan. 

Di sini juga diingatkan siapa yang harus berperan dan bertanggung jawab dalam pendidikan anak. Jika ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak, maka ayah adalah kepala sekolahnya. Jadi, Bapak-bapak, nih, yuk ikut berpartisipasi dalam tumbuh kembang dan pendidikan anak 😊

Anak Sebagai Fitnah atau Ujian bagi Orang Tua

Anak juga bisa menjadi fitnah atau ujian bagi orang tua. Salah satu contoh yang banyak ditemui adalah ketika orang tua diamanahi anak berkebutuhan khusus. Masya Allah. Ujian yang diberikan kepada orang tua terpilih. 

Tapi Buibu jangan sedih, tetaplah bersabar dan terus mengasihi anak seperti apa pun keadaannya. Anak berkebutuhan khusus itu istimewa. Saat hari hisab nanti, ia hanya akan ditanya satu hal “Apakah kau mengenal Aku (Allah)?” dan akan langsung dipersilakan masuk ke dalam syurga. Tetapi anak-anak ini akan menunggu sampai bertemu dengan Ayah dan Ibunya terlebih dahulu. Ia ingin masuk ke syurga bersama-sama. Subhanallah. 

Waktu dijelaskan ini rasanya air mata saya mau tumpah 😭

Anak-anak berkebutuhan khusus adalah para ahli syurga yang masih berjalan-jalan di muka bumi.

Anak Sebagai Penyejuk Mata dan Hati Orang Tua (Qurrata A’yun)

Akhirnya setelah posisi yang pahit-pahitnya, ada juga posisi yang bikin hati tenang. Yaitu penyejuk mata dan hati bagi orang tua. Bukan hanya kebahagiaan yang kita rasakan di dunia ini ketika diberikan keturunan, tetapi juga kebahagiaan di akhirat nanti. Qurrata A’yun bisa diartikan anak-anak shalih dan shaliha. Anak-anak yang do’anya terus sampai pada kita meski kita telah tiada.

Karena dari semua posisi anak bagi orang tua hanya ada satu saja yang dapat membahagiakan kita di akhirat, Ustadz Abu Fida berpesan agar orang tua fokus pada yang satu ini. 

Butuh effort yang besar untuk mendidik anak dengan kasih dan sayang. Apalagi ketika anak-anak memasuki masa pubertas. Untuk itu mendidik anak harus dilakukan secara berpasangan. Bangun team work yang baik antara Ibu dan Ayah dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang.

Buibu yang dirahmati Allah, demikian posisi anak bagi orang tua dalam Al-Quran yang disampaikan oleh Ustadz Abu Fida. Sebuah ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya, semoga juga dapat bermanfaat bagi Buibu semua, ya. Tetap semangat mendampingi anak-anak bersama suaminya, ya, Buibu

Lanjutan dari kajian ini ada di tulisan saya yang berjudul Mendampingi Anak pada Masa Pubertas.

Terima kasih atas waktu yang Buibu sempatkan untuk mengunjungi blog ini. Jika ada informasi lain terkait parenting yang mau dibaca-baca, silakan ke kategori Family and Parenting di blog Aifaloy.

Baca juga : Pentingnya Validasi Emosi pada Anak

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *