
Mendampingi Anak pada Masa Pubertas, Kajian Bersama Ustadz Abu Fida
Assalamu’alaikum, Buibu. Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul “Posisi Anak bagi Orang Tua” yang saya rangkum dari kajian bersama Ustadz Abu Fida. Sekarang topik utama yang mau dibahas adalah “Mendampingi Anak pada Masa Pubertas”.

Anak saya saat ini usianya 8 tahun. Masih beberapa tahun lagi menuju pubertas. Tapi nggak ada salahnya mempersiapkan diri sedari dini, agar nanti lebih siap menghadapi masa puber anak. Lagipula 3-4 tahun mendatang itu nggak terasa, deh. Nanti pasti tahu-tahu anak sudah makin besar.
Pada kajian ini Ustadz juga menjelaskan do’a-do’a untuk anak, bagaimana berdo’a yang benar, kapan waktunya dan di mana tempat-tempat yang paling mustajab untuk berdo’a. So, selamat membaca sampai selesai, yaa.
Ada 2 fase usia anak yang perlu dibedakan cara mendidiknya. Pertama, saat anak berusia di bawah 13 tahun dan yang kedua saat anak berusia di atas 13 tahun.
Mendidik Anak Usia di Bawah 13 Tahun
Pada fase ini, peran orang tua masih banyak mengenalkan tentang aturan, masih boleh melarang pakai kata “jangan”. Untuk larangan ini kalau ada yang berbeda pendapat silahkan, ya, Buibu. Saya sendiri menghindari kata-kata “jangan”, tapi bukan berarti jadi membolehkan segalah hal. Bisa dibilang mengganti kata “jangan” dengan kata-kata yang lebih positif.
Atau bisa juga menggunakan kata jangan untuk hal-hal yang sangat prinsipil.
Mendidik Anak Usia di Atas 13 Tahun
Lalu di fase kedua, anak memasuki masa pubertas. Pada fase ini orang tau bisa lebih banyak mengajak anak berdiskusi dan hindari melarang-larang. Lebih baik mengajaknya “berbicara” dan tanyakan pendapatnya.
Berdiskusi dengan anak dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS ketika mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail. Nabi Ibrahim pun terlebih dahulu menanyakan pendapat Ismail tentang perintah tersebut, sebelum melaksanakannya.

Jangan sungkan membicarakan hal-hal yang dianggap tabu pada anak usia remaja. Jangan sampai keingintahuan anak berakhir pada media yang kurang tepat. Tentu hal-hal yang berhubungan dengan pubertas, lebih baik anak tahu dari kita, kan, dibandingkan tahu dari teman-teman atau justru tontonan?
Mendampingi Anak pada Masa Pubertas
Mendidik anak baik yang masih kecil maupun yang sedang beranjak remaja, sama-sama menantang dan butuh kesabaran, ya, Buibu… Lalu, bagaimana, sih, cara kita mendampingi anak usia puber?

Orang Tua Shalih
Untuk mencetak generasi shalih, semua bermula dari diri orang tua. Shalihkan terlebih dahulu diri kita sendiri, sebelum membentuk anak menjadi anak-anak shalih. Seperti perintah Allah agar manusia beriman menjaga pandangannya, yang terdapat dalam surat An-Nur ayat 31.


Ada kalanya anak terlanjur melihat hal-hal yang tidak pantas. Orang tua jangan langsung memarahi. Tetapi, bicarakan secara baik-baik, beri penjelasan yang masuk akal dan pengetahuan yang mendukung dari banyak sumber disertai dengan dampak negatifnya.
Jika dirasa perlu penjelasan dari ahlinya, ajak anak-anak bertemu dengan dokter atau paikolog untuk mendapatkan penjelasan yang lebih detail. Hadeuh, kok ribet banget harus ke dokter segala? Ya, sampai sebegitunya tanggung jawab orang tua memfasilitasi anak dalam belajar.
Makanan dan Minuman yang Halal
Perhatikan makanan dan minuman, berikan kepada anak hanya yang halal. Bukannya yang syubhat (diragukan atau tidak jelas keadaannya), apalagi yang haram.

Bukan hanya dari segi makanan, ya, tapi harta yang kita peroleh dan gunakan untuk menghidupi keluarga, juga harus yang halal. Insya Allah, Buibu dan para suami yang dirahmati Allah, selalu menjaga prinsip ini di mana pun berada.
Hubungan dengan Orang Tua
Menjadi orang tua nggak bisa lepas dari orang tua kita sendiri. Karena kita pun merupakan anak dari Ibu dan Bapak kita, ya. Hubungan kita yang baik dengan orang tua, berpengaruh terhadap hubungan kita dengan anak-anak.

Jika hubungan kurang baik dengan orang tua, maka perbaiki. Termasuk pada Ibu dan Bapak mertua, ya, yang sampai kapan pun tetap akan jadi mertua meskipun pasangan telah berpisah (selamanya menjadi mahram).
Mendo’akan yang Terbaik untuk Anak
Yang terakhir, dampingi dan jaga anak-anak kita dengan mendo’akan yang terbaik. Menjaga lisan untuk tidak mengucapkan hal-hal buruk dan sumpah serapah yang ditujukan ke anak. Karena sumpahnya seorang Ibu bisa menembus langit.
Ini saya jadi ingat kata-katanya Aa’ Gym, kalau marah sama anak tetap ucapkan yang baik-baik, “Semoga kamu jadi orang shaleh!” 😊
Do’a untuk Anak dan Cara Mendo’akan
Adapun do’a yang bisa kita bacakan untuk anak shalih, ada banyak sekali. Di antaranya adalah yang terdapat pada surat Al-Furqon ayat 74, surat Ash-Shafat ayat 100 dan surat Ali Imran ayat 38.


Agar doa-doa kita diterima oleh Allah SWT, dan dimudahkan semua proses pengasuhan, lakukan beberapa hal berikut ini :
- Beramal shalih sebagai perantara untuk memohon pertolongan Allah atau yang disebut ber-tawassul
- Bertaubat atas kekhilafan yang pernah dilakukan dan bersyukur atas nikmat Allah.
- Bersabar dan menyerahkannya secara ikhlash kepada Allah SWT.
Waktu yang Mustajab untuk Berdo’a
Ada waktu-waktu yang memiliki keutamaan dalam memanjatkan do’a.
- Saat bersujud, di mana posisi manusia paling rendah di hadapan Allah.
- Setelah tahiyyat akhir, sebelum salam, setiap shalat.
- Pada hari Jum’at di waktu Ashar (antara adzan dengan iqomah).
- Ketika turun hujan lebat.
Selain itu ada tempat-tempat mustajab untuk memanjatkan do’a seperti di Masjidil Haram Mekah, Multazam (antara hajar aswad dengan pintu Ka’bah), Masjid Nabawi Madinah dan Raudhah di Masjid Nabawi.
Jangan berkecil hati jika belum berkesempatan untuk berdo’a di tempat-tempat tersebut. Yakinlah selalu Allah pasti mendengar do’a-do’a kita dan tetaplah berbuat baik.
Ustadz Abu Fida berpesan, agar kita nggak perlu jaim atau jaga image di depan anak. Kalau kita salah ya akui salah, minta maaf. Tujuannya agar tercipta kenyamanan di rumah. Nanti kalau anak punya masalah, mereka bisa langsung mencari kita, bukan ke tempat lain.
Semoga Allah mudahkan jalan kita dalam mendidik anak-anak shalih dan shaliha, ya. Mendidik yang penuh kasih sayang, mendampingi anak dengan ikhlas dan terpenuhi hak-hak anak. Sebagai salah satu bentuk menjaga ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Aamiin.
Alhamdulillah, terima kasih Ustadz Abu Fida atas ilmunya yang sangat mencerahkan. Dan terima kasih Buibu sudah membaca tulisan ini sampai selesai. Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada kita semua. Aamiin.
Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Wassalamu’alaikum.
