fbpx
Contest / Tips & Review

Menemukan Semangat Siti Salamah di Dalam Diri Kita

Ada salah satu teman saya yang giat sekali mengedukasi tentang sustainable lifestyle. Saya suka dengan foto atau video yang diunggahnya di media sosial, terkait isu hidup berkelanjutan. Jadi, teman saya ini menerapkan gaya hidup zero waste bagi dirinya dan juga anak-anaknya yang masih kecil. Diantaranya seperti pengelolaan sampah, minim penggunaan plastik dan berkelanjutan dalam fashion.

Darinya saya terinspirasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama dari segi pengelolaan sampah. Alhamdulillah, sejak pindah rumah setahun yang lalu, manajemen sampah di lingkungan baru ini lebih baik dibandingkan dengan di rumah lama saya. Karena di sini, sampah rumah tangga langsung diambil oleh petugas pengangkut sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.

Petugas-petugas ini menghimbau agar masyarakat memilah sampah sebelum menyerahkan sampah kepada petugas. Salah satu yang tertulis di bagian samping truknya adalah “Pilah sampahmu dan serahkan kepada petugas sesuai jadwalnya.” Jadi, warga memisahkan antara sampah organik dengan anorganik. Betul, di lingkungan kami belum ada yang mengelola sendiri sampah organik. Saya pun belum memulainya. Tetapi kami sudah mulai memisahkan sampah yang bisa didaur ulang. Petugas pun akan memberi tempat khusus untuk sampah jenis ini. Jika saya terlambat menyerahkan, biasanya saya menunggu Pemulung yang lewat depan rumah dan menitipkan apa yang telah saya pilah ini.

Setelah terbiasa memisahkan sampah, saya jadi memiliki keinginan untuk datang ke bank sampah. Yang bertujuan untuk menyerahkan sampah yang bisa didaur ulang ke tangan yang lebih tepat. Karena pesan teman saya tadi rasanya seperti terus terngiang di telinga. Setelah saya survey, di dekat rumah ada 2 bank sampah yang bisa saya jangkau sekitar 15 menit dan 30 menit berkendara.

Solusi Permasalahan Sampah

Belajar dari pengalaman teman saya yang sangat peduli terhadap lingkungan, saya melihat sesuatu yang spesial. Bahwa penanganan sampah butuh edukasi mendalam. Dimulai dari diri sendiri kepada lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Kemudian ke tetangga dan lingkungan sekitar hingga mencapai lingkup yang lebih besar. Karena kepedulian terhadap lingkungan, tidak bisa dilakukan sendirian. 

Di negara-negara maju, persoalan sampah sudah dikelola dengan sangat baik. Kalau kamu pernah nonton drama Korea, pasti sering melihat adegan memilah dan daur ulang sampah. Di lingkungan pemukiman atau apartemen, tempat sampah dibedakan berdasarkan jenisnya. Bukan hanya sebatas kewajiban pemerintah untuk menyediakan tempat sampah seperti itu, tapi juga menjadi kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Hari daur ulang biasanya ada jadwalnya, sehingga masyarakat tahu kapan harus menyiapkan sampah-sampah anorganik ini untuk diserahkan kepada petugas kebersihan.

Di Indonesia, masih sangat jauh dari itu. Jangankan memilah sampah menurut jenisnya, membuang sampah pada tempatnya pun masih butuh edukasi. Padahal kebiasaan ini seharusnya sudah tertanam sejak kita masih balita, kan? Sampai-sampai menimbulkan masalah lain seperti banjir karena saluran air yang penuh dengan sampah yang sulit terurai. 

Kalau ada orang yang mau mendedikasikam dirinya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah, saya akan merasa sangat sangat berterima kasih. Seperti Siti Salamah, pemilik hati mulia yang mencurahkan waktu dan tenaganya untuk hidup berkelanjutan. Penggagas Waste Solution Hub di Jurang Mangu Timur, Tangerang Selatan, yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban.

Siti Salamah dan Kepeduliannya Terhadap Pemulung

Sekilas sampah bagaikan sesuatu paling akhir yang kita pedulikan. Setelah memakan atau meminum sesuatu, kita membuang kemasan di tempat sampah dan melupakannya. Tanpa terbayang akan ke mana sisa plastik itu pergi nantinya dan siapa yang akan mengurusnya di kemudian hari. Itu dari sampah yang kecil. Bagaimana dengan jumlah sampah yang lebih besar? Misalnya saja sampah yang dihasilkan dari sebuah acara atau event tertentu?

Adalah para Pemulung yang berjasa membantu mengurangi terbuangnya sampah ke tempat pembuangan akhir. Karena di tangan pemulung, sampah plastik yang masih memiliki nilai jual tidak akan berakhir di sana. Melainkan sampah-sampah ini bisa berubah wujud menjadi sesuatu yang lain. 

Dan Siti Salamah adalah sahabat dari para pemulung di Waste Solution Hub. Karena dengan edukasi yang disampaikannya, telah menjadikan Pemulung lebih berdaya. Latihan Intensif Pemulung yang menjadi salah satu programnya, telah memberikan peluang dan keterampilan baru bagi para Pemulung. Program lainnya yaitu Pengelolaan Sampah Event dan cluster perumahan yang dilakukan dengan proses end-to-end untuk menambah nilai berkelanjutan. Selain itu, ada Program  Konsultan Berkelanjutan, untuk proyek less waste, bahkan zero waste.

Saya terharu sekali dengan upaya Siti Salamah dalam menyelamatkan sampah yang selama ini dinilai merusak lingkungan. Bahkan sampah-sampah ini dapat menjadi harapan baru bagi para Pemulung di sekitar Jurang Mangu Timur, Tangerang Selatan. Tentu bukan hal yang mudah, ya. Tetapi Siti Salamah terus konsisten sejak mendirikan Waste Solution Hub pada tahun 2019. Bahwa dengan melakukan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi dan melibatkan multi- pihak, dirinya menyakini dapat memberikan solusi terkait permasalahan sampah dan juga kondisi sosial khususnya di lingkungan kehidupan para Pemulung. 

Pada tahun 2021, Siti Salamah mendapatkan penghargaan, yaitu sebagai salah satu penerima Apresisasi SATU Indonesia Awards 2021. Ini merupakan sebuah kompetisi yang mengapresiasi para pemuda Indonesia yang dinilai memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, dalam bidang lingkungan, pendidikan, teknologi, kesehatan dan ekonomi/kewirausahaan. Kompetisi ini diselenggarakan oleh PT Astra International Tbk sejak tahun 2010 di mana setiap tahunnya peserta kompetisi terus meningkat.

Siti Salah menjadi salah satu penerima penghargaan bergengsi ini. Masya Allah. Seorang wanita muda yang memulai harinya di tengah-tengah tumpukan sampai hingga matahari tergelincir, rasanya pantas mendapatkan apresiasi setinggi ini. Bagaimana tidak, dari gagasannya ini  telah mengedukasi lebih dari 23.435 pengunjung. Tentu Siti Salamah tidak akan berhenti di situ. Masih ada puluhan ribu atau bahkan jutaan pengunjung lainnya yang perlu diberikan edukasi. 

Dokumentasi ASTRA. Waste Solution Hub membagikan 5.006 paket sembako kepada Pemulung pada masa pandemi Covid-19

Siti Salamah bersama lebih dari 1.222 Pemulung di sekitar Jurang Mangu Timur dan lebih dari 171 sukarelawan telah mengelola lebih dari 4.388 kilogram sampah. Terbanyang, kan, sebanyak apa jumlah ini jika terbuang sia-sia?

Untuk hidup berkelanjutan, Siti Salamah dengan Waste Solution Hub memiliki target 10.000 mitra Pemulung untuk mengelola sampah, menghasilkan setidaknya 1.000 produk daur ulang yang berdaya jual tinggi dan meningkatkan pendapatan Pemulung sampai dengan 100 persen. Selain itu, Siti Salamah menargetkan untuk mengembangkan lebih dari 10 area pusat daur ulang dan pembelajaran.

Bisakah Kita Menemukan Semangat Siti Salamah dalam Diri Kita?

Semakin bertambah usia, biasanya manusia makin serius memikirkan hari-hari ke depan. Termasuk memikirkan bagaimana generasi setelah kita akan hidup. Pemikiran ini sebenarnya tidak jauh-jauh dari isu lingkungan hidup. Bagaimana, ya, anak cucu kita ke depannya bisa hidup dengan baik, jika saat kita masih sehat segar bugar ini mengabaikan permasalahan sampah.

Siti Salamah telah memberikan contoh yang begitu nyata. Bahwa sudah seharusnya kita lebih peduli lagi terhadap pengelolaan sampah setidaknya di rumah kita sendiri. “Buang sampah pada tempatnya” sudah harus naik level menjadi “Upayakan minim sampah” atau “Kelola sampah dengan benar”.

Minimal kita memilah sampah menurut jenisnya, ternyata ini bisa membantu mengurangi banyak sampah dikirim ke pembuangan akhir. Ternyata sampah dari rumah kita bisa bermanfaat bagi Pemulung dan mensejahterakan mereka. Ternyata, sampah yang dipilah dengan baik dan benar, bisa berubah wujud menjadi sesuatu yang lebih berguna. Bukan tidak mungkin, benda-benda daur ulang ini pada akhirnya menjadi milik kita juga.

Ayo kita temukan semangat Siti Salamah di dalam diri kita, demi bumi yang lebih baik, dan masa depan generasi setelah kita lebih baik lagi.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *