Dear Saya, yang Tidak Bisa Menggambar
Seperti karakter Remi dalam novel “Perahu Kertas” karya Dee Lestari, saya juga paling iri dengan orang yang bisa melukis atau menggambar, karena saya tidak bisa menggambar. Huhu. Pernah mencoba belajar menggambar dengan media kertas, tapi karena belajarnya kurang konsisten jadi hasilnya nggak pernah ada progress. Besoknya ketika mengulang gambar yang sama saya harus nyontek dulu. Haha. Apalagi mau gambar dengan media yang lain mah, lupain dulu aja, deh.
Ya sudahlah, untungnya meski nggak bisa gambar tapi senang menulis. Saya bisa menuliskan cerita dari sebuah gambar. Jadi, seperti itulah yang saya lakukan sekarang. Pergi ke suatu tempat, foto, lalu ceritain di blog tentang foto itu.
Suatu hari saya kepikiran untuk punya sebuah ilustrasi yang unik, dengan memakai gambar diri saya sendiri. Akhirnya saya pesan gambar ilustrasi sama temannya keponakan saya yang jago gambar. Hasilnya, saya sukaaa. Memang, ya, kalau kita nggak menguasai suatu bidang, bukan berarti hidup ini akan berakhir. Kita masih bisa berkolaborasi dengan orang lain yang bisa memberikan apa yang kita mau.
Kalau dipikir-pikir selama ini saya ngeblog juga merupakan kolaborasi dengan berbagai pihak. Dalam hal gambar-menggambar saya sudah nggak pusing lagi karena ada berbagai tools yang bisa diajak kolaborasi.
Mengapa Harus Kolaborasi?
Mengapa harus berkolaborasi? Ya, kenapa nggak??? Kolaborasi adalah effort untuk melengkapi apa yang masih kurang dalam diri kita. Bisa menjadi langkah menuju sesuatu yang ingin dicapai dan mendatangkan banyak manfaat.
Kolaborasi dalam hal positif bisa menguntungkan semua pihak. Contohnya selama ini saya collab dengan suami dalam membesarkan blog ini. Saya yang mengisi kontennya, suami yang menjadi IT support-nya. Kadang dia juga menyumbang ide-ide untuk tulisan dan memberi masukan-masukan tentang konten yang saya buat. Untuk foto-foto sering kali suami menjadi fotografer saya. Keuntungan buat saya tentu saja blog ini jadi aktif. Keuntungan bagi suami saya, hmmm, apa ya? Saya jadi makin sayang mungkin, ya? LOL.
Kolaborasi dengan Siapa Jika Tidak Bisa Menggambar?
Kolaborasi bisa dilakukan dengan siapa pun yang memiliki keahlian tertentu. Karena kekurangan saya adalah nggak bisa menggambar apalagi membuat ilustrasi sendiri, maka saya berkolaborasi dengan aplikasi Canva. Haha.
Siapa pun yang menciptakan Canva, saya berterima kasih banget sama dia. Gara-gara dia sekarang saya jadi senang belajar desain karena template yang disediakan really inspiring dan mudah pula cara pakainya. Dari hasil belajar ini juga saya bisa terima pesanan desain. Senangnyaaa.
Selain itu saya juga pengin kolaborasi dengan ilustrator lain. Karena ilustrator yang saya ceritakan di awal itu nggak mau saya bayar. Jadinya saya nggak enak kalau mau minta dibuatin ilustrasi lagi. Sudah cari-cari sih di instagram ilustrator yang bisa saya ajak kolaborasi, tapi belum ketemu yang cocok. Tahun 2021 insya Allah bisa kerja sama dengan ilustrator untu konten blog. Haaa, I can’t wait!
Mungkin memang nggak semua hal bisa kita kuasai, ya. Bisa nulis dan fotografi tapi tidak bisa menggambar. Ada yang hebat dalam menggambar dan melukis, tapi dia nggak bisa masak. Yang jago masak juga ada yang nggak mengerti fotografi. Itulah diri kita dengan keterbatasannya. Setiap orang memang ditakdirkan unik dengan kemampuannya masing-masing.
Dear saya yang tidak bisa menggambar, satu hal penting yang bisa diterima dari kekurangan diri adalah : dengan kolaborasi berarti saya bisa fokus memikirkan hal lain, daripada ngotot pengin bisa gambar. Ya mungkin bisa saja, sih, tapi pasti butuh waktu yang cukup lama.
Terus sekarang melihat anak saya yang suka menggambar rasanya happy banget. Alhamdulillah dia nggak kayak ibunya yang cuma bisa gabar gunung, matahari terbit serta sawah dengan gubuk di tengahnya.
Kalau kalian gimana, gengs? Sudah pernah berkolaborasi dalam bidang apa, nih?
Baca juga : Belajar Doodling untuk Pemula