fbpx
Tips & Review

Tips Menempati Rumah Tanpa Gudang

Barang-barang berantakan, bertumpuk di sana-sini, rumah jadi nggak nyaman dan bikin nggak betah. Sumpek! Mungkin itu beberapa keluhan yang akan kita rasakan jika harus tinggal di rumah tanpa gudang. 

Apa iya manusia bisa hidup nyaman di rumah yang nggak ada gudangnya? Dulu saya kira itu mustahil. Secara, ya, di rumah saya yang lama gudangnya aja sampai ada dua!! Itu dikarenakan kakak saya punya banyak banget barang dan dia minta izin menyimpannya di gudang saya. Akhirnya saya bikin gudang baru lagi, merangkap ruang menyetrika. Hadeuh!

Saya ingat di sebuah acara talkshow bertema “Small Living Space” beberapa tahun lalu, narasumbernya yang bernama Adelya Vivin bercerita bahwa di rumahnya nggak ada gudang. Ah, masa, siiih? Saya follow instagram Adelya, rumahnya mungil seukurang 33 meter persegi, tapi rapi banget. Seperti semua perabotan yang ada di tempat tinggalnya itu memang benar-benar bernilai fungsi. Nggak ada barang yang jarang dipakai dan harus digudangkan.

Fungsi Gudang

Menurut KBBI, gudang berarti rumah atau bangsal tempat menyimpan barang-barang. Pada umumnya kita menggunakan gudang untuk menyimpan barang-barang yang jarang digunakan. Kadang barang-barang di gudang seolah terlupakan. Kita nggak menggunakannya lagi dalam waktu yang sangat lama, tapi juga enggan membereskan apalagi merelakannya.

Kalau dari artikel tentang arsitektur dan interior rumah, saya menemukan pendapat para ahli yang mengatakan bahwa gudang merupakan ruangan penting yang harus ada di dalam rumah, meski ukurannya kecil atau bahkan hanya memanfaatkan ruang kosong di suatu sudut, misalnya bawah tangga.

Rumah Saya adalah Rumah Tanpa Gudang

Saya setuju kalau rumah itu harus ada gudangnya. Karena di tempat inilah kita bisa menyimpan barang-barang yang sifatnya hanya digunakan sesekali, tapi sangat perlu. Misalnya, mesin jahit, vacuum cleaner, perkakas dan lain-lain. Peralatan tersebut jarang digunakan karena memang kebutuhannya nggak setiap hari. Bukan karena nggak berfungsi sama sekali. Dan tempat menyimpannya juga khusus, biar nggak menuhin tempat. 

Tapi kenyataannya, setelah pindah ke lingkungan baru saya justru tinggal di rumah tanpa gudang. Meleset dari rencana awal karena nggak ada ruang lagi yang bisa dijadikan tempat menyimpan barang. 

Belajar dari pengalaman di rumah sebelumnya, kami pindah rumah dengan nggak membawa banyak barang. Ditambah kenyataan rumah yang sekarang nggak ada gudangnya, makin lah saya sortir barang apa saja yang mau dibawa pindahan. 

Konsep Hidup Minimalis

Awalnya saya mengira hidup minimalis adalah hidup di rumah yang tertata rapi, bersih, terang. Seperti yang sering kali saya lihat di Pinterest. Mau banget punya rumah kayak gitu, tapi terlalu banyak yang harus dibereskan dan tentunya kudu beli barang-barang yang modelnya minimalis seperti di contoh. LOL. 

Tapi makin ke sini saya sadar akan arti konsep minimalis yang sebenarnya. Yaitu hidup dengan barang secukupnya. Jadi mau bagaimana pun bentuk rumahnya, seperti apa pun furniture yang dimiliki, kita tetap bisa menerapkan konsep minimalis.

“Baiklah, akan saya coba.” Pikir saya. Meski saya tahu ini nggak akan gampang.

Saya cukup selektif memilih barang-barang saat pindahan. Perabotan besar yang saya bawa adalah : lemari, tempat tidur, meja belajar, meja dan kursi makan, kulkas, mesin cuci dan rak besar. Sebelumnya saya nggak punya sofa atau kursi tamu, jadi pindah pun nggak beli kursi baru. Di sini juga ada beberapa furniture dari mama mertua yang masih bisa digunakan.

Ternyata pindah rumah dengan sedikit bawaan sangat menguntungkan. Pertama, saya nggak butuh waktu lama untuk beres-beres. Dalam waktu 3 hari alhamdulillah rumah sudah tertata rapi dan semua perabot sudah berada pada tempatnya. Setelah semua beres, lega rasanya karena kami nggak terlalu butuh gudang.

Manfaatkan Space yang Ada

Tentu saja saya punya barang-barang kecil yang kategorinya jarang digunakan. Dengan rumah tanpa gudang, saya bisa mensiasatinya dengan menyimpan barang tersebut pada space yang ada. 

Lemari

Kami punya sebuah lemari 2 pintu yang biasa digunakan untuk menyimpan barang-barang. Dulunya penghuni lemari ini kain-kain yang pernah saya gunakan saat masih aktif menjahit. Dan juga benda lainnya yang entah mengapa saya kumpulin sampai penuh. Benda tersebut sudah saya relakan dan sekarang lemarinya bisa saya manfaatkan untuk menyimpan tas, perlengkapan foto dan sebagian mainan anak.

Lemari pakaian suami saya juga masih ada space di bagian bawah, saya gunakan untuk menyimpan mesin jahit yang masih ada box-nya.

Dengan menyimpannya di dalam lemari, ruangan jadi lebih rapi. Terinspirasi dari desain rumah di pinterest (lagi-lagi) yang memiliki storage di lemari dinding. Rumah mereka bahkan nggak kelihatan seperti ada lemarinya. 

Rak Besar

Ada juga rak besar yang kami bawa dari rumah lama, ukurannya 80 x 40 x 180 cm dan memiliki 4 ambalan. Sejak dulu rak ini jadi tempat menyimpan mainan dan stationery. Bukan rak estetik, tapi saya berusaha meletakkan setiap benda dengan rapi di rak ini agar mudah saat mencari sesuatu.

Sudut Kamar

Di kamar saya ada sudut kecil antara lemari dengan pintu. Ukuran space-nya sekitar 50 x 75 cm. Di tempat ini saya meletakkan keranjang baju kotor, bersebelahan dengan box vacuum cleaner. 

Di Bawah Bak Cuci Piring

Dapur saya belum ada kitchen set-nya, sehingga bagian bawah bak cuci piring dan bawah kompor masih terbuka, kelihatan semua isinya. Selain peralatan dapur yang ditata rapi, saya juga meletakkan perkakas di sini.

Awal pindah rumah, rasanya saya benar-benar nggak butuh gudang. Tapi lama kelamaan, ada barang-barang baru yang dibeli, rasa-rasanya kok jadi butuh juga, ya. Eits, tunggu dulu! Sebaiknya saya pilah lagi, pasti ada barang-barang lama yang sudah tak terpakai karena sudah tergantikan dengan barang baru, atau karena memang sudah nggak bisa digunakan lagi. 

So, saatnya berbenah kembali dan menjadikan rumah lebih lega lagi.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *