
Di Tempat Kamu Lato-lato Masih Ramai, Nggak?
Hai, Buibu. Di lingkungan tempat tinggalnya, Lato-lato masih ramai, nggak, sih? Mungkin agak basi kalau mau ngomongin Lato-lato sekarang. Soalnya di tempat saya sudah mulai sepi pemain. Waktu awal-awal mainan ini viral, saya nggak ada niatan sama sekali untuk menulisnya di blog. Setelah banyak kejadian cedera yang dialami anak-anak yang bermain Lato-lato, saya hanya mengikuti beritanya saja dan masih belum tergerak untuk menulis.
Sampai akhirnya…
Minggu lalu anak saya sakit dan saya membawanya ke Puskesmas. Pas juga momennya dengan diri saya sendiri yang nggak enak badan dan nyeri lambung. Pergilah kami berdua berobat ke Puskesmas dekat rumah. Selagi menunggu antrian di Poli Umum, terdengar suara Lato-lato yang dimainkan oleh seorang anak perempuan, usianya sekitar 8-9 tahun.
Saya agak mengeluh, “Nggak bisa nanti aja kah itu mainnya? Ini Puskesmas, lho.” hanya bicara sendiri, menggerutu.
Beberapa menit kemudian, anak itu duduk lebih dekat dengan saya. Kami terpisah 2 pasien saja, yang mana suara Lato-latonya jadi makin mengganggu karena jarak kami kian dekat.
Setelah saya putuskan untuk pindah tempat duduk, terlihat seorang Bapak sedang merayu Si Anak, agar menyimpan main yang suaranya memekakan telinga itu. Tapi anaknya nggak mau, Gaes.
Suara Lato-lato yang Menembus Batas
Suara lato-lato tuh menembus batas hingga menusuk sanubari. Apalagi kalau mendengarnya di saat saya sedang butuh konsentrasi, atau sedang nggak enak badan. 😞
Hari itu di Puskesmas, banyak banget pasien yang akhirnya merasa nggak nyaman. Tapi nggak ada juga yang mau menegurnya. Sayangnya nggak ada satu petugas pun yang melarang permainan Lato-lato di Puskesmas. Mungkin semuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Dokter di Poli Umum juga merasa terganggu. Tapi karena banyak pasien, dokter dan suster yang bertugas lebih fokus melayani pemeriksaan dan pengobatan. Sambil memeriksa, dokter sempat bercerita “Waktu itu ada pasien anak-anak, Bu. Datang ke saya dengan tangan yang patah, akibat terkena Lato-latonya sendiri.” Katanya sambil menunjuk pergelangan tangan agak ke atas sedikit.
Mendengar cerita tersebut, saya merasa ngilu. Cedera karena kecerobohan sendiri bisa saja terjadi. Tapi kasus Lato-lato ini terlalu sering!

Bagaimana Orang Tua Menyikapi Permainan Lato-lato?
Dari cerita dan obrolan dengan teman-teman, rata-rata merasakan Lato-lato ini meresahkan sekali. Di circle saya, jarang banget ada orang tua yang ngebolehin anaknya main Lato-lato. Ada yang sempat membolehkan untuk beli, tapi dua hari kemudian langsung disita karena terlalu mengganggu dan berbahaya.
Memang kebijakan orang tua sangat diperlukan di sini. Bukannya nggak mau memfasilitasi kreativitas anak, tapi coba lihat lagi mana yang lebih dominan dari permainan ini. Apakah lebih banyak manfaatnya, atau bahayanya?
Belum lagi suaranya yang mengganggu kenyamanan orang lain. Kita nggak tahu apa yang sedang dialami seseorang pada saat suara Lato-lato anak kita tak-tek-tak-tek nggak kenal waktu. Bisa saja sedang bekerja, sedang butuh konsentrasi, sedang belajar, sedang sakit atau stress. Bahkan kalau kita lagi nggak ngapa-ngapain pun, rasanya keberatan banget kan mendengar suara berisik seperti itu?

Kembali ke Puskesmas…
Sebenarnya, meskipun nggak ada petugas Puskesmas yang turun tangan, masih ada kedua orang tua anak kecil tadi. Ibu dan Bapaknya ada di sana. Setelah nggak berhasil membujuk anak untuk menyimpan mainannya, sepertinya nggak ada tindak lanjut lagi.
Saat menunggu obat-obatan, saya duduk dekat mereka. Pelan-pelan saya bilang ke anaknya, “Tolong jangan dimainin, ya. Berisik, banyak yang lagi sakit, nih.” Entah anak itu berpikir apa tentang saya. Dia hanya memandang bingung sebentar, lalu menoleh. Dan belum sampai semenit, dia sudah memainkan lagi Lato-latonya. Dengan sangat nggak hati-hati, tanpa memperhatikan sekitarnya, hampir saja Lato-lato tersebut mengenai wajah saya.
Gawat.
Saya dan Hammam pun memilih duduk di tempat lain, di bagian pendaftaran. Alhamdulillah, nggak lama setelah itu nama kami dipanggil. Urusan saya sudah selesai di sana.
Menurut Buibu, kalau berjumpa dengan situasi seperti tadi sebaiknya apa yang harus dilakukan, ya?
Baca juga : Pentingnya Validasi Emosi