fbpx
Travel & Culinary

Bus Transjakarta dan Kisah Perjalanan Menuju Rumah

Hidup kita ini sungguh banyak kisahnya. Dimulai dengan alarm yang hampir tak terdengar bunyinya karena terlalu lelap tertidur, persiapan pagi hari yang sungguh sibuk, petualangan mencari rezeki di siang hari, hingga kisah perjalanan kembali ke rumah. Ada yang memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berdesakan di dalam bus atau kereta. Ada pula yang sudah terbiasa menggunakan jasa taksi atau ojek online untuk mengantarnya sampai ke tujuan.

Saya? Adalah kombinasi keduanya. Bus Transjakarta merupakan moda transportasi yang lebih sering saya gunakan sejak Koridor 13 Blok M – Ciledug dibuka dan diresmikan pada bulan Agustus tahun 2017 lalu. Sebelumnya nggak pernah nyangka bakal ada moda transportasi modern begini di Ciledug Raya. Secara pribadi saya sangat menyambut gembira kehadiran Transjakarta di wilayah tempat tinggal saya ini. Sebagian warga Ciledug pasti juga menyambutnya dengan suka cita. Tapi entahlah dengan sebagian yang lainnya, karena masih banyak banget kok yang lebih memilih kendaraan pribadi baik itu kendaraan roda empat apalagi roda dua. Bagi yang masih alergi sama transportasi umum, kalian harus baca ini sampai selesai, sih!

bus transjakarta
Bus Transjakarta usai menurunkan penumpang di Halte Adam Malik

Ciledug Sebelum Hadirnya Transjakarta

Ibukota itu keras. Ciledug, lebih keras!

Saya membaca tulisan itu pada sebuah meme yang saya dapat di grup chat beberapa tahun lalu di blackberry messenger. Sekali membacanya saya kontan tertawa sekaligus mengerti, bahwa kerasnya Ciledug pasti berkaitan dengan kemacetan jalan raya. Pikiran saya melayang pada masa-masa semrautnya Jalan Ciledug Raya, terutama di daerah Cipulir. Di awal tahun 2000 saya adalah seorang pelajar yang harus menempuh jarak ke sekolah minimal selama 1 jam di perjalanan. Rutinitas pulang sekolah bagai mimpi buruk jika harus melewati lokasi termacet ini.

Keluar masuknya kendaraan di Pasar Cipulir, para pedagang yang kerap berjualan hingga pinggir jalan, pembeli yang hilir mudik menyeberang jalan, angkot dan metro mini yang kebiasaan main serobot jalan berlawanan arah. Ahhh, nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Cuma bisa bersabar di dalam angkot yang penuh sesak, dengan keringat membasahi sekujur tubuh. Kadang kalau macetnya kebangetan, mau nangis rasanya.

Bisa dibilang kondisi jalan saat itu menjadi salah satu alasan saya memutuskan untuk berkuliah di tempat yang nggak terlalu jauh dari rumah. Trauma banget macet-macetan di jalan, lelah! Sering kali saya dan teman-teman lebih memilih berjalan kaki sampai titik kemacetan berakhir. Jangan ditanya bagaimana capeknya. Belum lagi capek hati melihat supir angkutan umum yang ugal-ugalan dengan driving style suka-suka yang bikin penumpang ngeri, merasa nyawanya dipertaruhkan.

Di masa itu Ciledug sungguh terkenal dengan macetnya. Hanya pemberani yang mampu datang ke tempat ini dengan kesabaran tingkat nasional. Sampai sekarang mereka yang dulunya pernah sesekali melewati jalur ini masih ingat betul bagaimana dirinya dibuat kapok. Ada pula yang mengira bahwa Ciledug masih se-ekstrim itu. Sepertinya dia mengalami trauma yang mendalam, ya.

Kemudian babak baru pun dimulai. Ketika Transjakarta resmi melebarkan sayapnya hingga ke perbatasan antara DKI Jakarta dengan Kota Tangerang ini. Karena pada kenyataannya pembangunan jalur busway yang berlangsung selama kurang lebih 2 tahun itu memiliki dramanya sendiri. Sudah pun kondisinya selalu macet, ditambah pembangunan jalan layang, lagi. Selama 2 tahun itu pula kami makin berjuang menghadapi lebih kerasnya Ciledug Raya dan untuk kembali pulang ke rumah adalah sebuah perjalanan yang lebih panjang dari biasanya.

Harapan pada Transjakarta Sejak Koridor 1 Dibuka

Transjakarta adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta, Indonesia. Sistem ini didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas ibu kota yang sangat padat. Transjakarta merupakan sistem BRT dengan jalur lintasan terpanjang di dunia (230,9 km), serta memiliki 243 stasiun BRT (sebelumnya disebut halte) yang tersebar dalam 13 koridor (jalur), yang awalnya beroperasi dari 05.00 – 22.00 WIB, dan kini beroperasi 24 jam di sebagian koridornya

Wikipedia

Transjakarta pertama kali beroperasi dengan rute Blok M – Kota (Koridor 1) pada tanggal 15 Januari 2014, saat itu saya tengah menjalani perkuliahan smester 4. Sempat beberapa kali janjian sama teman-teman untuk menjajal moda transportasi baru yang katanya modern ini, karena gratis selama 2 minggu. Sayang, semua itu hanya wacana belaka. Baru bisa merasakan naik Transjakarta malah setelah lulus kuliah tahun 2006. Rasanya yaaa ada norak-noraknya, lah.

Saya nggak merasakan suasana Jakarta ketika jalur busway dibuat ketika itu. Baru berasanya ketika Koridor 8 mulai dibuat untuk rute Lebak Bulus – Harmoni Sentral yang melewati sepanjang jalan arteri sekitar tahun 2008-2009. Saat itu saya adalah seorang pegawai yang berkantor dekat dengan Jalan Raya Panjang. Kemacetan panjang pun tak terhindarkan selama pembangunan jalur busway di area ini. Bahkan sempat ada seseorang yang saya kenal bilang begini “Di mana-mana dibikin jalur busway, memangnya semua orang mau pergi atau pulang ke Jalan Sudirman, apa?”

Kadang kita judging sesuatu sebelum melihat hasilnya. Tapi saya selalu memiliki harapan bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Kementerian Perhubungan Republik Indonesia akan membawa dampak yang baik kedepannya. Mengingat Kota Jakarta saat ini sangat memiliki daya tarik dan semua orang seperti ingin mencicipi gemerlapnya, maka sistem transportasi yang baik menjadi syarat yang harus terpenuhi untuk mendukung mobilitas masyarakat kota.

Sepuluh tahun yang lalu saya nggak pernah terpikir bahwa Transjakarta akan melintas di Ciledug, mengingat kondisi jalan yang nggak mungkin dibagi lagi untuk jalur busway. Tapi ternyata membuat jalan elevated (layang) bisa dijadikan solusi. Jadi selama ini saya memang nggak salah berharap :)

Sudahkah Kita Mengenal Transportasi Umum Secara Lebih Dekat?

Tak kenal maka tak sayang.

Pepatah lama ini berlaku juga untuk sistem transportasi yang tersedia di kota kita. Setiap orang di semua kalangan pasti sudah tahu apa itu transportasi umum. Tapi apakah kita sudah benar-benar mengenalnya lebih dekat? Seperti apakah kendaraan umum yang bisa kita manfaatkan saat ini? Bagaimana tingkat keamanan dan kenyamanannya serta apa saja fasilitas yang terdapat di dalamnya?

bus transjakarta
Bus Transjakarta Koridor 13

Setidaknya ada tiga tipe pengguna transportasi umum berdasarkan pengamatan saya. Yaitu mereka yang nggak punya kendaraan, mereka yang punya kendaraan tapi nggak berani atau malas nyetir jauh-jauh, dan mereka yang lebih peduli kepada lingkungan dan berusaha untuk menjaga bumi ini dengan mengurangi polusi udara.

Sementara itu ada beberapa alasan yang dikemukakan pengguna kendaraan pribadi, mengapa mereka enggan menggunakan transportasi umum. Yaitu dengan kendaraan pribadi terutama sepeda motor akan bisa lebih cepat sampai tempat tujuan. Ada juga mereka yang malas baik itu terkait segala keribetan prosedur naik bus/kereta, bahkan ada yang malas berada di dalam bus atau kereta yang sempit. Alasan berikutnya adalah nggak mengerti caranya naik kendaraan umum yang harus tap-tap e-money, bagaimana isi ulangnya, cek saldonya, cara pakainya, ditambah lagi nggak ngerti juga harus turun di mana. Dan khusus rute Blok M – Ciledug ada juga yang beralasan “takut” karena jalan layangnya terlalu tinggi apalagi ketika harus melewati jalan layang tol JORR di Petukangan, penyeberangan antara Pasar Cipulir dengan WTC Cipulir, jalan layang Pasar Kebayoran Lama dan jalur MRT di CSW.

Alasan-alasan tersebut tentunya di luar dari alasan prestige atau gengsi, ya. Kalau soal ini sudah nggak usah diperdebatkan lagi karena sudah menjadi pilihan masing-masing individu. Jadi saya cuma mau mengajak berkenalan lebih dekat dengan transportasi umum khususnya Transjakarta khusus bagi teman-teman yang memiliki alasan selain gengsi itu tadi.

Jadi sebenarnya saya sangat sangaaat ingin merekomendasikan untuk menggunakan transportasi umum dalam aktivitas sehari-hari. Karena nggak seribet dan semengerikan yang orang-orang bayangkan, kok. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia sudah menjalankan programnya sedemikian rupa dengan standar tertentu agar penumpang merasa nyaman dengan segala fasilitas serta berbagai kemudahan aksesnya. Malah karena terbiasa ke mana-mana naik Transjakarta saya jadi pening duluan kalau membayangkan harus bawa motor sendiri ke suatu tempat yang cukup jauh.

Keunggulan Transportasi Massal

Sebelumnya saya pernah menulis tentang Manfaat Menggunakan Transportasi Umum. Di artikel tersebut ada data dari Badan Pusat Statistik bahwa jumlah kendaraan di Jakarta pada tahun 2014 adalah sebanyak 13.084.372 untuk sepeda motor dan 3.266.009 untuk mobil penumpang. Lalu saya baru cek angka terupdatenya, di tahun 2016 jumlah sepeda motor di Jakarta mencapai 13.310.672 dan mobil penumpang sebanyak 3.525.925.

kemacetan lalulintas
Kemacetan lalulintas. Macet meski di jalan tol.

Dengan angka yang segitu banyak maka nggak heran lagi dong kalau Jakarta identik dengan kata macet. Belum lagi kendaraan-kendaraan yang berasal dari kota-kota pendukung termasuk masyarakat Ciledug yang bekerja di Jakarta. Jadi, ayolah, gengs. Sudah saatnya banget nih kita beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal.

Baik itu Transjakarta, Commuter Line dan MRT atau LRT memiliki keunggulannya masing-masing. Transjakarta lebih menjangkau daerah-daerah yang lebih terpencil, Commuter Line dapat mengangkut lebih banyak penumpang dan MRT/LRT yang merupakan kereta cepat unggul dalam efisiensi waktu. Namun secara umum ketiga jenis moda transportasi massal ini memiliki keunggulan sebagai berikut :

  1. Tarif lebih murah. Transjakarta memberlakukan tarif flat Rp 3.500 per penumpang. Tarif LRT juga direncanakan flat sebesar Rp 12.000. Sementara transportasi massal lainnya tarif diberlakukan berdasarkan jarak tempuh yaitu antara Rp 3.000 – Rp 6.000 untuk Commuter Line, Rp 4.000 – Rp 14.000 untuk MRT. Wait, itu nggak salah tarifnya ada yang Rp 12.000 dan Rp 14.000. Koh mahal? Nggak, kok. Harganya sudah disesuaikan dengan jarak tempuh dan efisiensi waktu.
  2. Terjadwal dan tepat waktu. Jadwal Transjakarta, Commuter Line dan MRT saat ini bisa dipantau melalui aplikasi Traffi. Sebelum berangkat pastikan mengeceknya terlebih dahulu untuk jadwal yang lebih akurat. Selama nggak ada kendala di jalan raya atau perlintasan, jadwal biasanya on time. Jika ada kendala akan diberitahukan melalui social media seperti twitter.
  3. Terintegrasi dan mudah dijangkau. Dengan bus Transjakarta kita hanya perlu transit di halte tertentu jika ingin pergi lebih jauh, begitupun dengan Commuter Line. Sekarang sudah tersedia bus pengumpan Transjakarta, yaitu bus-bus kecil yang menjangkau lebih dalam ke suatu tempat. Kedepannya moda transportasi yang satu dengan lainnya juga akan diintegrasikan, seperti Transjakarta dengan MRT.
  4. Bersih dan nyaman. Setiap unit transportasi massal beroperasi dalam keadaan bersih sehingga penumpang akan merasa nyaman. Bukan hanya di dalam kendaraan, stasiun dan halte pun selalu dibersihkan oleh petugas demi kenyamanan calon penumpang.
halte bus transjakarta
Selepas hujan halte bus Transjakarta Tendean langsung dibersihkan oleh petugas kebersihan.
naik transjakarta
Layar LCD menampilkan jadwal bus Transjakarta di halte bus yang juga bisa dicek melalui aplikasi Traffi.

Berhubung Transjakarta adalah moda transportasi favorit saya, mari kita membahasnya lebih dalam, gengs. Bukan hanya ditujukan buat para tetangga saya warga Ciledug dan sekitarnya, tapi bagi kalian semua di mana pun kalian berada yang sudah melabeli diri sebagai masyarakat perkotaan tapi belum pernah menjajal naik busp Transjakarta.

Perjalanan Aman dan Nyaman dengan Transjakarta

Setiap pagi ketika harus keluar rumah untuk urusan pekerjaan mungkin langkah kita akan terasa berat. Berat harus meninggalkan si kecil bersama orang tua atau pengasuh, berat pula karena harus menghadapi tugas-tugas yang tak berkesudahan. Tapi yang saya rasakan, kembali pulang ke rumah adalah perjalanan paling berat. Berat menahan lelahnya tubuh ini, sementara kondisi jalan masih macet sejauh mata memandang.

Di dalam bus ada penumpang yang beruntung sekali bisa duduk nyaman di bawah hembusan AC yang bertiup lembut, menjadikan mata-mata itu ingin terlelap. Ada pula penumpang yang harus bergegas pulang, meski bus sudah penuh tetap ingin naik demi bisa lebih cepat bertemu dengan keluarga. Tangan-tangan mereka yang sepanjang siang tadi bekerja tak kenal lelah, kini bergelayutan pada pegangan yang menggantung berbaris pada besi-besi penyangga di dalam bus.

naik transjakarta
Saat pertama kali naik bus Transjakarta tahun 2006 yang lalu, pegangan di dalam bus belum sebagus ini, lho. Dulu talinya nggak permanen jadi mudah bergeser ke sana-sini. Hehe.

Jika kebagian bus yang kosong saya otomatis akan langsung menuju tempat duduk di depan, tepatnya area khusus penumpang wanita. Jika bus penuh biasanya saya akan mojok di dekat pintu bus yang bisa bergeser atau melipat otomatis saat menaik-turunkan penumpang. Kadang saya membayangkan bisa sebentar saja duduk di kursi berwarna abu-abu dengan jok kulit berwarna biru itu, demi mengurangi rasa pegal di kaki ini.

naik transjakarta

Tapi saya tetap bersyukur karena masih bisa merasakan AC yang dingin dan jalur busway yang khusus untuk bus Transjakarta ini menjadikannya bisa melaju lebih cepat. CCTV di beberapa titik di langit-langit bus juga membuat saya merasa lebih aman karena dapat mencegah tindak kejahatan di dalam bus. Meski di jendela telah terpasang stiker larangan berbuat asusila tetap saja harus ada tindakan pencegahan terlebih dahulu, kan?

Perjalanan pulang sering kali menyentuh hati, ketika ada penumpang yang menawarkan tempat duduk bagi mereka yang lebih membutuhkan tanpa harus diminta oleh petugas. Kursi prioritas dengan jok berwarna merah tersedia di setiap ruas di dekat pintu masuk. Tapi tentu itu nggak cukup, makanya sering banget ada penumpang berbaik hati memberikan kursinya kepada lansia, penyandang disabilitas, ibu hamil dan ibu dengan balita.

priority seat
Foto stiker ini diambil ketika bus berhenti di halte Cipulir, sebuah tempat yang dulu paling saya hindari.

Ada juga kursi yang bisa dilipat, untuk memberi ruang bagi penumpang yang menggunakan kursi roda.

naik transjakarta

Kemacetan lalu lintas saat ini memang belum sepenuhnya tertangani. Makanya saya nggak sanggup jika harus bawa kendaraan sendiri dan lebih memilih naik Transjakarta. Sudah jelas lebih santai, lebih adem, lebih murah banget dan lebih cepat sampai di rumah.

Kalian tahu nggak, sih? Dulu dari rumah saya untuk bisa sampai di Kebayoran Lama itu butuh waktu setidaknya satu jam karena macet. Sekarang? Dengan bus Transjakarta yang jalurnya khusus lewat atas, nggak sampai 20 menit sudah bisa tiba di sana. Ke Tendean juga cuma 30 menit dari Halte Adam Malik. Efisien banget pokoknya.

Sepertinya pilihan saya memang sudah tepat, nih :)

Ke Mana Transjakarta Akan Membawamu?

Dengan Transjakarta kita bisa ke mana saja selama masih berada dalam trayek atau istilahnya koridor. Saat ini Transjakarta memiliki 13 rute (Koridor 1-13) yang saling terintegrasi. Satu koridor bisa melayani beberapa tujuan perjalanan, seperti koridor 13 yang memiliki 6 rute dari Ciledug, yaitu Blok M, Pancoran, Tosari, Ragunan, Kuningan dan Kampung Melayu.

Dengan tarif flat Rp 3.500 jarak terjauh yang pernah saya tempuh adalah ke Ancol dengan lama perjalanan sekitar 2 jam dari halte Adam Malik naik jurusan Kampung Melayu (bus nomor 13F) kemudian transit di halte Bidara Cina, selanjutnya naik bus nomor 5A jurusan Ancol. Mau lebih jauh lagi? Bisa, kok. Ke Depok atau Bekasi misalnya. Kalau nggak tau harus naik bus nomor berapa silakan ditanyakan kepada petugas, baik petugas Transjakarta yang ada di dalam bus maupun petugas di halte. Para petugas ini telah dibekali pengetahuan seputar rute seluruh bus Transjakarta.

Pada saat transit penumpang nggak akan dikenakan biaya lagi untuk perjalanan selanjutnya. Selama kita nggak keluar dari halte maka nggak perlu bayar lagi. Dan ketika transit memang kita hanya turun dari bus lalu menunggu sampai bus tujuan berikutnya datang. Jadi memang nggak perlu keluar halte.

Di koridor 13 ada satu halte yang sampai saat ini belum dibuka, yaitu halte CSW. Menurut salah satu petugas Transjakarta bernama Bapak Helmi Hidayat yang saya temui di halte Adam Malik, halte CSW saat ini masih dalam tahap persiapan kelengkapan operasional. Nantinya halte ini akan terintegrasi dengan stasiun MRT ASEAN yang berada di Jalan Sisingamangaraja.

petugas transjakarta
Petugas di halte Transjakarta, Bapak Helmi Hidayat

Wow, jadinya nanti penumpang yang akan menuju Bundaran Hotel Indonesia bisa transit di halte CSW, nih, nggak perlu lanjut ke Halte Blok M terlebih dahulu. Semoga bisa cepat selesai prosesnya, ya.

Baru Pertama Kali Naik Bus Transjakarta? Ikuti Petunjuk Berikut Ini

Bagi yang baru pertama kali ingin mencoba naik bus Transjakarta, coba deh ikuti petunjuk di bawah ini supaya nggak terlalu celingak-celinguk nanti. Hehe.

E-Money

Seluruh halte bus Transjakarta menerima pembayaran tiket naik bus dengan e-money yang dikeluarkan oleh berbagai bank dan instansi. Seperti e-money dari Bank Mandiri, Flazz dari BCA, TapCash dari BNI, Jakcard dari Bank DKI. Electric Money atau uang elektrik ini bisa didapat di bank-bank penyedia atau bisa dibeli di minimarket dan supermarket. Jika saldonya habis bisa diisi ulang juta pada tempat tersebut atau bisa juga di loket halte bus Transjakarta.

naik transjakarta
Tap e-money di pintu masuk dan keluar halte. Saldo akan terpotong pada saat masuk.

Satu e-money bisa digunakan oleh lebih dari satu orang karena tarifnya flat, pada saat masuk saldonya akan langsung terpotong. Di pintu keluar penumpang harus tap kembali e-money tapi nggak akan memotong saldonya lagi. Beda halnya dengan Commuter Line dan MRT yang tarifnya disesuaikan dengan tujuan, saldo akan terpotong di pintu keluar dan satu kartu hanya bisa digunakan untuk satu orang.

Tunggu Bus di Tempat yang Sesuai

Di dalam halte bus akan ada beberapa pintu tempat nantinya bus akan berhenti sesuai jurusannya. Tunggulah bus di tempat yang sesuai, di masing-masing pintu selalu ada papan petunjuk nama jurusannya. Selain itu menunggu bus di pintu yang tepat dapat mengurangi resiko keterlambatan atau ketinggalan bus gara-gara penumpang harus berpindah tempat terlebih dahulu. Jadi jangan sampai salah, ya.

halte bus transjakarta
Seorang pelajar sedang menunggu bus jurusan Ciledug di Halte Tendean. Alhamdulillah ya, Dek, nggak harus berjuang ngejar-ngejar bus kayak saya dulu :P

Penumpang Wanita dan Pria

Bus Transjakarta memiliki 2 buah pintu yang letaknya masing-masing di depan dan belakang. Karena di bagian depan ada ruang khusus wanita, sebaiknya penumpang wanita menunggu bus di halte bagian pintu depan sehingga ketika masuk ke dalam bus bisa lebih dekat menjangkau ruang khusus wanita. Sedangkan pria bisa menunggu di bagian pintu belakang supaya bisa langsung berada di tempat seharusnya.

Keluarga yang sedang berwisata naik bus Transjakarta, duduk di area khusus wanita. Cowok boleh duduk di sini asalkan masih anak-anak :)

Ruang yang di belakang itu bukan hanya untuk penumpang pria lho, ya. Wanita juga boleh duduk di belakang, kok. Ada CCTV atau kamera pengawas yang mengintai untuk menghindari tindak asusial. Hanya saja ada penumpang wanita yang akan merasa lebih nyaman jika duduk atau berdiri di ruang khusus, seperti saya :)

Simbol dan Petunjuk yang Harus Diperhatikan dan Dipatuhi

Perhatikan papan pengumuman yang ada di dalam bus, terdiri dari nama dan foto pengemudi, serta SOP tata cara mengemudikan, menaik-turunkan penumpang dan sebagainya. Pengumuman ini ditempel pada kaca pintu yang memisahkan ruang penumpang dengan ruang kemudi. Di bagian atas pintu ada papan LED yang menginformasikan nama halte berikutnya, disertai dengan suara narrator seperti “Pemberhentian berikutnya : Halte Tirtayasa. Perhatikan barang bawaan Anda dan hati-hatilah melangkah. Terima kasih.”

naik transjakarta
Di pintu menuju ruang kemudi ini kita bisa lihat pengumuman yang ditempelkan.

Di kaca jendela sisi kanan dan kiri terdapat stiker informasi tentang Transjakarta yang terdiri dari nomor bus, nomor telepon call center Transjakarta, website dan akun sosial media. Kemudian di bagian bawah ada stiker petunjuk Kecepatan Maksimum, Kursi Prioritas, Dilarang Merokok, Dilarang Makan dan Minum dan Dilarang Berbuat Asusila.

Kemudian di kaca pintu bus ada stiker peringatan “Dilarang Berdiri di Area Pintu” karena pintu bus bisa membuka dan menutup sendiri. Dikhawatirkan penumpang bisa terjepit kalau berdiri di area pintu.

naik transjakarta
Peringatan area pintu.

GPS (Global Positioning System)

Setiap bus Transjakarta kini dilengkapi dengan GPS atau Global Positioning System. That’s why kita bisa melihat update jadwal bus pada layar display di halte bus atau bisa juga mengeceknya di aplikasi Traffi. Di ruang kemudi terdapat layar yang berisi informasi kecepatan bus, jarak antara bus dengan bus yang ada di depannya, jurusan bus dan tombol panik. Selain sebagai navigasi sepertinya GPS ini juga dapat digunakan untuk menelusuri jika terjadi sesuatu misalnya kecelakaan. Apakah kecepatannya melebihi standar yang berlaku atau jarak antar bus terlalu dekat dan sebagainya.

Maaf ya kalau fotonya kurang jelas. Maklum, motretnya sambil busnya lagi jalan. Hehe.
Ada foto yang lebih jelas tapi keterangannya Simcard Error. Semoga lekas diperbaiki :)

Oh ya bagi warga Ciledug yang katanya takut naik bus di jalan layang, entah itu takut busnya terbang atau bagaimana, sekarang bisa lebih tenang nih. Karena para pengemudi bus-bus ini sudah diwanti-wanti dengan batas kecepatan maksimal. Andaikata ada oknum pengemudi yang berkendara diluar batas, kita bisa kok melaporkan ke call center Transjakarta dengan menyebutkan nomor bus dan nama supirnya. Tapi sepanjang saya menjadi penumpang Transjakarta belum pernah sekalipun ada kejadian kurang menyenangkan yang dilakukan oleh supir maupun petugasnya.

Begini, lho, situasi di jalur busway koridor 13. Beneran bebas hambatan, gengs. Pasti cepat sampai tujuan :)

In case emergency, bus Transjakarta juga menyediakan tongkat penghancur kaca yang terdapat di setiap sisi kaca jendela, dilengkapi dengan cara menggunakannya. Saya sih berdoa semoga perjalanan kita selalu aman agar alat ini nggak perlu digunakan. Aamiin.

naik transjakarta

Kursi Prioritas

priority seat

Untuk siapakah Kursi Prioritas yang berwarna merah itu disediakan? Yaitu untuk mereka yang lebih membutuhkan dibandingkan dengan penumpang normal, seperti penumpang lansia (lanjut usia), penumpang penyandang disabilitas, seorang ibu yang sedang hamil atau ibu yang membawa anak kecil. Jadi jangan khawatir jika kamu termasuk salah satu kriteria tersebut pasti akan diprioritaskan untuk mendapatkan tempat duduk.

Saya sendiri setiap kali pergi membawa si kecil pasti selalu mendapatkan jatah tempat duduk. Kadang anak saya nggak mau duduk, entahlah dia suka-suka saja berdiri seperti orang dewasa haha. Tapi petugas di dalam bus Transjakarta akan sangat menyarankan saya untuk duduk memangku si kecil, atau setikdaknya biarkan si kecil menempati kursinya sendiri. Karena di dalam bus kan ada CCTV, ya, jadi kabarnya petugas akan mendapatkan teguran jika saya nggak mau duduk. Begitu…

Mengapa Dilarang Makan, Minum dan Merokok??

Mengapa penumpang dilarang makan, minum dan merokok di dalam bus? Ini berlaku juga di semua moda transportasi massal, lho. Ya apalagi alasan nya kalau bukan untuk menjaga kebersihan transportasi umum. Mungkin kalian ada yang masih ingat dengan kondisi kereta zaman dahulu yang kondisinya kotor karena banyak yang makan dan minum. Bagaimana nggak, pedagangnya saja bisa berjualan, kok. Kebayang nggak, sih, berapa banyak tenaga yang dibutuhkan untuk membersihkan bus karena penumpangnya pada makan dan diminum di dalam bus? Sedangkan Transjakarta memiliki standar kebersihannya sendiri. Dengan berperan serta dalam menjaga kebersihan lingkungan bus maka kita akan membuat semua penumpang merasa nyaman selama perjalanan.

Mudah-mudahan sudah jelas, ya. Bahwa naik transportasi umum zaman now itu menyenangkan dan nggak mengerikan kayak zaman baheula. By the way saya menulis ini dengan tulus banget, gengs. Memang beneran pengin banget kalian yang belum pernah mencoba untuk ikutan naik transportasi massal. Semoga yang baca artikel ini bisa tergerak hatinya, ya. Karena semakin banyak yang naik transportasi umum akan semakin berkurang kemacetan lalulintas dan polusi udara. Semakin lancar jalan raya maka semakin cepat pula kita dan ribuan orang lainnya untuk tiba di rumah dan bertemu keluarga tercinta.

Oh ya, selain di Jakarta dan sekitarnya bus seperti Transjakarta ini juga ada di kota-kota lain. Mudah-mudahan fasilitas transportasi umum yang keren seperti bus Transjakarta bisa merata di seluruh Indonesia, ya. Bahkan Bapak Budi Karya Sumadi, Menteri Perhubungan Republik Indonesia sudah merencanakan transportasi massal serupa untuk Ibukota yang baru di Kalimantan Timur kelak. Karena sistem transportasi yang baik dapat menciptakan sumber daya yang unggul.

Nggak percaya? Coba dulu naik Transjakarta.

Informasi terupdate tentang transportasi di Indonesia bisa juga dicek di website Kementerian Perhubungan Republik Indonesia atau instagram @kemenhub151.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Seluruh foto dalam artikel ini adalah dokumentasi pribadi dan informasi dari petugas Transjakarta merupakan hasil wawancara pribadi dengan narasumber.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

Atta
November 17, 2019 at 8:08 pm

Oh jadi meskipun ganti-ganti bus gitu nggak usah bayar lagi yah? Enak banget dong cuma 3500 bisa sampe ke Ancol.



November 17, 2019 at 9:33 pm

Transjakarta memang solusi banget buat transportasi umum di Jabodetabek “jaman now”.

Transportasi itu dikasih yang nyaman dan murah udah sesuatu banget, tinggal masyarakatnya aja nih untuk dibiasakan peduli naik transportasi umum.



November 18, 2019 at 10:14 am

Waaa, ini bakal aku save dan aku jadiin panduan kalo lagi ke JKT aahhh.
kapan hari aku kan jalan2 naik MRT plus nyambung TransJak, ehhh ternyata rombongan kami sotoyyyy abis, jadinya muter2 nyasar dah hahahahaha
insyaAllah next time tdk terjadi lagi :D



November 18, 2019 at 10:32 am

Andalan aku banget nih Transjakarta kalau pas main ke Jakarta sekitar tahun 2014 Mbak. Dulu sering naik yang Blok M-Kota. Aku udah terbiasa naik transportasi umum sih jadi kalau ada yang nggak ngerti sering tanya ke petugasnya aja. Harga tiketnya ternyata sama ya kayak Transjogja cuma Rp 3500, sungguh tidak menguras isi dompet.



November 18, 2019 at 1:38 pm

Kalau ke Jakarta aku pengin mencoba naik bus Transjakarta ini, karena belum pernah sama sekali. Dilarang merokok, makan dan minum juga ya, jadi pasti kebersihan terjamin.



November 18, 2019 at 1:48 pm

Aku baru beberapa kali pakai Transjakarta. Dan lebih nyaman juga mba. Apalagi skarang melayani berbagai wilayah ya mba jadi memudahkan ya untuk sehari hari



November 18, 2019 at 3:07 pm

pengen nyoba naik bus trans jakarta. tapi ga tahu mau pergi ke mana :D
sebagai orang bogor yg jalan ke ibukota, kudu nih punya pengalaman naik transjakarta sekali seumur hidup :)



November 19, 2019 at 6:21 am

Ada banyak alasan orang tak mau menggunakan transportasi umum ya. Padahal kalo mau belajar dan menaati peraturan sebenarnya tidak sulit.



    Dzulkhulaifah
    November 19, 2019 at 5:32 pm

    Kebiasaan orang memang sulit diubah, ya. Hehe. Semoga dengan artikel ini akan ada lebih banyak orang yang tertarik menggunakan transportasi umum.



November 19, 2019 at 10:49 am

Enak banget ya, bus transjakarta ini. Udah ga pake acara berdesakan dan bergelantungan lagi



    Dzulkhulaifah
    November 19, 2019 at 5:31 pm

    Sebenarnya kalau berdesakan masih, Mbak, terutama di jam berangkat dan pulang kerja. Cuma ini ambil fotonya memang dijam sepi antara jam 11-14. Karena kalau ramai pasti bakal mengganggu penumpang lain. Oh ya meski berdesakan pun masih tergolong nyaman, kok. Karena busnya bersih, dingin dan penumpangnya tertib. Gitu…



November 19, 2019 at 1:08 pm

Lengkap banget, nyaman juga dibacanya, suka deh… Dulu pernah naik trans jakarta sama teman-teman, ke dufan… 1 kali sempat kepisah karena ramai banget, 1 kali lagi enak kosong…



November 19, 2019 at 5:42 pm

Koridornya makin banyak aja nih. Rute udah nyampai ke Ciledug. Dulu tahun 2007-2009, saya sering menggunakan TransJakarta.

Ya, daripada macet-macetan naik transportasi lainnya. Apalagi naik metromini/kopaja yang kadang huuuu bikin jantung deg deg serrrr.

Jadi kangen Jakarta. Sekarang udah makin canggih, bayarnya juga pakai e-money, kalau dulu masih beli kartu, bayarnya cash. Hihihi



    Dzulkhulaifah
    November 20, 2019 at 8:06 am

    Mudah-mudahan sih yang dari Ciledug ini ada lanjutannya lagi sampai ke Tangerang, Mbak. Soalnya ke arah Tangerang masih angkot aja pilihannya. Tau sendiri yaa kalo angkot itu jalannya kadang pelaaaan atau bahkan ngetem lama. Kadang ngebuuuut, gak inget lagi bawa nyawa orang.



November 19, 2019 at 6:41 pm

Ciledug.
Tante saya yang sekarang tinggal di Bekasi, memilih pindah dari Ciledug. Dulu, dia juga cerita kalau macetnya Ciledug ngga karuan. Belum lagi katanya kalau musim hujan, makin sabar malah.

Itu, bagus banget bagian dalam trans Mbak. Ada kursi prioritas ini, membuat warga terlatih empatinya ya



    Dzulkhulaifah
    November 20, 2019 at 8:05 am

    Selain macet juga rawan banjir, sih. Apalagi dulu Cipulir itu paling langganan banjir. Sekarang udah mending. Tinggal yang di Ciledug Indah itu masih PR.



November 20, 2019 at 1:07 am

Aku ketawa pas baca, Ciledug lebih keras wkwkwk. Tapi beneran sebelum pindah ke Makassar kalau harus lewat sana kayaknya mikir panjang deh selain karena macet banget pengendara motornya ampyunn mak salip kiri kanannya udah kaya di sirkuit balap. Seneng bgt sekarang udah ada moda transportasi senyaman bus way, mau kemana ajah hayukk.



    Dzulkhulaifah
    November 20, 2019 at 8:03 am

    Saking kerasnya sampai sekarang masih banyak yang trauma sama Ciledug haha. Padahal udah enak banget sekarang mah, jalur tercepat bisa ditempuh dengan Transjakarta.



November 20, 2019 at 5:17 am

Blok M – Ciledug ini rute yang ingin ku coba karena jalannya tinggi banget tapi mau kemana di Ciledug, hahaha. Eh mampir rumahmu aja deh Mba Eva :D
Btw, dengan perut buncit begini dan bawa balita, bus TJ jadi andalan saat pergi karena ku butuh kursi prioritas. hahaha



    Dzulkhulaifah
    November 20, 2019 at 8:01 am

    Owalaaah SID mau punya dedek, ya, Mbak? Sini mampir yuk ke rumah. Orang-orang pada takut, Mbak, naik Transjakarta koridor 13. Padahal mah busnya nggak ngebut dan jalanan aman banget.



November 20, 2019 at 3:25 pm

Nanti kalau ke Jakarta mau nyobain pakai bus Transjakarta ah, selama ini kalau ke jakarta pakai mobil pribadi atau grab aja hhuhuhu.



November 20, 2019 at 5:59 pm

Transjakarta memang sangat membantu bangeet mba.. aku suka! Dan pastinya membantu kurangi kemacetan dan polusi di jalan



November 20, 2019 at 6:33 pm

Aku naik transportasi umum kok seringnya cuma kalau Trans Jakarta kadang aku gak tau transit-transitnya jadi harus tanay-tanya dulu. Keren ya sekarang di haltenya bisa ketauan bus yang mau dinaiki sudah sampai mana dan perkiraan jam kedatangannya juga tertera di layar



November 20, 2019 at 7:24 pm

Rumah mertuaku di ciledug mba. Ak anti bange klo disuruh nginep di hari kerja. Transportasinya susah dan gak nyaman. Tapi semenjak ada bus transjakarta rute ciledug, transportasinya jadi makin mudah. Yaaa meski masih ada 1 kekurangan, yaitu waktu tunggu dari terminal blok m nya cenderung lama.



    Dzulkhulaifah
    November 21, 2019 at 5:54 am

    Oh ya kalau pas lagi di luar jam berangkat dan pulang kantor memang agak lama kalau nunggundi Blok M. Lebih cepat jika menunggu di halte Tirtayasa karena banyak bus yang jurusan lain juga pasti lewat situ kalau mengarah ke Ciledug.



November 20, 2019 at 7:44 pm

Enak ya TJ sekarang makin banyak rutenya, juga makin bagus stationnya plus sebagian udah terpadu ma transportasi lain. Kebetulan saya jarang naik TJ, krn aku anker hehe, terakhir naik TJ kyknya pas tahun 2015an hihihi lama banget. Tapi ikut sennag kalau TJ memudahkan, bahkan skrng kalau gak salah sampai UI Depok jd bisa terintegrasi sama yang mau naik KRL juga :D



    Dzulkhulaifah
    November 21, 2019 at 5:52 am

    Iya Mbak April, kalau mau ke Depok bisa naik Jurusan Pancoran atau Kampung Melayu, nanti transit dulu di Pancoran Barat dan ganti bus yang ke Depok.



November 20, 2019 at 8:38 pm

Perkembangan transportasi di tanah air sudah semakin baik ya…
Sekarang banyak yang memilih menggunakan transportasi umum karena fasilitasnya sudah nyaman



November 20, 2019 at 11:29 pm

Ciledug emang jauhh banget, 2010 aku sempet ke sana nyari kontrakan, buset jauh parah sih



November 23, 2019 at 7:14 am

Udah lama ga lewat ciledug. Sekarang ada TJ ya. Waah asyik nyaman nih kalau ke rumah tante di kunciran. Jadi mau cobain deh.



November 24, 2019 at 8:15 am

senang yaaa Eva bisa naik bus umum sebaik ini, semoga ke depan semakin bagus kinerjanya amiiin



November 24, 2019 at 1:18 pm

Kalau transportasi Jakarta memang deh, udah jempolan banget. Kereta, TJ kemudi MRT benar-benar memanjakan. Semoga pembangunan kayak gini menular hingga ke daerah-daerah ya. Suka miris kalau di daerah. Ke mana-mana susah kalau enggak punya kendaraan pribadi.



November 25, 2019 at 1:58 pm

Pastinya dengan transportaij umum, kemacetan Jakarta bisa dikurangi karena saya ga habis pikir jumlah kendaraan di Jakarta saking membludak hingga macet parah banget



Rita Rahmawati
December 19, 2019 at 6:19 am

Mbam lulus kuliah tertulis 2006, mungkin maksudnya 2016 ya… 😃

Mantab tulisannya runtut



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *