fbpx
Social / Travel & Culinary

7 Manfaat Lebih Ketika Menggunakan Transportasi Umum

Sepertinya sudah menjadi kebiasaan orang kota untuk bepergian menggunakan kendaraan pribadi, baik kendaraan roda empat maupun roda dua. Bukan hanya orang kota sih, yang tinggal di pinggiran kota juga sudah mengikuti trend ini. Alasannya bermacam-macam, mulai dari efisiensi waktu sampai dengan ingin menunjukkan diri, semacam mendapat pengakuan.

transportasi-jakarta
Sekarang jalan tol saja macet, mana bisa dibilang ‘jalan bebas hambatan’, coba.

Ya, memang sah-sah saja kalau orang mau menggunakan kendaraan pribadi dalam keseharian. Saya pun termasuk salah satu warga masyarakat yang menggunakan sepeda motor di setiap aktivitas. Malahan kadang mau ke indomaret saja bawa motor loh. Padahal jaraknya amat dekat dengan rumah. Itu saking malas jalan atau kenapa ya? Hahaha.

Biasanya sih alasannya kalau pas mau belanja bulanan dimana harus bawa pulang setidaknya 2 kantong belanjaan yang isinya berat semua. Apalagi si Hammam minta ikut. Walah kalau gak bawa motor ya rempong ngejar-ngejar dia sambil nenteng kantong-kantong belanja.

Saya mulai menggunakan kendaraan pribadi kira-kira sejak tahun 2009. Sebelumnya saya adalah pengguna angkot sejati. I had no choice, karena dulu nggak bisa mengendarai motor dan motornya pun nggak punya.

Naik angkot dari yang mulai menikmati karena dulu mah jalanan nggak se-macet sekarang, sampai muak sendiri karena kadang angkot jalannya lambat kayak siput. Really really wasting time. Tapi sekalinya ngegas yang nggak kira-kira ngebutnya, asli bikin jantungan.

Saya sempat punya mobil juga, yang waktu pertama beli sih masih asik. Ke kantor diantar suami pakai mobil, kebetulan jarak kantor kami berdekatan. Berangkat jam 6.30, cukup satu jam sudah sampai kantor saya.

Tapi lama-lama ya ampun macet di Jakarta semakin edan nian. Dan akhirnya kami memutuskan untuk naik sepeda motor lagi saja. Itupun masih penuh perjuangan melawan kemacetan. Tiap hari serasa mengarungi arus mudik lebaran. Ruaaammee pake banget.

Dan sekarang saya mulai kembali (kadang-kadang) naik angkutan umum untuk menjangkau suatu tempat dengan alasan seperti berikut :

  • Motor satu-satunya sedang tidak di rumah. Ya ini mah mau gimana lagi, ya. Jalan yang tersisa hanya naik angkot.
  • Motor ada, tapi nggak tahu jalan. Memang saya nggak hapal jalanan Jakarta, dan nggak ngerti rutenya apalagi kalau sudah ke jalan protokol sana. Aduh, dijamin nyasar. Lebih baik naik ojek online kalau tarifnya murah.
  • Malas nyetir. Kalau sekiranya saya akan kembali ke rumah barengan sama jam pulang kantor, mending naik commuter line saja. Tinggal duduk manis, di stasiun terdekat dari rumah saya akan dijemput sama Hammam dan papinya, horee!
  • Jarak terlalu jauh. Udah nyerah duluan ah kalau jaraknya kejauhan. Saya biasa bawa motor dengan jarak maksimal 20km saja.
  • Cari suasana baru. Biasanya kalau lagi nggak sibuk aja ini sih, ngajak Hammam jalan-jalan sambil mengenalkan transportasi umum. Baru dua kali saya mengajak Hammam naik commuter line dan sekali naik bus Transjakarta. Gimana kesan-kesannya? Si Hammam girang bukan main.

Waktu itu masih dalam suasana lebaran. Banyak ruas-ruas jalan yang masih sepi, sehingga perjalanan menjadi nikmat tak terkira. Di Jakarta kalau kita bisa mendapati jalanan yang lancar jaya adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri dan dimanfaatkan.

Baca juga : Liburan Sederhana Yang Penting Asyik

Mari kita lihat data jumlah mobil penumpang dan sepeda motor di Jakarta dari tahun ke tahun (2010-2014) yang saya ambil dari website badan statistik berikut ini.

Jenis
Kendaraan

2010

2011

2012

2013

2014

Pertumbuhan

Sepeda
Motor

8.764.130

9.861.451

10.825.973

11.949.280

13.084.372

10,54%

Mobil
Penumpang

2.334.883

2.541.351

2.742.414

3.010.403

3.266.009

8,75%

Takjub banget deh sama pertumbuhan jumlah kendaraan Jakarta. Ini kalau orang terus-terusan beli mobil pribadi, bisa nggak kelar-kelar deh macet di jalan raya. Apalagi ada situs yang menyebutkan kalau jumlah kendaraan di Jakarta lebih banyak ketimbang jumlah penduduknya. Waaaaw.

Padahal pemerintah telah menyediakan sarana transportasi umum seperti bus Transjakarta. Yang amat mudah dijangkau dengan tarif yang flat pula.

Lalu bagaimana setelah commuter line dimaksimalkan dengan durasi tunggu sekitar 5-10 menit? Keretanya selalu penuh, tapi jalan raya juga tetap macet. Lha terus enaknya lewat manaaa? Jumlah kendaraan pribadi tahun 2017 juga dicurigai jauh meningkat daripada tahun 2014. Percaya deh.

Traffic lights at the crossroads
Photo : pexels.com

Mungkin kita hanya terpaku pada kebiasaan yang sulit diubah. Yang sudah biasa menggunakan kendaraan pribadi enggan beralih ke transportasi umum. Tapi semoga yaa yang biasa naik angkot jangan ikutan kepingin naik motor apalagi mobil pribadi. Bisa-bisa makin merajalela kemacetan di Jakarta dan perjalanan menuju suatu tempat nggak akan asyik lagi.

Baca juga : Tempat Nongkrong Asyik di Jakarta

7 Manfaat Menggunakan Transportasi Umum

Mungkin selama ini kita selaku pengguna transportasi umum sering gundah gulana ketika harus memulai hari dengan memikirkan betapa akan mecetnya perjalanan nanti. Belum lagi harus berdesakan di kereta, mengejar buskota, gerah dan sebagainya.

Tapi ada hal-hal yang luput dari perhatian kita sebagai pengguna jalan raya. Bahwa selain untuk mengurangi kemacetan, setidaknya ada 7 manfaat lebih dan nilai pembelajaran bagi kita pengguna transportasi umum. Yang jika diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya hidup ini akan semakin baik.

  1. Belajar menghargai waktu
  2. Arti berbagi dan toleransi
  3. Mendapat teman seperjalanan
  4. Menambah pengalaman dan wawasan
  5. Mengurangi angka kecelakaan
  6. Mengurangi polusi udara
  7. Sehat dan bugar

Menghargai Waktu

Photo : Pexels.com

Kita tidak dapat mengatur supir angkot untuk berkendara sesuai dengan keinginan kita. Mereka bisa suka-suka saja tuh nyetir santai, tidak peduli kalau jam 9 kita sudah harus tiba di lokasi, untuk rapat penting atau bahkan jika selangkah lagi menuju menang tender.

Dulu saya berangkat sekolah jam 5.30, sampai di sekolah kira-kira jam 6.15. Suatu hari saya berangkat 10 menit lebih lama. Kalau secara matematika harusnya saya tiba jam 6.25 kan ya. Tapi kenyataannya saya terlambat, padahal dulu masuk sekolah itu jam 7 loh, bukan jam 6.30 seperti sekarang ini.

Betapa waktu itu sungguh berharga bagi pengguna angkot. Keberangkatan telat 5 menit saja, ceritanya bisa berbeda dari ekspektasi. Maka dengan menggunakan transportasi umum dapat melatih kita untuk selalu menghargai waktu.

Berbagi dan Toleransi

Photo : Pexels.com

Setiap hari kita berbagi di kendaraan umum. Berbagi ruang dan kursi. Terutama kita wajib memberikan tempat duduk kepada yang lebih membutuhkan yaitu manula, ibu hamil atau yang membawa anak kecil dan penyandang disabilitas.

Dalam hal lain malah ada ya, orang yang suka bagi-bagi cemilan di angkot atau bus. Ini bisa banget dijadikan contoh dan ajang belajar. Belajar berbagi, belajar sabar, belajar toleransi.

Tak jarang pula kita mendapati penumpang lain dengan (maaf) aroma yang kurang sedap. Lalu apakah kita serta-merta mengusir orang itu? Nggak mungkin kan? Disinilah kesabaran kita diuji dan bertoleransi itu lebih baik ketimbang marah-marah nggak jelas. Sekalian kita juga mawas diri, jangan sampai jadi aroma pengganggu di kendaraan umum.

Teman Seperjalanan

Biasanya penumpang commuter line atau Transjakarta nih yang suka dapat teman seperjalanan. Karena setiap hari berangkat pada jam yang sama dengan arah atau tujuan yang sama pula. Yang awalnya tidak kenal tetapi sering bertemu dalam satu gerbong, hari ke minggu, minggu ke bulan. Ini bisa menciptakan pertemanan baru.

Ya, syukur-syukur yang jomblo juga bisa ketemu jodoh, yes.

Menambah Wawasan

Orang kalau sudah dapat teman baru biasanya akan ada hal yang diceritakan. Dari sini kita bisa bertambah pengalaman. Segala hal yang ditemui selama perjalanan juga bisa menambah wawasan. At least kita pasti hapal betul rute perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Sehingga kalau ada yang membutuhkan informasi tersebut kita bisa bantu orang lain.

Mengurangi Kecelakaan

Semakin sedikit jumlah kendaraan yang beroperasi di jalan raya, maka akan semakin kecil pula angka kecelakaan. Kalau angka kecelakaan sudah menyusut, otomatis kerugian yang dialami oleh sebuah kota juga akan semakin berkurang.

Secara tidak langsung pengguna transportasi umum turut memelihara fasilitas kotanya, loh.

Mengurangi Polusi Udara

Sama seperti poin sebelumnya, maka polusi juga dipastikan berkurang. Manusia bisa menghirup udara Jakarta yang mendingan—jika belum bisa dikatakan baik.

Kebayang nggak sih, kalau makin hari udara di lingkungan kita semakin bersih. Kehidupan khalayak ramai akan menjadi semakin sehat.

Sehat dan Bugar

Naik transportasi umum mau tidak mau mengharuskan kita untuk bergerak, berjalan, bahkan berlari bagi mereka yang amat sangat terburu-buru. Dan berjalan kaki dapat menunjang gaya hidup sehat. Karena untuk hidup sehat kita dianjurkan untuk berjalan kaki setidaknya sepuluh ribu langkah setiap hari.

Naik angkutan umum atau kendaraan pribadi sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi yang pasti keduanya berpotensi menciptakan stress pada diri seseorang. So far, stress yang paling sering timbul di jalanan ya karena kemacetannya.

Baca juga : Stress Dapat Mengakibatkan Kanker

Tapi kalau pengguna kendaraan pribadi sudah berkurang jumlahnya, bukan tidak mungkin lama kelamaan Jakarta atau kota-kota lain—yang terkenal dengan kemacetnya, bisa lancar jaya. Kalau sudah begini, aktifitas juga akan semakin lancar pula.

Semoga tulisan ini dapat memotivasi teman-teman pengguna transportasi umum.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

adi
August 7, 2017 at 7:49 pm

mantap artikelnya



August 7, 2017 at 8:18 pm

Paling males nyetir itu kalo jalanan macet. Naik transportasi umum aja biar nggak lelah, cuma memang harus menyesuaikan waktunya juga ya.



Ucig
August 13, 2017 at 5:18 pm

Aku klo event gunain gojek sama kereta terus mbaa biar cepet hihi …



Vibrators
May 23, 2019 at 8:17 pm

Semuanya diawali oleh sebuah kebiasaan. Menggunakan angkutan umum, khususnya untuk yang memiliki kapasitas yang cukup untuk menggunakan kendaraan pribadi, mungkin akan cenderung terasa sangat melelahkan. Akan tetapi, tanpa disadari ada banyak sekali manfaat dan keuntungan yang bisa didapatkan. Jika dikalkulasikan angka pengeluaran untuk biaya angkutan mencapai Rp 550 ribu setiap bulannya. Bisa dibayangkan pengguna kendaraan roda empat? Tentu saja pengeluaran akan lebih dari para pengguna kendaraan roda dua.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *