Mengenal Asesmen Nasional untuk Transformasi Pembelajaran
Finally, pembelajaran tatap muka digelar juga di sekolahnya Hammam. Setelah penantian panjaaaang yang kayaknya nggak berkesudahan ini, sekarang kita mulai bisa melihat titik terang. Eits, tapi ini baru PTM-T atau Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, lho, ya. Ke sekolahnya baru seminggu sekali, dengan durasi 2 jam saja.
Semoga kompetensi anak-anak bisa lebih berkembang dengan belajar bersama guru dan teman-temannya di sekolah, ya. Aamiin.
Bicara soal kompetensi anak, beberapa hari yang lalu saya mengikuti kegiatan Training of Trainers yang diselenggarakan oleh Sidina Community, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Acara ini berlangsung di Hotel Santika Bintaro selama 3 hari.
Salah satu materi yang dipresentasikan adalah tentang Asesmen Nasional dengan inovasi pembelajaran dan cara menampilkan potensi peserta didik. Wah, ini menarik banget, Gengs! Saya pernah mendengar kata Asesmen Nasional saat pertemuan orang tua dan guru secara virtual, tapi belum bertanya lebih lanjut soal ini.
Apa Itu Asesmen Nasional?
Tadinya saya pikir apakah Asesmen Nasional ini semacam Ujian Nasional atau bagaimana, ya? Tapi akhirnya tercerahkan setelah pemaparan lengkap yang disampaikan oleh Ibu Susanti dari Pusat Asesmen dan Pembelajaran Kemendikbudristek.
Asesmen Nasional adalah evaluasi pendidikan, bukan penilaian terhadap murid, guru atau kepala sekolah secara individu. Asesmen Nasional dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi perbaikan kualitas pembelajaran.
Asesmen Nasional diikuti oleh seluruh sekolah, namun siswa yang mengikutinya hanya dipilih sebagai sample. Dan sifatnya nggak ada skor individu bagi murid, guru atau kepala sekolah.
Bisa dibilang dengan Asesmen Nasional kita sedang mengevaluasi sistem pendidikan di Indonesia untuk menemukan proses belajar yang sesuai. Tujuannya adalah peningkatan karakter dan kompetensi peserta didik.
Kalau sebelumnya evaluasi pendidikan itu administratif banget, ya, dengan segala berkas yang harus diisi oleh guru. Nah, dengan Asesmen Nasional sistem tersebut akan ikut tergantikan, jadi bisa mengurangi beban guru dan sekolah.
Asesmen Nasional untuk Transformasi Pembelajaran
Informasi yang dihasilkan dari Asesmen Nasional diharapkan dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk fokus pada kompetensi peserta didik. Di bagian mana seorang anak dirasa masih kurang kemampuannya, di situlah akan dilakukan intervensi.
Salah satu yang perlu diupayakan adalah cara berpikir kritis. Sebelumnya saya juga pernah menulis tentang manfaat berpikir kritis, bisa dibaca di tulisan saya yang berjudul “Pertanyaan Kritis dan Jawaban Manipulatif”, ya.
Untuk membangun karakter ini ternyata nggak cukup dengan guru memberikan soal, murid mengerjakan. Apalagi soalnya hanya pilihan ganda dan jawaban singkat. Berpikir kritis bisa dibangun sejak dini dengan model soal cerita. Dalam satu soal tersebut memuat banyak informasi, kemudian diikuti dengan beberapa pertanyaan terkait. Termasuk juga menanyakan pendapat murid tentang cerita tadi.
Sejujurnya tugas-tugas sekolah Hammam selama PJJ hanya sebatas “Baca halaman sekian dan kerjakan latihan halaman sekian” yang menurut saya nggak cukup untuk membangun karakter berpikir kritis. Mau bikin sendiri soal-soal yang lebih sesuai dengan Asesmen Nasional juga belum sanggup, ya. Haha.
Tapi untungnya zaman sekarang kita bisa mencari informasi dengan begitu mudah. Salah satu info yang saya dapat adalah bimbingan belajar online Kelas Pintar, yang memiliki tagline menarik, “Solusi Belajar Online”. Saya mencoba mencari tahu, seperti apa sih bahan belajar bagi anak kelas 1 SD yang ada di platform ini?
Daftar Kelas Pintar
Saya mendaftarkan diri melalui email untuk mengikuti trial Kelas Pintar dan memilih kelas yang sesuai, yaitu kelas 1 SD. Sesuai panduan yang ada pada dashboard, saya bisa memilih menu Mata Pelajaran. Di sini tersedia pelajaran Tematik 1–8, masing-masing 4 bab.
Materi belajarnya terdiri dari video dan e-book. Setiap video durasinya pendek-pendek tapi berkelanjutan, jadi anak nggak mudah bosan. Setelah mengikuti video, ada sesi latihan yang beragam. Ada yang modelnya menjodohkan, menjawab pertanyaan dan pilihan ganda.
Setelah selesai satu tema, anak bisa lanjut ke tema berikutnya.
Cara belajar ini cukup menyenangkan dan cukup mengasah critical thinking. Apalagi ada fitur catatan, yang memungkinkan anak atau dibantu orang tua membuat notes tentang materi yang dipelajari. Sehingga anak jadi terbiasa untuk membuat catatan penting.
Rasanya saya pengin merekomendasikan Kelas Pintar ini kepada pihak sekolah, deh. Karena ternyata ada Fitur Sekolah yang merupakan solusi bagi guru dalam mengajar online.
PTM memang sudah dimulai secara perlahan, tetapi porsi PJJ masih lebih banyak. Jadi nggak ada salahnya orang tua memfasilitasi anak dengan tambahan bimbingan belajar online.
Ini Hammam sudah tinggal beberapa hari lagi masa trialnya selesai. Kalau mau berlangganan biayanya mulai dari Rp 79.000 per mata pelajaran. Ada juga yang sistemnya koin gitu, yang bisa digunakan untuk mengajukan pertanyaan dengan masa berlaku 365 hari. Harga koinnya Rp 25.000 per 5 koin. Satu lagi paket SOAL dengan biaya Rp 200.000 perbulan, ini bisa akses semua mata pelajaran dari SD sampai SMA.
Saya sih lebih tertarik dengan langganan yang per mata pelajaran karena untuk kelas 1 SD baru tersedia pelajaran Tematik. Kira-kira, kalian lebih tertarik sama paket langganan yang mana?
Comments
Pandemi gini yang belajar online ternyata bukan hanya anaknya ya mbaa. Orang tua juga harus aktif dan jadi ikutan belajar lagi 😁
Iya, Mbak Jet. Misalnya Hammam ada hafalan, aku harus sudah ngafalin duluan juga hahaha.