Khatam Qur’an di Bulan Ramadan Bersama Oma-oma Komplek
Assalamu’alaikum. Aku mau cerita pengalamanku menjalani bulan Ramadan kemarin. Masya Allah, Ramadanku kali ini sungguh berkesan. Sampai-sampai tak terasa Ramadan berakhir dan aku sudah merindukannya kembali. Hiks, baru paragraf pertama aku sudah melow.
Jadi, sejak pindah rumah 2 tahun lalu, baru setahun kebelakang aku aktif mengikuti kegiatan pengajian di mushola komplek. Di tahun pertama aku tinggal di sini, masih baru banget beres pandemi, jadi kayaknya memang masih belum terlalu aktif juga kegiatannya. Nah, tahun kemarin aku tiba-tiba pengin banget join majelis ta’lim di sini. Karena aku mulai merasakan hatiku tidak tenang, mungkin karena jiwaku haus ilmu.
Singkat cerita, aku dipersilakan bergabung yang ternyata ada 2 majelis ta’lim dengan guru yang berbeda. Di waktu pagi ada belajar tahsin (memperbaiki bacaan Al-Qur’an), di siang hari ada tadarus dan tausiah. Aku ikutan keduanya.
Di hari pertama, aku disambut gembira oleh Oma-oma komplek. Aku memperkenalkan diri sebagai menantu dari seseorang (aku sebutkan nama mama mertuaku) yang sudah famous di komplek. Nampaknya aku jadi langsung famous saat itu juga, karena membawa nama mama mertua dan juga karena aku adalah murid paling muda di antara Oma-opa komplek yang sudah pada sepuh.
Di kelas tahsin selama bulan Ramadan ada program khatam Qur’an One Day Two Juz. Aku agak bengong, sih, pas dikasih tahu sama panitianya. Sehari 2 juz? 1 juz aja aku berjuang bangeeet. Tapi aku tetap mencobanya, karena ternyata program ini dilakukan bersama-sama, tadarus di mushola setiap jam 8 pagi pada tanggal 1-15 Ramadan. Insya Allah, aku pasti bisa.
Aku Belajar dari Semangat Oma-oma
Sejak pertama mengikuti kelas tahsin, aku sudah dibuat kagum sama semangat para Oma-oma di komplek ini. Masya Allah, usianya banyak yang sudah di atas 65 tahun, tapi masih mau belajar. Meskipun lambat dan terbata-bata, tapi selalu hadir mengaji. Alhamdulillah, nikmat sekali dikelilingi para pembelajar.
Selama 15 hari pertama bulan Ramadan, Oma-oma dan Opa-opa komplek selalu datang lebih awal. Aku selalu berusaha datang tepat waktu, tapi ruangan mushola selalu sudah dipadati oleh murid-murid senior. Entah para Oma-opa ini datang jam berapa. Haha. Dan setiap hari selalu penuh, jadi aku melihat memang mereka ini semangatnya luar biasa.
Tanggal 1 Ramadan, kami membaca juz 1-2. Aku merindiiiing tadarus dengan jumlah jamaah sebanyak ini. Indah banget terdengarnya di telingaku, membuatku terus-terusan mensyukuri nikmat ini. “Ya Allah, aku beruntung sekali. Terima kasih, Allah.”
Tanggal 15 Ramadan adalah hari terakhir tadarus juz 29-30. Esok harinya kami mengadakan acara Khatmil Qur’an sekaligus santunan anak yatim dan duafa, diakhiri dengan buka puasa bersama. Alhamdulillah di acara ini aku diminta oleh ketua panitia, untuk menjadi Pembawa Acara. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar sampai akhir.
Bawalah Semangat Ramadan Hingga Bertemu Lagi dengan Ramadan Berikutnya
Guruku Ustadz M. Aldin Syarifuddin S.Pd.I menyampaikan tausiah sebelum adzan maghrib, tentang keistimewaan Al-Qur’an. Bahwa apa pun yang berdampingan dengan Al-Qur’an, maka kedudukannya menjadi mulia.
Di antara 12 bulan bulan Hijriyah, Ramadan adalah bulan yang mulia, karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an.
Di antara 30 hari, tanggal 17 Ramadan menjadi mulia, karena di malam itu diturunkan Al-Qur’an.
Dari banyaknya kota di dunia, Mekkah menjadi tempat yang mulia karena di kota inilah Al-Qur’an diturunkan.
Di antara para nabi, Nabi Muhammad SAW menjadi rasul yang mulia, karena kepadanyalah Al-Qur’an diwahyukan.
Kertas-kertas menjadi mulia, setelah bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an, bahkan untuk bisa menyentuhnya, seseorang harus bersuci terlebih dahulu.
Masya Allah.
Ustadz berpesan, jadilah manusia yang berdampingan dengan Al-Qur’an. Bukan hanya di bulan Ramadan, tapi bawalah semangat Ramadan ini hingga bertemu lagi dengan Ramadan berikutnya, hingga nanti, hingga kapan pun.
Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, telah mempertemukanku dengan komunitas yang positif ini. Terima kasih Oma-Opa komplek yang telah menginspirasiku. Semoga kita semua sehat selalu dan bisa bertemu lagi dengan Ramadan-ramadan berikutnya, ya.
Waktu aku mengungkapkan kekagumanku, suamiku bilang, “Biasanya orang-orang tua memang semangat mengajinya. Karena sudah kenyang dengan dunia dan sedang berlomba-lomba mengejar akhirat.” Iya juga, sih. Seandainya kita yang muda-muda juga mengejarnya dari sekarang, ya. Karena umur manusia kan hanya Allah yang tahu.
Terima kasih sudah mampir di blogku. Wassalamu’alaikum.