fbpx
home education
Family & Parenting

Home Education untuk Identifikasi dan Evaluasi Kemampuan Belajar Anak

Tadinya saya kira home education itu sama dengan homeschooling. Keduanya sama-sama dilakukan di rumah, tapi ternyata ada bedanya. Homeschooling adalah model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai pengajar, bisa juga memanggil guru ke rumah. Anak yang belajar secara homeschooling artinya tidak mengikuti pendidikan di sekolah formal.

Sedangkan home education adalah kegiatan belajar di rumah dengan home curriculum sebagai upaya untuk melengkapi kurikulum di sekolah formal. Pertama kali saya tahu istilah home education dari Mbak Rosa Adelina, salah satu pemateri dalam Training of Trainer Ibu Penggerak yang diselenggarakan oleh Komunitas Sidina, bulan November 2021 yang lalu. Alhamdulillah, ada pengetahuan baru tentang pendidikan anak yang bisa diterapkan di rumah.

Setelah Hammam daftar masuk SD, saya sempat konsultasi dengan Psikolog Anak. Karena saya lihat Hammam masih sulit fokus, salah satunya dalam membedakan huruf-huruf hijaiyah yang bentuknya mirip. Lalu disarankan untuk tes kesiapan masuk SD. Jadi kami memang terbalik nih urutannya, daftar SD dulu baru tes kematangan. Yang sedihnya, hasil tes tersebut mengatakan Hammam belum cukup siap untuk masuk SD.

Jadi, kalau mau tetap lanjut masuk SD, Hammam harus banyak kegiatan di rumah yang bisa membantu dirinya berkembang. Kalau perlu Hammam mengikuti sesi terapi sensori integrasi lagi. Diam-diam saya merasa bersyukur bahwa sekolah masih dilakukan dari rumah karena pandemi Covid-19. Meski berat, tapi rasanya lebih baik saya bantu dulu dia belajar di rumah. Supaya ketika waktunya tiba, benar-benar sudah siap belajar di sekolah.

Makanya materi home education ini seperti mendapatkan seberkas cahaya di ruang gelap. Saya langsung ada gambaran bagaimana membuat home curriculum untuk dipraktikkan di rumah.

Menyambut Pembelajaran Tatap Muka Tahun 2022

Kami memang belum sepenuhnya menerapkan home curriculum, tapi saya melihat ada perkembangan yang cukup baik selama Hammam menjalankan belajar dari rumah. Terutama pelajaran SD ini kan jauh berbeda dengan TK. Bukan hanya perlu banyak membaca tetapi juga harus memahami dan mampu untuk menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.

Insya Allah kami sekarang sudah siap menyambut pembelajaran tatap muka, setelah liburan smester satu ini berakhir. Semoga juga bisa benar-benar menerapkan home curriculum supaya bisa makin mengenali gaya belajar anak dan menemukan cara belajar yang paling efektif.

Home Curriculum

Di dalam buku paket sekolah biasanya ada tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. Karena mau nulis ini saya jadi buka-buka lagi bukunya Hammam dan ternyata ada beberapa buku yang nggak ada tujuan pembelajarannya. Ini saya pakai contoh dari buku Akidah Akhlak, yang memiliki tujuan pembelajaran mengenai Dua Kalimat Syahadat.

Di situ tertulis “dengan membaca teks” diharapkan siswa dapat mengenal Allah SWT melalui dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. Selain itu ada juga konsep belajar dengan bermain peran. Ini bisa dijadikan target atau tujuan pembelajaran juga saat belajar di rumah.

4 komponen dalam home curriculum adalah : target, materi, proses belajar dan evaluasi. Kita bahas satu per satu, ya, Buibu.

Tujuan atau Target Pencapaian

Pertama perlu ditentukan apa tujuan atau target pencapaian dari home curriculum. Bisa mengacu pada tujuan pembelajaran yang di buku anak, atau bisa juga jika orang tua memiliki target tersendiri. Misalnya anak sudah mencapai tujuan pembelajaran di sekolah, tetapi orang tua ingin ia lebih memahami materi secara lebih mendalam.

Makanya dalam menentukan tujuan pembelajaran orang tua harus terlebih dahulu memahami sampai di mana posisi anak-anak terhadap topik pendidikan. Kemudian tahapan belajarnya bisa menggunakan konsep Bloom’s Taxonomy (saya akan bahas metode ini di akhir artikel, ya).

home education

Jika diambil dari contoh pelajaran Hammam tentang syahadat, dia baru bisa mengucapkannya tanpa tahu bahwa itu namanya dua kalimat syahadat. Sudah bisa mengucapkan karena sering mendengar ketika adzan dan melafalkannya dalam iqomah sebelum membaca niat sholat.

Kemudian yang menjadi target saya adalah : Hammam bisa mengenal dua kalimat syahadat, membedakan antara syahadat tauhid dan syahadat rosul.

Materi atau Bahan Ajar

home education

Setelah mengetahui sampai di mana pemahaman anak terhadap suatu topik, siapkan materi atau bahan ajar. Saya masih menggunakan buku pelajarannya, buku tulis dan video.

Tentunya bahan ajar ini disesuaikan dengan topik belajar. Kalau topiknya tentang matematika penjumlahan berarti siapkan materi yang dapat digunakan untuk topik tersebut, misalnya benda-benda untuk dihitung dan dijumlahkan.

Proses atau Kegiatan Belajar

Lakukan beberapa metode belajar dan perhatikan metode mana yang paling disukai anak. Jika anak bersemangat, terlihat senang dan mudah memahami topik, bisa jadi ini adalah metode yang paling sesuai dengannya. Tetapi jika anak terlihat cuek, kurang semangat, cepat lupa dan mudah mengantuk, artinya orang tua harus bersiap mencari metode lain.

home education

Saat ini saya juga masih meraba-raba learning style Hammam yang bagaimana. Kadang belajar lancar dengan audio, kadang juga visual. Jadi saya mencoba beberapa cara agar ia bisa membedakan antara syahadat tauhid dengan syahadat rosul.

Pertama saya memintanya untuk membaca kemudian menulis apa yang dia ingat dari apa yang dibacanya. Saya juga membantu dalam mendikte kalimat kalau ada yang terlewat. Kemudian saya minta Hammam menonton video syahadat dan juga membacakannya berulang kali.

Evaluasi Proses dan Hasil Belajar

Pada tahap ini diharapkan orang tua sudah mulai mengenali anak-anak, bagaimana metode belajar yang paling cocok dan efektif, agar bisa diterapkan lagi pada home curriculum berikutnya. Kalau perlu bikin catatan biar nggak lupa :)

home education

Setelah melewati tahap 1-3 akhirnya saya bisa mengevaluasi proses belajar. Untuk pelajaran yang sifatnya hafalan memang harus dibacakan berulang-ulang. Awalnya terlihat cuek tapi lama kelamaan akhirnya dia menunjukkan bahwa dirinya bisa.

Hasil belajarnya sendiri saya saksikan saat ia mengerjakan soal Penilaian Akhir Smester yang dilakukan di rumah. Duh, deg-degan banget takut lupaaa. Haha. Eh, ternyata dia masih ingat dengan apa yang pernah dipelajarinya. Alhamdulillah. Tapi belum tahu hasilnya, karena belum ambil rapor.

Rupanya untuk anak bisa memahami satu topik saja kita harus melakukan hal sejauh ini, ya. Semoga saya bisa melakukannya secara konsisten, nih. Soalnya sungguh terasa manfaatnya untuk anak. Tinggal ibunya yang harus sabaaar banget ngajarin. Haha. Tapi kita bisa kok melakukannya secara menyenangkan dan jangan terlalu dijadikan beban. Sesuaikan saja dengan kemampuan anak.

Untuk melihat sampai di mana kemampuan anak, mari kita bahas sedikit tentang Bloom’s Taxonomy.

Bloom’s Taxonomy

Bloom’s Taxonomy adalah kerangka konsep kemampuan berpikir yang terdiri dari 6 tahap. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956.

Karena tahapan ini berbentuk piramida, maka dalam implementasinya harus dimulai dari bawah. Tahap tersebut adalah remembering, understanding, applying, analyzing, evaluating dan creating. Dalam 6 tahap ini terbagi lagi ke dalam 2 tingkatan berpikir anak, yaitu Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan Higher Order Thinking Skill (HOTS).

Anak dengan level berpikir LOTS baru bisa berada di tahap remembering, understanding dan applying. Sementara level berikutnya anak sudah bisa analyzing, evaluating dan creating.

home education
Referensi : https://www.thoughtco.com/blooms-taxonomy-in-the-classroom-8450

Oh ya, ini bukan hanya Ibu yang bisa melakukan home education. Tapi bisa juga didelegasikan ke Ayah, Nenek, Kakek, pengasuh atau anak yang sudah lebih besar usianya.

Buibu yang mau praktik home education, mari kita saling menyemangati. Besok-besok balik lagi, ya, ke sini. Dan ceritakan di kolom komentar, bagaimana proses belajarnya anak-anak dengan home curriculum. Tetap semangat, Buibuuu.

Be mindful, be happy!

Baca juga : Mengenal Asesmen Nasional

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

Helena
January 6, 2022 at 12:38 pm

Beruntungnya mampir ke sini setelah klik dari IG. Jadi tahu tentang home curriculum. Sifatnya mendukung proses belajar di sekolah dg melibatkan keluarga lebih baik lagi ya.
Oh ya mbak, tentang tes kesiapan masuk SD itu seperti apa ya? Anakku rencana tahun ini masuk SD.



    January 6, 2022 at 2:09 pm

    Alhamdulillah, semoga bermanfaat ya Mbak Helena.
    Tes kesiapan masuk SD dilakukan bersama psikolognya, Mbak. Jadi aku nunggu di luar ruangan dan nggak lihat prosesnya. Tapi kurang lebihnya anak diminta untuk mengerjakan sesuatu sesuai instruksi dari psikolog (ini ada acuannya), untuk melihat kemampuan anak dalam memecahkan masalah. Salah satu contohnya anak diminta untuk menyebutkan angka atau huruf-huruf yang saling bertumpuk. Nanti kelihatan, anaknya mampu nggak nih mengidentifikasi angka atau huruf tersebut.



January 6, 2022 at 1:20 pm

Baruu tau tentang Home Education ini, cocok ini diterapkan ketika daring kemarin buat memantau proses belajar anak.



January 7, 2022 at 1:47 am

Home education tugas kita semua yang ada di rumah karena kita ingin anak kita bisa menghadapi tantangan ke depan dan bisa menyelesaikan masalah dengan sendirian.



January 7, 2022 at 5:04 am

dengan adanya pandemi yang membatasi gerak langkah kita, home education memang banyak menjadi pilihan ya mba. Apalagi sekarang referensi untuk materinya juga banyak tersedia



January 7, 2022 at 1:26 pm

Pembelajaran tatap muka sudah anakku laksanakan awal januari ini mba. Pertama kali selama 2 tahun pandemi. Aku baru tahu konsep home education yang mba ulas detail seperti ini. Tampaknya harus coba aku praktekkan juga



    January 7, 2022 at 4:25 pm

    Alhamdulillah anakku sudah belajar tatap muka sejak bulan Oktober lalu, tapi masih terbatas seminggu 2 kali saja. Semoga bulan depan sudah full dan home education bisa tetap lanjut :)
    Terima kasih atas kunjungannya Mbak Alida.



January 7, 2022 at 1:28 pm

Yey semangat terus buat hammam. Akupun baru tau mba ternyata homescholing dan homeeducator beda ya. Terimakasih sudah sharing mba.



January 7, 2022 at 8:18 pm

kalo molly punya anak nanti, boleh pertimbangkan ini home education. biar sekalian dididik juga dari rumah, terutama poin akidah akhlak.



January 7, 2022 at 10:35 pm

Bersyukur pandemi datang saat akses internet ke pedesaan sudah hampir merata. Sinyal yang timbul tenggelam sudah banyak dimunculkan. Adanya kegiatan belajar di rumah saja tak lagi bikin generasi muda bangsa kita jauh tertinggal. Meski di sana sini masih banyak yg harus dibenahi.



    January 25, 2022 at 1:10 pm

    Alhamdulillah ya, Teh. Akses informasi juga mudah banget sekarang. Ditambah kerja sama pihak sekolah dan anggota keluarga di rumah untuk bisa menjalankan sekolah online, insya Allah semuanya akan lancar.



January 7, 2022 at 10:47 pm

“Target, materi, proses belajar dan evaluasi” … hal2 demikian sebenarnya semua ortu yang ingin memantau proses belajar anak2nya harus paham ya Mbak, mau apapun metode pendidikan yang dijalani buah hatinya. Saya jadi diingatkan lagi nih. Terima kasih, Mbak.



January 8, 2022 at 11:15 am

Memang harus sabar nih jadi gurunya anak-anak di rumah. Niatnya sih pengen mengaplikasikan artikel ini tapi sering kali realisasinya berbeda wkwwk. Apalagi anaknya 3, benar-benar harus mengalokasikan banyak waktu.



    January 25, 2022 at 1:07 pm

    Anak satu saja sudah beraaat. Haha. Apalagi kalau anak 3 terus cara belajarnya beda-beda semua, jadi harus siapin 3 metode belajar. Whaaaa… Tapi balik lagi ke tekad kita sih, ya. Apapun metodenya, kalau sudah punya tujuan pasti bisa tercapai selama konsisten. Semangat, Mak!!



January 8, 2022 at 2:21 pm

Aku juga masoh meraba nih anakku style belajarnya gmn, masih berjbah2 sesuai mood tp aku seneng nih menerapkan hoke education progressnya ke anakku kelihatan udah mulai di tahap understanding



January 8, 2022 at 4:27 pm

Kalau menggunakan kaidah Bloom’s Taxonomy ini apakah terpengaruh dengan pelajaran yang disukai atau tidak disukai, bisa atau belum bisa, paham atau belum paham?

Rasanya jadi seru ya.. kalau orangtua mendalami cara belajar anak, cara menyampaikannya hingga menganalisis sampai sejauh mana anak-anak mampu dan paham mengenai pembelajaran sebuah materi.
Idealnya berarti anak SD tidak banyak pelajaran yaa..
Akan menjadi sangat berat sekali. Apalagi kalau materinya lompat-lompat, gak runut. Tugas berat tenaga pendidik lagi.



    January 25, 2022 at 1:05 pm

    Semua pelajaran baik yang disuka maupun tidak disuka tetap bisa menggunakan konsep Bloom’s ini, Kak. Makanya kita perlu analisa juga anak nggak sukanya kenapa, ya? Adakah yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Duh, aku masih jauh banget juga niiih. Semoga bisa terus belajar bareng anak.



January 8, 2022 at 9:47 pm

eh aku baru ke sini loh ganti nama apa blog yang lama mak
tapi emang semua bermula dari rumah ya
tetep mau gimanapun anak belajar dari orang tua pertama



January 8, 2022 at 11:48 pm

Masalahnya, jaman aku dulu sekolah di tahun 80an, sistem belajarnya masih cenderung ke LOTS. Jadi hanya hapalan dan pemahaman aja, proses hingga ke analyzenya kurang banget. Bagus loh kurikulum sekarang, sudah beranjak ke HOTS. Nah, tinggal pendidiknya siap apa enggak mendampingi agar HOTS ini benar-benar bisa dikuasai oleh anak.



January 10, 2022 at 2:51 pm

Membaca ini jadi tahu bedanya home schooling dengan home education. Ternyata bedanya jauh banget ya, kirain cuma beda nama aja.



January 11, 2022 at 2:00 pm

Saya bersyukur mampir ditulisnya mbak, terkait bimbingan belajar memang tak mudah bagi orang tua, yang tentu membutuhkan edukasi juga. Aku baru tau tentang home education buat anak.



January 11, 2022 at 9:42 pm

Mbak Dzulkhulaifah lebih keren nih dari guru, betul-betul mempelajari segala metode dan teknik mengajar. Guru saja tak semua bisa selengkap itu caranya. Tetapi kalau dipikir-pikir, pendidikan utama memang selayaknya dimulai dari rumah sih. Semoga makin sukses ya mendampingi anaknya.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *