fbpx
gizi anak usia dini
Health

Gizi Anak Usia Dini di Balik Krimer Kental Manis

Salah satu kesempatan berkesan yang pernah saya ambil sebagai influencer adalah mengikuti campaign sebuah brand susu pertumbuhan dengan program edukasi tentang gizi anak usia dini kepada para ibu. Termasuk juga edukasi mengenai krimer kental manis yang sampai saat ini masih dianggap sebagai susu.

Kesadaran tentang gizi keluarga memang perlu dibangun mulai dari usia dini. Saat ini target edukasinya bukan lagi kepada orang tua saja, tetapi anak-anak melalui jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Untuk meningkatkan awerness terhadap gizi anak usia dini, HIMPAUDI (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia) bersama dengan YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia) menyelenggarakan webinar bertajuk “Membangun Kesadaran Gizi Keluarga Mulai dari Usia Dini” pada tanggal 21 Desember 2020 melalui aplikasi Zoom Meeting.

Strategi PAUD Menghadapi Tantangan Demografi

Bapak Harris Iskandar selaku Widyaprada Ahli Utama, Kemdikbud sekaligus Tim Edukasi Perubahan Perilaku, Satgas Covid-19 menyampaikan ada 2 tantangan besar yang tengah kita hadapi saat ini. Pertama, tantangan wabah Covid-19. Penerapan protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) untuk menurunkan kasus aktif dan 3T (Testing, Tracing, Treatment) untuk peningkatan kesembuhan dan penurunan tingkat kematian, selalu diupayakan semaksimal mungkin.

Tantangan yang kedua adalah bonus demografi tahun 2030-2040 mendatang. Di masa ini generasi yang unggul sangat diharapkan dapat memajukan bangsa dalam segala bidang. Untuk itu diperlukan persiapan khususnya terhadap anak-anak usia dini. Bukan hanya dalam pendidikan, tetapi meliputi kesehatan, perlindungan dan kesejahteraan yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga.

Dari HIMPAUDI sendiri menerapkan 4 strategi PAUD yang terdiri dari : Pemenuhan Akses PAUD, Peningkatan Kualitas Layanan Paud, Penguatan Tata Kelola dan Penguatan SDM PTK PAUD. Dalam Peningkatan Kualitas Layanan PAUD terdapat strategi dalam Pendidikan, Kesehatan, Gizi, Perawatan, Pengasuhan, Perlindungan dan Kesejahteraan.

Baca juga : Perlindungan Hak Anak Menuju Bonus Demografi Indonesia

Gizi Anak Usia Dini

Gizi anak sejak usia dini baik dapat mendukung kualitas pendidikan di masa depan. Dan pendidikan yang berkualitas bukan hanya bermanfaat bagi seorang anak, tetapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.

dr. Moretta Damayanti, SpA(K), M.Kes UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia memaparkan tujuan umum gizi yang tepat untuk anak usia dini yang terdiri dari periode pemberian makan anak, syarat dan komposisi makan anak, pemilihan jenis susu yang tepat dan budaya makan anak.

Periode Pemberian Makan Anak

Tahapan makan anak terbagi menjadi 4 periode, yaitu ASI eksklusif (0-6 bulan), ASI dan MPASI (6-11 bulan), ASI dan MPASI transisi ke makanan keluarga (12-23 bulan) dan makanan keluarga (>24 bulan).

Syarat dan Komposisi Makan Anak

Pemberian makan anak harus sesuai dengan usia, kebutuhan nutrisi (makro dan mikronutrien) dan keterampilan makan anak. Dengan proses pembuatan dan penyajian makanan yang higienis dan menyesuaikan aturan makan, lapar dan kenyang anak.

Sumber makanan lengkap harus terdiri dari karbohidrat, protein, sayuran, buah dan lemak secukupnya.

Jenis Susu yang Tepat

Umumnya susu anak adalah susu sapi, ada juga yang berasal dari hewan lain seperti kambing. Bagi anak yang mengalami alergi bisa diberikan susu soya. Susu harus mengandung vitamin, mineral dan kalsium yang baik untuk metabolisme dan pertumbuhan tulang. Juga mengandung karbohidrat, protein dan lemak untuk sumber energi dan sistem kekebalan tubuh.

Budaya Makan Anak

Media sosial saat ini mempengaruhi budaya makan anak. Orang tua sering kali berkiblat pada media sosial dalam pemberian makan anak seperti komposisi MPASI yang tepat, jam makan anak dan lain-lain. dr. Moretta menyarankan para orang tua agar mencari informasi yang aktual melalui situs-situs resmi organisasi kesehatan misalnya website Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Krimer Kental Manis Bukan Susu

Nah, terkait dengan gizi yang tepat dalam susu, sampai saat ini masih banyak orang tua di Indonesia yang menggap krimer kental manis atau susu kental manis. Padahal itu hanyalah cairan gula yang mengandung sangat sedikit susu, atau bahkan hanya ada aroma susunya saja.

YAICI sebagai lembaga mandiri yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan dan kesehatan, melakukan penelitian perpsepsi masyarakat terhadap krimer atau susu kental manis. Penelitian dilakukan di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Dari hasil penelitian tersebut didapatkan data 1 dari 7 anak minum susu atau krimer kental manis setiap hari. Sebanyak 28,96 persen orang tua menganggap SKM/KKM adalah susu pertumbuhan, yang mana informasi ini didapat dari televisi dan pusat layanan kesehatan.

Berikut ini info lengkap hasil temuan dari YAICI, gengs. Mencengangkan banget ternyata 6,9 persen anak usia 5 tahun keatas mengkonsumsi SKM/KKM sebagai minuman sehari-hari.

krimer kental manis

Dampak Buruk Konsumsi Krimer Kental Manis

Sudah pasti konsumsi krimer kental manis secara rutin dapat berdampak buruk bagi anak-anak. Kandungan yang ada di dalam SKM/KKM bukan komposisi yang harus dikonsumsi oleh anak. Akibatnya, mengacu pada hasil penelitian di atas, 13,4 persen mengalami gizi buruk akibat SKM/KKM. Sementara 27,6% mengalami kekurangan gizi dan 35,2 persen justru mengalami kelebihan gizi.

Bukan hanya risikonya yang begitu besar, ternyata kerugian yang diakibatkan dari kekurangan gizi di tahun 2020 ini mencapai 2-3% PDB (Pendapatan Domestik Bruot). Potensi kerugiannya sebesar Rp 474,9 Triliun. Geeengs! Rugi banyak banget, yaaa.

So, cukup sampai di sini, gengs. Yuk kita bantu edukasi kepada mereka yang masih salah persepsi terhadap susu atau krimer kental manis. Agar anak-anak Indonesia semakin sehat dan bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas, menuju Indonesia emas 2045.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *