Dyslexia, Tak Terlihat Tetapi Nyata
Sekilas Puan Bulan Ayu terlihat sama dengan yang lainnya. Beliau berjalan, berbicara dan tertawa sama seperti halnya saya dan orang lain yang berada di dalam ruangan itu. Tapi saya salah. Wanita cantik itu rupanya begitu spesial. Dyslexia yang dialaminya adalah sesuatu yang tidak terlihat, tetapi nyata adanya. Ia juga dikenal dengan sebutan Bulan Ayu Dyslexia.
Dyslexia adalah salah satu gangguan pembelajaran yang dialami oleh seseorang dengan ciri-ciri kesulitan membaca, menulis dan mengeja. Kesulitan ini pada akhirnya akan membuat penderita disleksia sulit merangkai huruf menjadi kata, atau mengubah kata ke dalam huruf.
Saya sendiri tahu istilah disleksia dari sebuah film televisi yang saya tonton belasan tahun lalu. Kemudian film lain yang lebih spesifik bercerita tentang disleksia adalah “Taare Zameen Par” atau “Like Stars on Earth” (tahun 2007) yang diperankan oleh Amir Khan. Film Bollywood ini lah yang paling menyentuh hati saya. Bagaimana seorang anak yang spesial perlu belajar dengan cara yang juga spesial. Bagaimana rasa frustasi yang dialaminya, ketika orang di sekitar tidak mengerti dengan kondisinya.
Tanda Seseorang Mengalami Dyslexia
Pekan lalu, telah dibuka pusat penanganan dyslexia di Indonesia, yaitu D Genius Learning Center, didirikan oleh Bulan Ayu dan Mega Poerbo Paningkas.
Pada acara pembukaannya, D Genius Learning Center mengundang para guru perwakilan dari sekolah-sekolah di Tangerang, juga masyarakat sekitar, untuk meningkatkan awarness terhadap disleksia. Karena sejauh ini masyarakat masih awam dengan disabilitas disleksia yang sering kali tidak terlihat secara langsung gejala-gejalanya.
Turut hadir pula para pakar untuk berdiskusi dalam sesi Coffee Talk. Mereka adalah Dr. Dante Rigmalia M.Pd, Ph.D (Ketua Komisi Nasional Disabilitas tahun 2022-2026), Dr. Francisca Febriana M.Psi, PhD (Psikolog dan Dosen Universitas Pelita Harapan), Tuan Jaldeen Mohd Ali (Psikolog Pendidikan dan Pakar Dyslexia dari Malaysia), dan Puan Bulan Ayu SE, MH, Ph.D (C) Education (Program Director dan Owner Dyslexia Genius Malaysia).
Tuan Jaldeen Mohd Ali menyampaikan tanda-tanda seseorang mengalami disleksia yang sudah bisa dilihat sejak masih anak-anak, sebagai berikut :
- Sulit mengingat dan mengurutkan rangkaian angka dan huruf
- Sulit menyebutkan bunyi huruf yang serupa
- Kesulitan merangkai huruf menjadi satu kata maupun mengubah kata ke dalam huruf.
- Huruf yang satu dengan lainnya tertukar bunyi atau bentuknya.
- Sering terbalik saat menulis.
- Sulit membedakan arah kanan, kiri, atas, bawah.
- Sering tersandung.
Kalau anak Buibu mengalami hal seperti ini, yang harus dilakukan adalah mengajak anak untuk bertemu dengan profesional untuk screening dan intervensi. Lebih cepat akan lebih baik.
Mengapa Dylexia Memerlukan Intervensi?
Kebayang nggak, sih, kalau anak kita di usia yang seharusnya sudah bisa membaca tetapi mengalami permasalahan pembelajaran yang menjadikkannya belum bisa membaca? Yang sering kali ditemui adalah orang tua yang menganggap anaknya tidak pintar atau malas belajar. Padahal bisa jadi, anak justru merasa frustasi dengan keadaannya. Dirinya sendiri bingung mengapa tidak bisa mengingat dengan baik apa yang diajarkan oleh orang tua dan gurunya.
Puan Bulan Ayu adalah seorang dengan disleksia yang tidak pernah diketahui oleh orang tuanya. Berbagai tekanan datang saat dirinya tidak mampu belajar seperti teman-teman yang lainnya, baik dari guru, pihak sekolah, bahkan dari orang tuanya sendiri. Tetapi karena daya juangnya yang sangat tinggi, beliau berhasil menyelesaikan sekolah hingga mendapatkan gelarnya seperti sekarang. Baru kemudian Puan Bulan Ayu tahu kalau dirinya menderita disleksia, setelah menikah dengan seorang pakar disleksia.
Cerita mengharukan juga disampaikan oleh Dr.Dante Rigmalia yang ternyata merupakan penyandang disleksia. Beliau melalui masa kecilnya dengan pengalaman yang sama dengan Puan Bulan Ayu. Karena keterbatasan akses informasi pada zaman dahulu, para orang tua menjadi tidak tahu bahwa disleksia itu ada. Karena kondisi yang terlihat normal seperti anak-anak kebanyakan, maka dianggapnya kondisi Dante kecil baik-baik saja.
Dari cerita keduanya, jelas sekali disleksia membutuhkan intervensi. Agar penderitanya bisa melalui proses belajar yang lebih sesuai dengan kondisinya saat ini. Setiap anak itu spesial, cara belajar yang paling ideal adalah menyesuaikan dengan karakteristiknya. Apalagi anak-anak yang mengalami disleksia, tentu saja cara belajarnya pun butuh yang spesial.
Dr. Dante Rigmalia selaku Ketua Komisi Nasional Disabilitas, tengah mendorong pemerintah untuk mensosialisasikan tentang disleksia kepada masyarakat. Karena kehidupan sosial para penderita disleksia seharusnya dapat berjalan normal seperti masyarakat pada umumnya, jika di masyarakat sendiri sudah ada kepedulian terhadapnya. Beda ceritanya kalau masih belum ada awareness, penderita disleksia akan merasa terasing karena dianggap tertinggal, tidak berprestasi, tidak normal dan stigma negatif lainnya.
D Genius Learning Center dengan SPTBiD
Dibukanya D Genius Learning Center merupakan berita gembira yang sudah lama dinantikan. Di tempat ini biasanya anak-anak di-screening terlebih dahulu untuk menentukan level belajarnya. Diharapkan dapat membantu anak-anak yang mengalami disleksia, agar bisa belajar dengan lebih optimal.
Metode belajarnya sendiri dengan SPTBiD atau Sariah Program & Teknik Bimbingan Intensif Disleksia. Yaitu program yang dibuat dan dikembangkan oleh Puan Sariah Binti Amirin AMW PPN, yang dikenal sebagai “Ibu Dyslexia Malaysia”, dan juga Tuan Jaldeen Mohd Ali selaku Pakar Dyslexia, asesor dan founder Dyslexia Genius di Malaysia.
Di D Genius ini kelasnya privat, ya. Siswa dikelompokkan berdasarkan level belajar yang didapat dari hasil screening-nya. Terdiri dari maksimal 6 siswa per kelas agar pembelajaran lebih efektif. Selain itu juga menggunakan metode belajar yang menyenangkan, lingkungan belajar yang kondusif dan tentunya guru-guru yang berkualitas dan berpengalaman.
Jika ada kebutuhan untuk screening, Buibu bisa langsung saja ke DGenius Learning Center di Perumahan Banjar Wijaya Cluster Viola Blok B75 No. 12 Rt. 01 Rw. 16, kel. Cipete, Kec. Pinang, Tangerang Kota. Nomor telepon 0812 2514 8946, email : dgenius.indo@gmail.com. Atau mau baca-baca dulu terkait disleksia, bisa langsung klik Dyslexia Indonesia untuk masuk ke website-nya.
Dari sesi coffee talk ini saya jadi banyak belajar. Bahwa siapa pun yang mengalami disleksia harus diberikan dukungan dari berbagai pihak. Agar dapat belajar seperti anak-anak pada umumnya dan dapat meraih cita-cita serta impiannya. Karena anak-anak dyslexia memiliki potensi yang sama dengan yang lainnya, bahkan sering kali kecerdasannya melebihi rata-rata.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk Buibu semua. Sekali lagi, jika menemukan anaknya, keluarga atau tetangga yang mengalami ciri-ciri disleksia seperti yang saya sebutkan di atas tadi, jangan diabaikan apalagi didiskriminasi, ya. Semoga kita semua bisa lebih bijak menghadapi kondisi setiap orang.
Terima kasih sudah mampir di blog aifalogy.com
Comments
Hiks, jadi inget anak saya. Mirip semua itu ciri-cirinya. Saya sering liat tatapan mata dia yang nelangsa kayak mau bilang, “Aku emang nggak ngerti,” untuk beberapa hal yang bagi kebanyakan orang dipahami tapi heran saat melihat anak saya nggak paham atau nggak bisa.
Saya sendiri kalau nerangin anak saya belajar sampai harus muter-muter dulu ke mana-mana. Demi bisa masuk logika dia. Bener, mirip di film Taare Zameen.
Semoga segera ada solusi untuk anaknya, ya, Mbak. Semangaaat.
Pertama liat bu Bulan iya ya penampakannya biasa aja seperti kebanyakan, gak nyangka beliau mengidap dyslexia. Apalagi waktu beliau cerita duhh kebayang beratnya. Pdhal penyandang dyslexia itu bukan bodoh asal dapat penanganan awal yang tepat mereka juga bisa maju.
Jadi ikutan sedih ya Mbak dengar ceritanya.