fbpx
Health

Bentuk Perhatian dan Latihan Fisik untuk Anak Obesitas

Dahulu saya sempat bingung kalau dibilang ‘gadget dapat menyebabkan obesitas’. Why oh why? Sampai ngebayangin, apa iya orang itu ngemil ya sambil mantengin gadget-nya, enggak sadar tahu-tahu habis dua bungkus mi instan, atau nasi tumpeng mungkin? Hahahaha, kenapa pikiran saya hanya se-cetek itu, sih?

Lalu pikiran yang cetek ini akhirnya tercerahkan setelah saya menghadiri sebuah undangan dari Dear Blogger Net, talkshow kesehatan bertema “Obesitas pada Anak” yang diselenggarakan oleh RS. Royal Progress pada tanggal 3 Agustus 2018, berlangsung di Resto Up in Smoke, Jakarta.

Sebagai bentuk kepedulian RS Royal Progress selaku penyedia layanan kesehatan terhadap tumbuh kembang anak Indonesia, Media and Blogger Gathering ini menghadirkan narasumber yang masing-masing memilik keahlian di bidangnya, terkait dengan topik obesitas pada anak. Yaitu dr. Lucie Permana Sari, SpA (dokter spesialis anak), Ibu Nadia Rachman, M. Psi (Psikolog) dan Dr. dr. Rika Haryono, SpKO (spesialis kedokteran olahraga).

Narasumber

Obesitas pada Anak

Obesitas adalah suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal. Kalau kamu tahu yang disebut overweight atau kelebihan berat badan, nah, obesitas masih di atas itu.

Rupanya yang menyebabkan obesitas adalah jika asupan energi pada tubuh seseorang lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Oh, I see, dengan kata lain ‘kurang gerak’. Makannya banyak, asupan energi dan lemaknya tinggi, tapi gerak tubuh yang membuang energi hanya sedikit. Nah jadi ini yang bikin orang tua khawatir. Makanya dek, kalau mamanya bilang jangan main gadget melulu tuh didengar. Bukannya mama kalian pelit quota, tapi mama takut kalian mengalami masalah berat badan.

dr. Lucie menjelaskan bahwa selain pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami obesitas. Kemudian anak-anak yang mengalami obesitas ini ketika dewasa kelak lebih berpotensi mengalami obesitas juga. Yang ujung-ujungnya bisa berakibat pada penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.

Faktor Penyebab Obesitas

Obesitas bisa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Walaupun tak selalu orang tua yang obesitas akan memiliki anak yang obesitas juga, tetapi ada kemungkinan besar anak akan mengalami hal itu karena pengaruh genetik orang tuanya. Kalau secara faktor lingkungan, bisa jadi si anak menuruni kebiasaan orang tuanya sehingga terjadinya orang tua dan anak yang obesitas.

Selain itu berpengaruh pula kondisi lingkungan tempat tinggal seseorang yang zaman sekarang ini sudah minim lahan bermain. Tak ada tempat untuk anak-anak berlarian, bermain bola. Jadi di waktu luang mereka kalau enggak disuruh bobo siang, pergi mengaji, ya nonton televisi atau main game. Jadi kalau anak sesekali suka main gadget masih boleh asalkan aktivitasnya masih normal dan banyak bergerak. Mungkin Ayah dan Ibunya bisa mengajak anak-anak lari pagi ke manaaa gitu.

Berikutnya adalah pola makan yang tidak tepat. Berhubung sekarang makin banyak banget ya kedai-kedai fastfood, mulai dari yang terkenal sampai yang pinggir jalan. Enak, sih, tapi biasanya banyak lemak serta minim sayuran dan buah-buahan. Minuman ringan dan mengandung soda juga dapat mengakibatkan kenaikan berat badan. Alhamdulillah saya sudah stop minum minuman yang bersoda sejak lama sekali, Insya Allah terhindar dari obesitas. Amiin.

Dampak dari Obesitas

Simak dulu nih, dampak yang bisa ditimbulkan oleh obesitas.

  • Gangguan fungsi saluran napas obstruktif sleep apnea (OSA)
  • Sindrom Metabolik, yaitu kumpulan gejala perkembangan penyakit generatif seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.
  • Gejala Asma. Jika tubuh kita berat pastinya pernapasan juga menjadi sulit, boro-boro mau olahraga, jalan sebentar rasanya napas sudah menderu-deru. Jika terus-terusan seperti ini maka terjadilah asma.
  • Hepatic Steatosis (Fatty Liver). Yaitu penyebab penumpukkan lemak di tubuh dan di dalam pembuluh darah.
  • Pubertas Lebih Awal. Kalau ada anak perempuan yang mengalami menstruasi dini kita sering menyebutnya ‘subur’, kan? Ternyata ini merupakan tanda bahwa hormon dalam diri anak tersebut tidak seimbang. Perempuan yang mengalami menstruasi dini berisiko mengalami gangguan kesehatan saat dewasa.
  • Gangguan Pertumbuhan Muskuloskeletal.Bagi anak-anak yang masih mengalami masa pertumbuhan, jika berat badannya berlebih maka dapat merusak area pertumbuhan tersebut. Paling buruknya adalah bisa mencederai tulang.
  • Masalah Dalam Interaksi Sosial. Ini sih sudah barang tentu, anak yang memiliki berat badan berlebih pasti akan sering mendapat perlakuan tidak adil, apalagi dengan maraknya kasus bullying.

Bentuk Perhatian kepada Anak yang Mengalami Obesitas

Dari sisi psikologi tentunya anak yang memiliki kelebihan berat badan harus mendapatkan perhatian khusus. Ibu Nadia Rachman selaku psikologi di RS Royal Progress ini berpendapat, anak obesitas akan mengalami gangguan emosi. Yaitu keadaan emosi yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang baik karena timbulnya emosi yang kuat atau emosi yang tidak hadir, hakikatnya tidak ada emosi yang positif atau negatif tergantung persepsi individu.

Ibu Nadia Rachman, M. Psi

Kelebihan berat badan pada anak sejatinya tak hanya mengubah penampilan dan kesehatan fisiknya saja, tapi juga berdampak pada perilaku. Seperti yang tadi saya singgung anak dengan obesitas kerap kali di-bully oleh teman-temannya, sehingga ia akan lebih sering memisahkan diri. Perasaan sedih ketika ia menyendiri ini dapat mengakibatkan perasaan lapar yang berlebihan. Dan larinya akan ke makanan lagi, makanan lagi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di UCLA, menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas pada usia 10-17 tahun, memiliki risiko dua kali lipat mengalami masalah kesehatan fisik, mental dan ketidak mampuan belajar. Kasihan kan anak-anak ini. Yang seharusnya jadi anak-anak pintar tapi potensi itu hilang karena adanya persepsi negatif terhadap dirinya sendiri. Merasa gemuk, tidak keren, kurang percaya diri, dan merasa teman-temannya tak menyukai dirinya.

Tanda-tanda Gangguan Sosial Emosi pada Anak

Beberapa tahun yang lalu, teman saya pernah berkonsultasi dengan psikolog tentang anaknya yang belakangan tidak mau sekolah. Setiap kali akan berangkat ke sekolah selalu ada saja alasannya. Rupanya ia mengalami krisis percaya diri karena badannya yang gemuk, katanya sering diledeki sama teman-temannya. Ini anaknya saat itu masih TK B, loh. Segitu dahsyatnya perlakuan tidak menyennangkan yang ia terima sampai-sampai takut ke sekolah.

Untungnya teman saya ini tanggap, ya. Segera konsultasi ke psikolog begitu melihat ada yang mencurigakan. Bagi para orang tua boleh juga nih diselidiki lebih lanjut apakah anaknya mengalami gangguan emosi, dengan memperhatikan hal-hal berikut.

  • Hubungan dengan keluarga, teman sepermainan, teman sekolah , ditangapi tidak menyenangkan.
  • Segan bergaul atau merasa terasing.
  • Suka melarikan diri dari tanggung jawab.
  • Kurang percaya diri
  • Gugup
  • Mengeluh
  • Sikap yang introvert
  • Mudah Murung
  • Mudah merasa tersingung

Jika diantaranya menjadi perilaku anak belakangan ini, segeralah menjadi lebih dekat dengannya ya, Buibu. Bantu ia menjadi anak yang percaya diri. Kalau mau badannya ‘bagus’ ya berarti harus kontrol makanannya, orang tua harus memberi support. Berikan kesempatan untuknya mencoba hal-hal baru sesuai dengan minat dan bakatnya. Dan bisa juga dengan mengikutsertakan anak pada kegiatan-kegiatan lain yang dapat mengasah rasa percaya dirinya.

Latihan Fisik untuk Anak Obesitas

Selain kegiatan positif yang sudah saya sebutkan di atas, juga diperlukan latihan fisik untuk anak obesitas. Tujuannya adalah untuk mengurangi berat badan, agar perkembangan tubuhnya bisa optimal. Karena anak dengan obesitas rentan mengalami yang namanya penyakit blount.

Penyakit blount adalah kaki menjadi bengkok akibat perubahan hormonal dan tekanan yang terlalu berat pada kaki yang sedang mengalami pertumbuhan.

Selain itu juga berisiko mengalami patah tulang jika anak dengan obesitas terjatuh karena berlari atau sedang berolahraga. Berat tubuhnya yang memungkinkan ini terjadi. Pada anak dengan berat badan normal, jika terjatuh mungkin saja bisa terkilir. Tapi anak dengan obesitas memiliki risiko jauh di atas itu.

Risiko lainnya adalah Slliped Capital Femoral Epiphysis (ECFE), atau kondisi tulang femur yang bergeser ke arah belakang akibatnya tidak dapat menahan berat badan.

dr. Rika membagikan pengalamannya menangani latihan fisik untuk anak obesitas. Menurutnya susah-susah gampang dalam memberikan latihan fisik ini, karena anak-anak umumnya memiliki mood yang berubah-ubah. Sehingga untuk menyiasatinya bisa dengan melakukan permainan, tentunya permainan yang melibatkan aktivitas fisik namun minim risiko cedera.

Prinsip Latihan Fisik pada Anak

Pada prinsipnya latihan fisik pada anak obesitas tidak tertarget pada berapa jumlah berat badan yang harus diturunkan. Karena tubuh dan tulang anak masih berkembang. Jadi kalau nanti ada penurunan berat badan dari latihan fisiknya, tapi ada kenaikan lagi dari pertumbuhannya, ini bisa dikatakan normal. Berbeda dengan obesitas yang dialami oleh orang dewasa, latihan fisiknya adalah dengan target menurunkan berat badan hingga menjadi berat yang ideal. Latihan fisik harus dimulai dengan kemampuan anak dan dinaikkan sedikit demi sedikit sampai sesuai target.

Frekuensi latihan fisik pada anak obesitas cukup dilakukan 3-5 kali per minggu, namun harus rutin. Intensitasnya sedang, tidak terlalu lambat maupun terlalu cepat. Latihan yang bisa diberikan adalah tipe aerobik (tipe 1, 2, 3) untuk melatih kekuatan otot dan kelentukan. Untuk durasinya adalah antara 30-60 menit.

Latihan fisik ini bisa didukung dengan dikuranginya porsi menonton televisi dan bermain gadget. Usahakan anak lebih banyak kegiatan bergeraknya ketimbang memainkan permainan digital yang dilakukan hanya sembari duduk dan ngemil pula.

Tentang RS Royal Progress

RS Royal Progress adalah rumah sakit swasta yang didirikan pada tanggal 29 Juni 1990 dan diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Bapak dr. Adhiyatma MPH pada tanggal 18 Desember 1991. Dahulu RS Jakarta Utara lokasinya sangat jauh sekali dari pemukiman warga, sebelum RS Royal Progress hadir.

RS Royal Progress pada tanggal 23 Agustus 2012 telah dinyatakan lulus Akreditasi KARS 2012 dengan kelulusan PARIPURNA yang  merupakan standar  yang lengkap dan menyeluruh tentang pelayanan berfokus pada pasien, manajemen RS, sasaran keselamatan dan kenyamanan pasien. Royal Progress terus memberikan dan meningkatkan sistem pelayanan dengan penuh cinta kasih.

 

Silakan follow akun Instagram RS Royal Progress untuk tahu info-info terkini :)

 

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

August 10, 2018 at 8:24 pm

Woo, anak obesitas ini hormonnya bekerja lebih cepat yaa ternyata. Cepat pubernyaaaa… Mesti di perhatikan dan di tangani secara khusus.



August 11, 2018 at 4:57 am

Anak-anak saya nggak obesitas sih… Tapi ponakan saya ada yang obesed. Dan saya kasihan lihatnya, karena waktu ngajak jalan dia di komplek rumah eeh ada bapak-bapak yang naik motor nyeletuk, “minggir, ndut!”. Emang ngomongnya sambil bercanda aja.. tapi dengernya itu kan menyakiti hati. Untung dia masih aktif bermain dan bersosialisasi. Ponakan saya termasuk anak yang PD.

Emang serem deh penyakit-penyakit degeneratif yang ditimbulkan obesitas. Apalagi kalau tulangnya masih dalam masa pertumbuhan udah diberi beban massa tubuh melebihi ideal.



August 13, 2018 at 7:57 am

Biarpun belum punya anak, tapi info ini penting karena bisa bermanfaat juga buat keponakan-keponakan sebelum sampai mengalami obesitas :)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *