fbpx
teman tapi menikah
Film

Teman Tapi Menikah, Sebuah Kisah Cinta Biasa

Sebagai follower instagramnya Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion saya langsung berencana dong mau nonton film “Teman Tapi Menikah” begitu diumumkan tanggal tayangnya. Penasaran karena lihat di instastory banyak yang mewek selepas nonton film ini, termasuk cowok-cowok. Kayak apa sih filmnya??

Tadinya mau nonton bareng pak suami dan mau ngajak teman-teman juga yang termasuk golongan teman tapi menikah. Biar sambil mengenang masa muda aja whahaha. Eh tapi enggak jadi, kayak biasa saya nonton sama keponakan deh.

Sinopsis

Teman Tapi Menikah adalah salah satu film yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Merupakan kisah nyata yang memang dialami oleh penulisnya, Ayudia dan Ditto. Sedari kecil Ayudia sudah jadi artis dan wajahnya sering kali muncul di televisi. Ditto sudah sejak lama menjadi fans sejati. Pada suatu masa akhirnya mereka bertemu di sekolah yang sama, duduk sebangku pula. Ditto menyadari bahwa dia benar-benar menyukai Ayu, tanpa Ayu tahu hingga 12 tahun berikutnya.

Sementara itu Ayu selalu curhat pada Ditto tentang kehidupan dan kisah cintanya. Ditto yang merasa belum memiliki cukup bekal hanya bisa menjadi pendengar setia. Sambil mengumpulkan nyali agar suatu saat bisa menyatakan perasaannya. Hingga akhirnya Ayu yang telah dewasa bercerita bahwa pacarnya ngajak nikah.

Sahabat yang Memendam Rasa Selama 12 Tahun

Novel Teman Tapi Menikah yang katanya best selling itu, saya belum pernah baca. Menurut review di goodreads, bukunya bercerita dari sisi orang ketiga yang mana lebih banyak menceritakan perasaan Ditto terhadap Ayu. Di dalam film alur ceritanya berdasarkan sudut pandang Ditto. Kayaknya memang seharusnya begini ya, secara si Ditto yang punya perasaan duluan terhadap Ayu. Eheem.

Kebayang enggak sih memendam rasa selama 12 tahun kayak Ditto. Setiap hari ketemu sama cewek yang dia suka, tapi ya cuma bisa sampai di situ aja. Pengin bilang tapi takut, sekalinya udah berani eh waktunya yang enggak pas.

Akhirnya Ditto menunggu terus, terus, lagi dan lagi. Sedangkan Ayu bisa dengan santainya cerita apapun ke Ditto tentang kisah cintanya bersama cowok lain. Dalam hati sih cemburu, tapi Ditto selalu bisa stay cool sampai Ayu enggak sadar sama sekali kalau cowok itu naksir berat.

Selayaknya sepasang sahabat, Adipati Dolken yang berperan sebagai Ditto dan Vanessa Prescilla sebagai Ayudia lumayan ‘dapet’ sih serunya. Konyol-konyolnya mereka ketika double date benar-benar berhasil bikin jealous pasangan masing-masing. Nah yang kayak gini ini yang bikin Ayu enggak ‘ngeh’ apa perasaan Ditto yang sesungguhnya. Aslinya si Ditto kok sabar bener jadi orang. LOL.

Nasihat Seorang Sahabat dan Vespa Pertama

Di film ini diceritakan awal mula Ditto serius dengan perkusi dan mengapa namanya menjadi Ditto Percussion. Ketika Ditto berhasil mendapatkan rupiah pertamanya dari hasil ‘ngamen’, Ayu menasihati dirinya untuk menabung penghasilannya tersebut. Juga untuk selalu humble hingga kapan pun. Karena orang kalau lagi enggak ada duit gampang banget untuk menjadi baik. Kalau sudah banyak duit keseringan jadi lupa diri.

Nampaknya nasihat Ayu sangat memengaruhi kehidupan Ditto di kemudian hari. Hingga ia sanggup membeli motor Vespa pertamanya, juga pencapaian lain dalam hidupnya. Saking cintanya sama Ayu, Ditto dengar dan lakukan semua nasihat Ayu.

Di sini saya mendapat pesan moral bahwa nasihat yang tulus dari sahabat itu bisa memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik lagi. Apalagi kalau sahabatnya kita sayang. Eeehhh.

Sahabat yang Teripsah Kota

Ditto sebenarnya ingin tetap kuliah di Jakarta, tapi saat itu Ayu ada gelagat dekat dengan cowok lain. Akhirnya Ditto kembali menunggu. Kali ini bukan menunggu untuk perasaan Ayu yang akan berubah terhadapnya. Tapi ia menunggu dirinya sendiri untuk melupakan perasaannya kepada Ayu.

Pada scene Ditto harus pergi ke Bandung, itu yang sedih bangeeeet. Saya sampai mewek dibuatnya. Ya sedih karena Ditto belum berhasil bilang ke Ayu, juga sedih karena mereka akan berpisah dalam waktu yang cukup lama. Emang pada dasarnya saya tipe orang yang enggak bisa berpisah sama orang yang saya sayang kali ya, jadinya berasa aja emosinya.

Tapi setelah itu saya merasa kok filmnya jadi membosankan ya. Soalnya udah tau dari judulnya “Teman Tapi Menikah”, ya udah pasti akhir ceritanya akan menikah. Masalahnya selama sisa durasi film enggak ada konflik yang berarti. Seandainya aja ada sedikit konflik pasti akan lebih seru. Memang sih Ayu mengakui pada film maupun novel enggak mengangkat konflik, karena mereka emang santai gitu. Sekalipun ada konflik ya itu yang enggak pantas aja jadi konsumsi publik, katanya takut dicoret dari KK (kartu keluarga). Haha, ada-ada aja yes.

Nah setelah bertahun-tahun pisah kota akhirnya Ditto sadar bahwa dia harus segera menyatakan perasaannya ke Ayu. Eh tapi keduluan, Ayu udah terlanjur bilang kalau dia dilamar sama pacarnya. Duuuhh, ini hancur lah hati penonton.

Teman Tapi Menikah adalah Sebuah Kisah Cinta Biasa

Menurut saya kisah cinta Ayu-Ditto adalah kisah cinta yang pasti dialami oleh banyak orang. Suka sama sahabat sendiri, bertahun-tahun. Mungkin karena Ditto memendam selama 12 tahun kali ya jadi kedengarannya sungguh fenomenal. Mungkin juga  karena Ayudia bukanlah cewek biasa, melainkan seorang artis yang kisah hidupnya sekecil apapun bisa menjadi penting di mata banyak orang.

Jujur saya ada rasa kecewa sedikit karena film Teman Tapi Menikah tak seperti ekspektasi saya. Mungkin saya sudah terlanjur terbawa euforia di IG story si Ayu-Ditto yang banyak banget me-repost kekaguman para penonton terhadap film ini. Yang mereka bilang filmnya sedih, filmnya gemesin, seru, kocak and so on. Ternyata saya cuma sedih sekali waktu Ditto akan ke Bandung. Dan ternyata enggak gemash-gemash amat, kocaknya ya biasa-biasa gak sampai bikin penonton ketawa ngakak banget huhuhu.

Berhubung semua orang sudah tahu bahwa mereka adalah sahabat sejak 12 tahun lalu, rasanya kok jadi adem ayem gitu ya pas lihat filmnya ya udah gitu doang. Kirain akan ada hal yang masih tersembunyi akan diungkap di film.

Kalau secara akting Adipati udah gak diragukan lagi ya. Saya selalu suka sama cowok cakep itu apapun yang ia perankan. Vanessa juga keren, bisa lepas dari karakter Milea yang melegenda itu. Mereka berdua mainnya sangat bagus, seperti sahabat betulan. Sayangnya saya gak lihat tatapan Adipati seperti Keenan menatap Kugy di film Perahu Kertas. Ke mana kah perginya tatapan itu, dek?

teman tapi menikah
Tatapan yang ini malah lebih bagus daripada di filmnya, saya rasa. Photo : jawapos.com

Dan untung sih akting mereka keren, jadi bisa sedikit menutupi kekurangan cerita yang tak begitu seru itu. I don’t know mungkin ini perasaan saya saja, mungkin karena kisah cinta saya ternyata lebih seru dari kisah mereka.

The Best Scene

Film ini diambil di dua lokasi yaitu Jakarta dan Bandung. Secara sinematografi udah oke lah, memang dikerjakan oleh orang-orang yang profesional dibidangnya. Untuk penampilan para pemain sangat diperhatikan detail banget sesuai zamannya mulai dari masa Ayu-Ditto SMP hingga masa kekinian.

Ya udah berhubung filmnya biasa-biasa, kita ngomongin the best scene-nya aja ya… (1) Scene Ditto akan pergi ke Bandung. Seperti yang sudah saya bahas di awal. (2) Scene Ayu-Ditto nongkrong di warung pinggir jalan, ngobrol, ketawa sambil sombong-sombong banggain diri masing-masing dan bilang “Artiiiis”. (3) Scene Iqbaal (cameo) manggung di mana Ditto mengiringi sebagai percussion. Ya ampun film yang biasa ini rasanya langsung termaafkan begitu Iqbaal perform. Cute abis dan gayanya benar-benar seorang superstar!!

 

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

April 16, 2018 at 5:13 am

Saya baru nonton tadi malam. Hehehe.. mayan sih filmnya menurut saya mungkin juga karena akting pemaiannya oke. Suka pas Ayu pas2an sama Iqbal. Akhirnya ya ‘Dilan’ ketemu ‘Milea’ di sana. Hehehe…



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *