fbpx
ke bandung naik kereta papandayan
Family & Parenting / Travel & Culinary

Liburan Keluarga ke Bandung Naik Kereta Papandayan

Yesss, akhirnya kesampaian juga liburan keluarga ke Bandung naik kereta Papandayan! Aku sendiri sudah lama pengin, tapi selalu mikir ‘ah, nanti aja’. Tapi begitu anakku makin tergila-gila sama kereta api, aku jadi nggak sabar buat segera liburan. Haha! Jadi, waktu itu kami memanfaatkan momen Lebaran untuk jalan-jalan seru ke Bandung naik kereta api. Woohooo, excited banget!

Sebenarnya anakku pengin banget ke Museum Kereta Api di Ambarawa, Jawa Tengah. Tapi, dengan waktu yang mepet kami nggak bisa dapat harga tiket yang lebih murah. Akhirnya kami tawarkan ‘bagaimana kalau ke Bandung?’ Alhamdulillah anakku mau. Katanya, “Yang penting naik kereta.” Okay, then…

Aku beli tiket Jakarta-Bandung-Jakarta kelas ekonomi pemium melalui aplikasi Traveloka, 2 minggu sebelum keberangkatan. Duuuh, rasanya nggak sabar banget pengin cepat-cepat hari H. 

Karena lagi musim mudik, seat-nya sudah banyak yang terisi. Jadi aku nggak bisa leluasa memilih kursi di sisi kanan saat berangkat dan sisi kiri saat pulang, agar bisa melihat pemandangan yang cantik, sesuai dengan rekomendasi dari Instagram. Haha. Ok, tak mengapa. Yang penting naik kereta, kaaan.

Face Recognition di Stasiun Gambir

Kereta Papandayan yang kami tumpangi berangkat dari stasiun Gambir pukul 09:30. Sehingga kami harus tiba 1 jam sebelumnya untuk menghindari risiko terlambat. Apalagi saat itu kondisi stasiun ramaaai sekali, karena libur lebaran segera berakhir. 

Setelah tiba di Pintu Selatan Stasiun Gambir, kami langsung menuju counter “Face Recognition”. Aku baru tahu ada counter ini. Jadi, petugas merekam wajah dan sidik jari penumpang, lalu mengintegrasikannya dengan KTP elektronik. Proses ini cukup dilakukan sekali saja. Saat pulang nanti, atau jika berikutnya ada perjalanan dengan kereta api lagi, sudah tidak perlu melakukan face recognition. 

Lalu, bagaimana cara kerja face recognition?

Kami sudah melakukan online check-in sebelum berangkat ke stasiun. Jadi setelah face recognition bisa langsung masuk. Di pintu masuk ada sebuah layar berkamera yang dapat menangkap wajah penumpang. Kamera akan mengenali wajah penumpang yang telah terdaftar dan muncul nama penumpang di layarnya. Mirip dengan auto gate di counter imigrasi kalau kita mau ke luar negeri.

“Kameranya kenal sama Hammam”, kata anakku 😂😂

Sayangnya aku nggak mengabadikan momen ini melalui kameraku. Karena, aduh repot banget, euy! Nggak banyak juga foto yang kuambil selama perjalanan, karena aku terlalu menikmati.

Menunggu Kereta Papandayan di Peron

ke bandung naik kereta papandayan
Seneng bangettt, nggak ngerti lagi. LOL.

Setelah masuk, kami menaiki tangga menuju peron. Tanpa lihat-lihat lagi, kami menuju peron 4. Padahal kereta Papandayan adanya di peron 1, lho. Akhirnya turun dan naik lagi ke peron yang benar. 

Banyak penumpang yang menunggu di peron 1 ini. Ada yang berdandan rapi, ada juga yang dandanannya santai. Ada yang bawa koper-koper besar, ada juga yang hanya bawa ransel.

Sambil menunggu kereta datang, anakku begitu excited mengenali berbagai lokomotif yang datang dan pergi silih berganti. Betapa senangnya dia berjumpa dengan lokomotif seri CC206 yang biasanya hanya ia lihat di layar YouTube. Dan sekali lagi aku mendapati wajahnya yang menggambarkan kebahagiaan tiada tara. Aahhh, priceless sekali. 

Masih 1 jam lagi sampai kereta kami tiba. Kalau biasanya aku yang bercerita atau menjelaskan situasi sekitar, sekarang gantian. Anakku yang banyak cerita tentang jenis lokomotif, berapa nomor serinya dan tahun berapa lokomotifnya mulai beroperasi. Gemes banget, deh.

Jam 9:00 serangkaian kereta datang ke peron 1. Anakku sempat menjelaskan, mana yang kereta kelas premium, mana yang ekonomi. Tepat di depan kami ada kereta dengan jendela yang sangaaat besar. “Ini Panoramic, Mih.” kata anakku. 

naik kereta papandayan
Kereta Panoramic Papandayan

Setelah semua penumpang turun dari kereta tersebut, para petugas naik untuk membersihkan kereta. Nggak lama kemudian, ternyata penumpang jurusan Bandung diminta untuk naik kereta. Oooh, jadi ini tuh sebenarnya kereta yang sedang kami tunggu-tunggu. Segera kami masuk ke dalam kereta ekonomi premium dan mencari tempat duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertera pada tiket elektronik.

Perjalanan ke Bandung Naik Kereta Papandayan yang Akan Selalu Kuingat

Beberapa hari sebelumnya kami sudah nonton tayangan di YouTube tentang kereta ke Bandung. Waktu itu yang kami tonton kereta Parahyangan yang stasiun akhirnya memang di Bandung. Sementara kereta Papandayan tujuan akhirnya adalah Garut. Menurut youtuber tersebut, kereta ini cocok banget untuk liburan keluarga sambil melihat pemandangan yang cantik sepanjang perjalanan menuju kota Bandung. Tak seperti kereta cepat yang melintasi jalur berbeda dengan kereta ini.

Nah, beneran deh tuh kami enjoy banget selama perjalanan, meski aku kadang duduk sendirian. Karena kereta ini kan tipe tempat duduknya 2-2, jadi kami berpisah. Anakku lebih suka duduk sama papinya, katanya lebih seru ngobrolin kereta api sama papi. Untungnya kursi di sebelah suamiku itu kosong, jadi anakku bisa menempatinya. Tapi giliran dia ngantuk, maunya duduk sama mami, lalu ketiduran. LOL

Lucunya dia agak menyesal gitu setelah bangun tidur, karena dia harusnya bisa memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat pemandangan. Ya ampuuun, ogah rugi banget ya anak ini. Ya gimana nggak ketiduran, tadi malam dia nggak bisa tidur karena terlalu senang katanya. Terus paginya sebelum subuh dia sudah bangun. Jadinya ya ngantuk, deh.

Pemandangan yang bisa dilihat sepanjang perjalanan tuh awalnya ya rumah-rumah penduduk mulai dari yang bergaya modern sampai rumah-rumah kecil bergaya khas zaman dulu. Membuat memoriku terbang ke masa lalu. Aku memberitahu anakku, dulu di tempat tinggal kita, model rumah-rumahnya juga seperti itu.

Pemandangan berganti dengan hamparan sawah di perbukitan yang berpadu dengan birunya langit. Aku membayangkan kalau ada di luar kereta, pasti aku bisa dengar suara burung dan angin yang bertiup menyentuh dahan dan ranting. Ditambah suara deru air dari sungai-sungai kecil yang mengalir di bawah lembah. Pohon-pohon yang tampak berukuran kecil itu berbaris teratur dan membentuk siluet cantik di atas bukit. Subhanallah inilah ciptaan Allah Yang Maha Agung. Aku nggak banyak mengambil foto apalagi video. Tapi aku yakin bisa mengingat pemandangan ini dalam waktu yang lama.

Perjalanan naik kereta api ke Bandung juga menawarkan wisata sejarah, karena kami melewati sebuah terowongan panjang peninggalan kolonial Belanda. Namanya Terowongan Sasaksaat yang dibangun pada tahun 1905-1907. “Mami sudah lahir belum?” tanya anakku. Haha. Bahkan nenek kamu saja belum lahir, sayaaaang. Well, terowongan ini cukup panjang, lho. Sekitar 950 meter. “Itu semana ya panjangnya?” tanya anakku lagi. Aku jawab dengan perkiraan, “Seperti dari rumah kita ke Indomaret.” “WAH! JAUH BANGET!!!” Hahaha gemessss.

Selain itu, ada Jembatan Cikubang yang legendaris itu. Jembatan yang biasanya hanya bisa kulihat dari tol Cipularang ini akhirnya bisa kulewati. Yeeey. Dulu penasaran banget, gimana ya rasanya naik kereta di jembatan ini? Ternyata aku ngeri sendiri. Hahaha. Soalnya tinggi banget, kan, sekitar 80 meter di atas permukaan sungai Cikubang. Mungkin setara dengan gedung berlantai 30. Mana panjangnya sampai 300 meter, lagi. Takut, tapi lagi-lagi suka banget sama pemandangannya. Uunnchh.

Jembatan Cikubang. Source: Canva/Akhmad Dody Firmansyah.
Foto ini aku ambil dari Canva. Cakep banget ya Jembatan Cikubang ini. Masya Allah.

Momen yang paling aku sukai adalah ketika kereta melewati jalan yang berkelok-kelok, sehingga dari kereta ekonomi yang saat itu posisinya di belakang, bisa melihat gerbong-gerbong di depannya yang meliuk-liuk di atas rel, bagaikan ular raksasa. Buatku, itu keren banget!!!

Fasilitas Kereta Papandayan Kelas Ekonomi Premium

Ini adalah pengalaman pertama kami (aku dan anakku) naik kereta jarak jauh. Aku baru tahu kalau kelas ekonomi sekarang namanya Ekonomi Premium. Kabarnya fasilitas ini sudah ada sejak tahun 2022. Mengapa Ekonomi Premium? Untuk menandakan meskipun kereta ini kelasnya ekonomi tapi fasilitasnya sudah lebih baik, seperti kursi yang lebih nyaman dengan sandaran yang bisa diatur, AC lebih baik dan jendela lebih besar. Lumayan deh dengan kenyamanan seperti ini bisa dapat harga yang jauh dari kereta eksekutif.

naik kereta papandayan

Fasilitas lainnya seperti biasa ada toilet di salah satu ujung gerbongnya. Aku nggak berharap banyak sih dari toilet di kereta. Hehe. Meskipun kelihatannya bersih, tapi bau pesingnya masih tetap ada. Mungkin penumpang sebelumnya yang kurang bersih dalam menggunakan toiletnya. Di toilet pria juga sempat habis airnya, sehingga tidak bisa di-flush. Hiks.

Untuk menambah pengalaman, aku dan anakku pergi ke kereta restorasi di mana penumpang bisa membeli makanan dan minuman. Awalnya aku membayangkan bisa makan di tempat, kan seru gitu yaa makan sambil lihat pemandangan sepanjang jalan menuju kota Bandung. Tapi ternyata harapanku tidak bisa terwujud, karena kereta restorasi saat itu penuh. Jadi kami hanya beli beberapa camilan dan dimakan di tempat duduk kami. Kecewa sih nggak, ya, ternyata sama aja ngemil di kursi penumpang juga bisa sambil lihat pemandangan kok. Hehe.

Di kereta ada petugas yang mengambil sampah. Kayaknya selama perjalanan itu ada 2 kali pengambilan sampah, deh. Jadi petugas akan datang membawa kantong sampah dan menghampiri penumpang satu per satu. Jika ada sampah yang ingin dibuang, silakan dimasukkan ke dalam kantong tersebut.

naik kereta papandayan

Tiba di Bandung dengan Selamat

Sekitar pukul 12:20 kereta kami tiba di stasiun Bandung. Setiap penumpang bergegas mengambil tas, koper atau barang bawaan lainnya yang diletakkan di kabin kereta. Saat kereta berhenti, semua mengantre untuk turun. 

Alhamdulillah, tiba di Stasiun Bandung

Sebelum melanjutkan perjalanan menuju hotel, kami sholat dzuhur terlebih dahulu di mushola stasiun yang ada di dekat sebuah lounge. Lounge ini digunakan untuk penumpang yang menunggu feeder menuju stasiun Padalarang, di mana kereta cepat atau Woosh beroperasi.

Setelah sholat, kami mencari penjual siomay. Nggak jauh dari stasiun ada kedai siomay dan kami mampir di sana. Beli 3 porsi dibungkus, untuk dimakan di hotel. Setelah pesanan selesai, suamiku memesan taksi online untuk mengantar kami ke hotel. Nggak lama kemudian mobilnya datang dan siap mengantar kami ke Sutan Raja Hotel di Soreang.

Jajan Siomay di Siomay No 1 di Bandung, sebelahnya Batagor Riri yang ada di Jalan Kebon Kawung dekat stasiun.

Perjalanan ke Sutan Raja Hotel menghabiskan waktu sekitar 50 menit, karena ada kemacetan di beberapa ruas jalan sebelum memasuki jalan tol. Cuaca sempat hujan juga, tapi hanya sebentar. 

Alhamdulillah, perjalanan liburan ke Bandung berjalan lancar. Semoga kalian menikmati ceritaku, meski aku nggak kasih banyak foto di sini. Do’akan aku bisa liburan lagi, ya. ☺️

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *