fbpx
cara keluar dari grup whatsapp
Tips & Review

Cara Keluar dari Grup WhatsApp

Ada yang masih tanya bagaimana cara keluar dari grup WhatsApp? Tinggal tap nama grupnya, scroll ke bawah, sampai kamu menemukan pilihan “Exit Group”. Ketuk menu tersebut dan selesai. Tapi… 

Tentu saja, tulisan ini bukan untuk menjelaskan cara keluar seperti ini, dong. Melainkan bagaimana caranya diri kita mampu untuk keluar dari sebuah grup obrolan tanpa merasa tidak enak hati. Entah itu grup keluarga, alumni sekolah/kampus, komunitas, dan lain-lain.

Sebenarnya tulisan ini sebagian besar isinya adalah curhat. Kamu boleh skip, kok, kalau mau. Di blog ini banyak tulisan yang lebih bermanfaat buat dibaca. Tapi kalau kamu kepo, yaudah yuk lanjut bacaaaa. 

Sejak ada aplikasi WhatsApp untuk pengguna Android dan iOS, rasanya mudah sekali menjalin komunikasi dan silaturahmi dengan keluarga yang dekat maupun jauh, juga dengan teman-teman yang sudah lama tak berjumpa.

Tentu happy sekali, dong, bisa ngobrol lagi dengan teman-teman lama. Meskipun hanya obrolan online. Mungkin jadinya malah lebih seru, karena bisa ngobrol kapan saja, nggak harus janji ketemuan dulu. Tapi, tetap saja. Kadang grup obrolan tersebut bikin nggak nyaman. Nggak semua orang mengalami ini. Tapi pasti ada. Contohnya : saya sendiri. Hihi.

Ketika Grup Obrolan Sudah Tak Seru Lagi…

Sebenarnya saya agak takut mau cerita ini. Takut dibilang baperan! LOL. Tapi, apa sih asyiknya berada di tengah grup keluarga yang tiap hari isinya berita hoax dan ujaran kebencian? Sebagian anggota grup melakukannya, sementara sebagian yang lain ikut menanggapi berita tersebut. HadeuuuhI feel like stranger.

Lain halnya di grup obrolan alumni sekolah. Ada aja gitu yang suka ngebahas masa lalu di bagian sensitif, misalnya siapa crush di zaman sekolah. Itu kan buat apaan lagi ya dibahas? Nggak ada gunanya. 

Yang paling menyakitkan, sih, ketika diri ini sudah nggak bisa lagi sering kumpul sama teman-teman, sementara di grup obrolah sahabat ada saja yang share foto lagi ketemuan, pergi bareng, liburan sama-sama. Liburan yang nggak ada obrolannya lebih dulu di grup, tahu-tahu suatu hari ramai-ramai update “lagi on the way”.  Huhu, sedih. Sekalinya dikabarin, semua sudah on the way juga. Itupun yang ngasih kabar bukan yang punya acara. Mungkin cuma saya yang menganggap mereka sahabat, tapi nggak sebaliknya. LOL.

Jadi, Bagaimana Caranya Keluar dari Grup WhatsApp Tanpa Merasa Tak Enak Hati?

Kalau lagi kesel, rasanya pengin keluar dari grup obrolan saat itu juga, ya. Tapi, tahan dulu. Ambil jeda satu atau dua hari. Pikirkan apa yang membuatmu bertahan di dalam grup. Apakah grup ini cukup memberikan dampak positif atau sebaliknya?

Jika ada dampak positifnya, bertahanlah. Sambil berusaha untuk lebih terlibat, bukan sekadar member grup yang hanya “menyimak”, tapi juga berkontribusi.  Misalnya di grup komunitas yang biasanya sering ada interaksi antar member. 

Jika menurutmu sebuah grup obrolan memberikan dampak negatif, maka tinggalkanlah dengan niat menghargai diri sendiri, bukan untuk memutus tali silaturahmi. Dampak negatif bukan hanya yang menjurus mengubah kita menjadi orang yang  nggak baik dan jahat, ya. Tapi, ketika obrolan di grup sering kali mengganggu emosi, membuat resah, menyindir kita atau menyindir orang lain, terpapar kesombongan orang lain, keluarnya kata-kata yang tidak sopan, itu merupakan warninguntuk mempertanyakan haruskah kita tetap bertahan?

Setelah memikirkannya baik-baik dan merasa harus keluar grup, berpamitanlah dengan sopan. Kamu boleh saja menyebutkan alasannya, misalnya “Obrolan di grup ini sudah tidak relevan lagi dengan saya”. Atau bisa juga alasan kesibukan yang menyebabkan tidak bisa lagi bergabung di grup obrolan. Kalau bingung mau alasan apa, karena sebenarnya kita sudah muak ada di di grup itu, berpamitan tanpa menyebutkan alasan pun boleh saja. Nggak ada yang melarang dan mempermasalahkan, kok. 

Saat berpamitan, sampaikan maaf dengan tulus, jika selama ini punya kesalahan baik yang disengaja atau tidak disengaja. Dan bahwa kamu masih terbuka jika teman-teman ada keperluan dan ingin menghubungi secara personal. Karena tujuannya kan memang bukan memutus silaturahmi, ya. Tapi untuk membuat diri kita lebih tenang. Apalagi untuk Buibu yang sudah menikah dan memiliki anak, tentu keluarga menjadi prioritas utama. Jangan sampai, keresahan yang ditimbulkan di grup obrolan dapat mempengaruhi emosi dan menjadikan Buibu nggak bisa fokus sama keluarga. 

Keluarlah dari grup dengan elegan tanpa drama. Atau kamu akan menyesalinya nanti. Seperti yang saya sesali, bikin drama dulu sebelum keluar dari grup obrolan sahabat. Haha. Saya menyesal kenapa harus mempertanyakan alasan teman-teman ngumpul tapi nggak ngabarin. Dan menuduh mereka punya grup lain yang nggak ada sayanya. Hahahahaaa.

Sedih, sih. Tapi ya sudahlah. Di dunia ini kan memang nggak ada yang bisa bertahan selamanya, ya. Dunia berubah, kehidupan berubah, circle pertemanan juga berubah. It’s okay ☺️

Jangan merasa takut “nanti diomongin sama teman-teman kalau keluar grup.” Jangan takut dengan apa yang akan orang lain pikirkan. Karena begitu kamu keluar, apa yang terjadi di sana sudah bukan urusanmu lagi. Lagipula, belum tentu juga orang lain akan menggosipkanmu. Bisa jadi mereka bahkan tidak peduli sama sekali.

Yang terpenting adalah tetap menjalin silaturahmi dan jangan menghilang tanpa jejak. Biar bagaimana pun, manusia adalah makhluk sosial. Ada kalanya suatu saat kita akan membutuhkan bantuan dari teman atau keluarga, meski grupnya sudah kita tinggalkan. Begitu juga sebaliknya. 

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *