Mengapa Kita Senang Membandingkan?
Ketika sempat dibandingkan dengan kakak atau adik di masa lalu, mungkin menjadi episode menyakitkan dalam hidup kita di masa kecil dulu. Ada dari kita yang tumbuh bersama luka itu dan terus membawanya hingga dewasa. Sampai saatnya menjadi orang tua, ternyata kita melakukan hal yang sama. Kita senang membandingkan.
Tentu saja ada dari kita yang telah memaafkan kejadian tersebut dan move on dengan pengasuhan yang lebih baik. Membandingkan anak bukanlah cara kita dalam mendidik anak-anak. Tapi, tanpa disadari kita sering membandingkan hal-hal lainnya. Tentang diri kita dibandingkan dengan orang lain, mobil kita dengan mobil tetangga, pekerjaan kita dengan pekerjaan teman-teman, negara kita dengan negara di lain benua dan seterusnya.
Mengapa kita senang membandingkan? Apa yang kita dapat dengan membanding-bandingkan sesuatu?
Apple to Apple
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), perbandingan adalah perbedaan (selisih) kesamaan.
Artinya, dari sesuatu yang sama kita bisa melihat perbedaannya. Misalnya tadi pagi udara terasa sangat sejuk, karena cuaca agak mendung. Berbeda dengan kemarin pagi yang cukup gerah karena kemarin cuaca cerah mentereng. Yang dibandingkan sama-sama pagi hari. Yang berbeda dari kedua pagi hari tersebut adalah udaranya.
Makanya ada istilah “apple to apple” dalam perbandingan. Karena buah apel yang satu hanya bisa dibandingkan dengan apel yang lain. Nggak akan masuk akal kalau Buibu mau membandingkan buah apel dengan buah jeruk.
Perasaan yang Muncul Saat Melakukan Perbandingan
Ada kalanya kita akan merasa bersyukur ketika membandingkan diri dengan orang lain yang nggak lebih baik dari kita. Ada perasaan sedih yang teramat dalam ketika kita membandingkan orang lain yang jauh lebih baik dari kita. Ada perasaan bangga ketika kita merasa lebih hebat dari orang lain. Ada rasa kecewa ketika pencapaian orang lain melebihi ekspektasi kita.
Terus dan terus. Lagi dan lagi. Semua itu nggak akan ada kata selesainya.
Untuk bersyukur, mengapa kita harus membuat perbadingan terlebih dahulu? Sudah tahu akan menyakitkan, mengapa kita terus membandingkan diri kita dengan orang lain setiap saat?
Kita tahu rasa sakitnya bila dibanding-bandingkan. Lalu, mengapa lantas kita membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain, coba?
Perbandingan yang Fair
Membandingkan bukannya nggak boleh sama sekali. Boleh, kok, asal fair.
Bandingkan anak kita dengan dirinya di hari kemarin, dua hari yang lalu, sebulan atau setahun yang lalu. Bagaimana tumbuh dan kembangnya sejauh ini? Apakah ada kemajuan? Atau ada kesulitan? Jangan bandingkan anak dengan kakak atau adiknya, apalagi membandingkannya dengan anak orang lain.
Bandingkan diri kita sekarang dengan diri kita yang kemarin. Masakan kita hari ini dengan masakan yang kemarin. Skill kita di hari ini dengan skill yang kita miliki setahun lalu. Kemampuan mengelola emosi kita malam ini dengan yang tadi pagi.
Saya menulis ini sebagai pengingat bagi diri saya sendiri yang masih harus banyak belajar. Semoga juga bermanfaat untuk Buibu semua, ya.
Luuuuuvvv.