fbpx
virus corona dan tarif pln
Social

Virus Corona dan Tarif PLN

Kalian pada sedih nggak, sih, dengan musibah global Pandemi Covid-19 yang sedang kita alami saat ini? Pasti ada yang sedihnya pake banget, dengan berbagai alasan. Entah karena penghasilan jadi berkurang, atau karena nggak bisa ke mana-mana bahkan nggak bisa mudik. Ada juga yang sedihnya sedang-sedang saja sambil ikhtiar dan tawakkal. Dan ada yang sedih tipis-tipis karena kondisi hidup masih nggak ada beda dengan sebelumnya kecuali nggak boleh keluar rumah. Intinya kita semua sedih, ya, cuma levelnya beda-beda saja. Saya bukannya mau share tips mengatasi rasa bosan ketika harus #dirumahaja. Itu mah udah banyak banget artikelnya, setiap orang kayaknya pada bikin. Saya hanya ingin curhat saja, mumpung udah lama juga blog ini nggak diisi sama curhatan. Eeaaa.

Jadi awalnya saya termasuk kategori masyarakat yang agak sedikit sedih. Tapi berhubung nih kayaknya sudah mau siklus bulanan dan saya mengalami PMS jadi perasaan sedih pun meningkat ke level berikutnya. Hadeuh, ini perubahan hormon apa nggak bisa toleransi sedikit, ya? Masak, ya, hanya gara-gara melihat postingan Instagram @pln_id soal listrik gratis saya langsung nangis, dong!

virus corona dan tarif pln

Bukan menangis karena terharu, tapi beneran sedih karena kebijakan listrik gratisnya cuma untuk pelanggan 450 VA dan diskon 50% untuk pelanggan 900 VA selama 3 bulan (April, Mei dan Juni 2020). Sedangkan di rumah saya listriknya 2200 VA. Terus saat itu juga saya langsung capture postingan @pln_id tadi dan kirim ke saudara yang kerja di PLN, mempertanyakan apakah pelanggan 2200 VA nggak didiskon juga walah hanya sedikit? Hahaha. Udahannya langsung merasa “sungguh kekanakan”. Padahal saudara saya itu juga ya cuma pegawai biasa, bukan orang yang paling memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan. Dasar, ya, perempuan kalau lagi PMS memang suka random aja, gitu. Ditambah perut mules-mules, kayaknya saya stress, nih. Akhirnya saya putuskan untuk buka Youtube dan cari lagu karaoke Five for Fighting yang judulnya 100 years.

Setelah minum air putih saya merasa sedikit lebih tenang. Lalu teringat di dapur ada kue pisang pemberian kakak saya. Baru gigitan pertama rasanya langsung mecet di tenggorokan, sulit untuk menelan. Bukan, bukannya saya mengalami gangguan pencernaan atau pernapasan. Saya cuma mellow, jangan-jangan kakak saya bikin kue pisang buat menghemat pengeluaran, biar anak-anaknya nggak pada minta jajan. Huhuhuhu. Nangis lagi…

Sekian menit berikutnya saya bengong.

Lalu saya buka whatsapp. Membaca kembali balasan dari saudara saya soal PLN. Dia bilang, saat ini PLN belum bisa menggratiskan semuanya. Itu pun yang berhak mendapat gratis dan diskon 50% hanya penduduk miskin berdasarkan BDT-TNP2K (Basis Data Terpadu – Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan). Ada perasaan lega luar biasa setelahnya. Memang bantuan semacam ini harus diberikan kepada orang-orang yang tepat. Alhamdulillah artinya saya dan keluarga bukan lagi golongan yang membebani negara. Bayangkan, ada 24 juta pelanggan 450 VA dan 7 juta pelanggan 900 VA yang harus diberikan keringanan. Jangan lah ditambah-tambah lagi dengan orang yang sebenarnya mampu.

Pada akhirnya Pandemi Covid-19 memiliki cara tersendiri untuk menyadarkan manusia. Bahwa bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini adalah obat paling mujarab untuk hati yang sedang terluka. Mari kita lalui badai Corona ini bersama-sama. Setiap hal pasti ada akhirnya, begitu pun musibah ini. Insya Allah besok lusa kita bisa bertemu kembali dalam situasi dan kondisi yang lebih baik, bisa bersalaman dan berpelukan. Bisa menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan dan berlebaran dengan khidmat.

virus corona dan tarif pln

Untuk saat ini, tetaplah bersyukur dan #dirumahaja.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

April 2, 2020 at 9:35 am

Aku termasuk yg kemarin menangis juga soal kelistrikan ini mba. Yakin selalu kalo badai akan segera berlalu, semangat!



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *