Ketika Ingin Menyampaikan Kritik Sosial Melalui Komedi
Sehari-hari kita pasti sudah terbiasa dengan yang namanya kritik. Apalagi zaman sekarang masyarakat merasa bebas untuk menyampaikan pendapat. Makanya nggak heran kalau lagi buka media sosial, pasti ada saja postingan yang mengandung kritik sosial. Ada yang mengkritik secara terang-terangan, ada juga yang mengemasnya versi yang lebih halus. Belakangan kritik sosial melalui komedi lagi marak.
Salah satu pelawak tunggal yang kritik sosialnya menjadi viral adalah Bintang Emon. Saat itu ia mengkritik orang-orang yang nggak taat protokol kesehatan, pada awal masa pandemi. Kritik yang disampaikan secara jenaka, tetapi pesan yang tersirat sangat jelas. Dari dulu saya tuh suka kagum sama orang yang pandai menyampaikan sesuatu secara komedi.
“Selucu-lucunya orang matematika, tidak akan mengalahkan lucunya orang sastra.” Kata Abdur Arsyad, seorang pelawak tunggal yang juga merupakan lulusan S2 Pendidikan Matematika. Kalimat tersebut langsung membuat tawa saya berderai. Dan wow, jadi pelawak tunggal yang satu ini lulusan matematika? Kok bisa ya dia jadi pelawak dan sukses menghibur banyak orang? Bagaimana ceritanya???
Saya punya teman seperti Abdur Arsyad, yang nggak perlu berusaha melucu pun memang sudah lucu dari sananya. Bahkan dia hanya bicara bisa saja sudah bisa bikin orang lain tertawa. Mungkin sudah bakatnya. Dahulu pun Abdur seperti itu, katanya. Pada acara IG Live Bincang MIMDAN #6 Bicara Budaya dan Kritik Sosial Lewat Komedi, Abdur bercerita pernah menjadi bahan tertawaan teman-temannya di sekolah, padahal dirinya sama sekali nggak berniat melawak. Atau karena dirinya yang sering bercanda, ketika mau serius malah nggak pernah dianggap serius beneran.
Abdur mengatakan, menyampaikan materi komedi sebagai pelawak tunggal itu memang dibawakan sangat santai dan bercanda, tetapi proses pembuatan materinya ternyata sangat sangat serius. Wah, menarik! Jadi, awal mula Abdur memiliki minat pada komedi adalah untuk ‘lari’ sebentar dari kuliahnya yang sangat dipenuhi dengan angka. Abdur belajar Standup Comedy bersama Arie Kriting yang pelawak tunggal juga, sekaligus seniornya di kampus.
Setelah menjadi pemenang runner up dalam Stand Up Comedy Kompas TV, Abdur mulai sering tampil di depan layar. Salah satu film yang paling saya ingat adalah Susah Sinyal, di mana Abdur dan Arie Kriting menjadi pegawai sebuah penginapan di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tentunya Abdur juga aktif menjadi Pelawak Tunggal, dengan materi yang cerdas dan sering kali bernada kritik sosial.
Komedi dalam Kritik Sosial
Jujur saja saya kurang nyaman menyampaikan kritik di depan umum, termasuk media sosial. Mungkin karena ketidakmampuan saya dalam mengemas kalimat kritikan menjadi sesuatu yang bisa diterima, ya. Tapi kalau ada kritik sosial melalui komedi yang disampaikan oleh pelawak tunggal, kadang saya merasa terwakili.
Selama karirnya menjadi pelawak tunggal, Abdur pun pernah mengalami yang namanya dijumpai penonton di belakang panggung. Penonton tersebut menyampaikan rasa terima kasih karena Abdur telah mengemukakan pendapat yang sama dengannya.
Saya nggak tahu apakah ada orang yang nggak suka dengan komedi. Tapi yang saya tahu komedi selalu ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Dan seperti proses pembuatan materi komedi yang serius, kritik sosial yang disampaikan melalui komedi pastinya juga sangat serius.
Kalau kalian juga ingin menyampaikan kritik sosial melalui komedi, perhatikan tips dari Abdur berikut ini :
- Menguasai Materi. Pastikan kita menguasai apa yang akan disampaikan, jangan sampai ada argumen muncul yang kita nggak bisa tanggapi. Kalau memang benar-benar belum menguasai, sebaiknya jangan pilih topik tersebut sampai benar-benar bisa membawakannya dengan baik.
- Banyak Membaca. Ini hukumnya wajib bagi yang ingin menyampaikan kritik sosial baik melalui komedi maupun media lainnya. Baca sebanyak-banyaknya tentang topik yang akan dibawakan materinya agar apa yang disampaikan bisa diterima masyarakat.
Bicara Budaya Lewat Komedi
Selain kritik sosial, Abdur juga sering kali bicara budaya lewat komedi yang disampaikannya. Karena Abdur terlahir di Larantuka Timur, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Abdur senang membahas budaya Indonesia Timur. Bagi kita-kita yang bukan berasal dari daerah tersebut, pasti akan menjadi wawasan baru, ya.
Untuk berbicara budaya lewat komedi, sebaiknya kita mewakili budaya yang bersangkutan. Karena masyarakat masih melihat seseorang dari latar belakangnya. Sehingga penting adanya keterikatan dengan budaya tersebut. Atau jika ingin berbicara budaya dari daerah lain, tetap posisikan diri kita sebagai diri sendiri dengan budaya yang selama ini kita bawa. Jadi konsepnya itu perspektif kita terhadap budaya dareah lain.
Kalau kita bicara budaya mungkin akan terdengar kuno dan membosankan. Padahal budaya erat sekali kaitannya dengan kehidupan dan kebiasaan yang kita jalani sehari-hari. Dan kita memiliki tanggung jawab melestarikan budaya, menyampaikannya kepada anak cucu kita. Karena kalau bukan kita kan siapa lagi, ya.
Ada satu media budaya yang bagus banget, nih, Gengs. Namanya Merajut Indonesia yang dibentuk oleh Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI). Tujuan dibentuknya Merajut Indonesia salah satunya adalah untuk memperkaya pemahaman masyarakat terhadap digitalisasi dan aksara-aksara Nusantara. Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) berupaya untuk melestarikan aksara Nusantara agar tetap bisa dikenal hingga generasi seterusnya.
Bicara budaya dan kritik sosial melalui komedi sah-sah saja, asal dilakukan pada tempatnya, memahami konteksnya dan sifatnya memberikan masukan yang membangun, bukan hanya hujatan semata yang nggak berdasar.
Wah, nggak kerasa gara-gara nonton IG Live Bincang Mimdan #6 bisa jadi tulisan sepanjang ini, ya. Terima kasih sudah berkunjung ya, Gengs. See you next post!
Baca juga : Belajar Sejarah dari Film Perjuangan
Comments
Setuju mbak segala sesuatu yg kita keluarkan baik opini , kritik, saran maupun sikap ya harus melihat tempat, situasi dan kondisi..seperti kata pepatah “Di mana bumi dipijak, di situ langit di junjung” hehehe
Betul, Mbak.
Baca ini aku jadi ingat sama Warkop dan Srimulat yang seringkali memasukkan unsur kritik politik dalam komedinya, semang dasar komedian berkualitas, ngga gampang lho bikin kritik dalam balutan komedi
Whaaa, kangen banget sama Warkop dan Srimulat!
Saya kira para komedian itu adalah manusia-manusia cerdas. Bisa menyampaikan kritik sosial misalnya, secara bercanda tapi ngena. Hanya yang punya kemampuan lebih dalam berbahasa dan gerak tubuh serta ekspresi muka unik yang bisa melakukan hal seperti ini. Dan jadi komedian itu gak bisa sambil bercanda, harus serius, kalau gak lawakannnya kan jadi gak lucu :)
Mau lucu aja harus serius ya, Kak.
stand up comedian emang luar biasa sih ya.
mereka termasuk berani lho mengutarakan kritik yg wadidaw.
kadang, malah eikeh yg takut klo mereka bakal kenapa2 heheheheh
Takut kena somasi, ya. Haha.
baca review ini kok aku jadi inget Bintang Emon ya, kritik sosial dibikin komedi, dan beneran lucu banget tapi tepat sasaran
Yap, Bintang Emon salah satu komedian yang kritik sosialnya sempat viral, ya, Kak.
Kritik sosial jika disampaikan dalam bentuk komedi terasa lebih ringan memang kak. Tidak formal namun kena pesannya
Kritik dengan bahasa santai, ya.
Jadi penasaran kepoin MIMDAN-nya PANDI..hmm. Setuju jika bicara budaya dan kritik sosial melalui komedi sah-sah saja, asal dilakukan pada tempatnya, paham konteksnya dan enggak asal menghujat. Sifatnya memberikan masukan yang membangun sehingga kritik sosial tersampaikan pesannya.
Dan jangan berani bawain materi yang kurang dikuasai karena bisa jadi bumerang bagi komedian itu sendiri.
Dunia stand up comedy indonesia memang makin hari makin kreatif. Sulit juga padahal menyampaikan kritik sosial tapi lewat komedi dan tetap elegan
Meski sulit tapi kalau sudah terbiasa pasti bisa. Standup comedian juga tiap hari pasti belajar yaaa.
Dulu Warkop juga pelawak yang pintar, sekolahnya tinggi semua. Kalau sekarang, komika, mereka banyak yang cerdas. Pelawak TV tuh yang sering garing, gak masuk aku kalau mereka ngelawak. Mana body shaming. Ngritik lewat komedi itu gak mudah
Haha aku sudah lama nggak nonton lawakan TV Mbak.
Suaamiku sukaa disaat libur dirumah nontonnya komedi yang berisi kritik sosial lewat smartphones.
Sang istri suka dampingi sambil sibuk baca yang lqin sukaa dengerin juga, kritik yg disampaikan lewat guyonan bagus juga bikin hidup ga selalu serius.
Kritik sosial via komedi adalah sebuah perspektif yang bisa kita dengarkan juga.
Banyak membaca, rupanya nggak cuma jadi bekal buat penulis ya mbak. Tapi komedian tunggal yang mempersiapkan materi lawakan pun harus banyak membaca, supaya pas sasaran dan nggak malah jadi bumerang yang berbalik menyerang dirinya
Iya, Mbak. Butuh banyak referensi supaya materinya mantap dan nggak setengah-setengah.
Kalau dengan humor, gak brasa lagi dikritik kali ya. Haha. Dari dulu seingatku banyak kritik yg disampaikan oleh para komedian. Sejak zaman srimulat bahkan sebelumnya kali ya.
Tergatung juga bagaimana orang menanggapinya ya, Mbak.
Komedi jika dikemas dengan baik memang bisa jd media yang tepat untuk menyampaikan kritik sosial. Melalui komedi sangat dimungkinkan sekali kritik itu disampaikan secara terbuka. lebih luas lagi komedia juga bisa jadi media edukasi yang menyenangkan.
Komedi cerdas.
Sejatinya berkomedi adalah menyampaikan keluhan atau menyatakan isu yang saat ini sedang terjadi dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat. Tentu harus dibahasakan dengan tepat agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman.
Salut buat para komedian cerdas yang mampu mengolah materi dengan baik.
Aku jadi ingat kata-katanya Raditya Dika bahwa komedi yang dia sampaikan merupakan keresahannya terhadap hidup ini. Haha.
Enggak semua orang bisa ngelucu. Beneran butuh bakat deh menurutku. Dan hebat banget yang bisa melawan dengan membawakan materi untuk kritik sosial dan kritik lainnya. Salut!
Melucu juga butuh belajar ya, Mbak.
Kritik yg disampaikan bintang emon menge banget & dibawakan dengan santai tapi tetap fokus dengan edukasinya.
Betul banget komedi bisa digunakan untuk edukasi tapi harus sesuai & pada tempatnya gak asal dibawakan gitu aja
Harus digara serius banget si komedi itu biar pesannya sampai.
Ah iya, menyampaikan kritik lewat komedi itu membuat kritik lebih bisa dipahami dan segera sampai ke meja lapangan
True.
Baru denger kata kata. Selucu lucunya orang matematika, masih lebih seru orang sastra. Wkwkwk… Orang sastra pakai perasaan kali ya mbak.
Malah akhirnya jadi Abdur yang lucu ya Mbak dengan kalimatnya itu.
Aku sering kagum dengan para komedian yang menggunakan kritik sosial sebagai materi komedinya. Pasti digarap dengan serius sehingga bisa bikin punchline komedi cerdas yang bisa bikin tertawa namun sekaligus miris pada saat yang bersamaan. salut sih dengan komedian seperti ini
Cerdas banget memang, kadang speechless ya kok kita nggak bisa kepikiran kayak dia? Haha.
Iya loh, pelawak sekarang tuh referensi bacaannya berat-berat. Selalu bisa mengambil kejadian yang hendak dikritik dari kehidupan di sekelilingnya dan kita pun mengalami ataupun menyaksikannya.
Selalu memastikan apa yang disampaikan dalam lawakannya memang valid ya Mbak. Jadi bukan asal melucu aja.
Ngelawak itu susah loh, apalagi mengkritik dalam bentuk komedi. Aku selalu takjub ama mereka yang menyampaikan kritik dalam bentuk komedi, menurut aku mereka orang-orang pintar yang berwawasan luas.
Bahkan Pak Haji Bolot yang lakonnya kayak gitu, ternyata beliau itu pintar yaaa.
Malah kupikir sekarang waktunya dunia komedi mengeluarkan taringnya menjadi bagian dari kritik sosial untuk ketimpangan. Seperti kata seorang komika ” komedi diseriusin hehehe
Go go go!
keren sih pelawak sekarang banyak yang berani beropini dan menyindir pemerintah kayak bintang emon sampai kiki saputri gitu
kritik sosial lewat komedi malah terkadang lebih mengena ketimbang yang disampaikan dengan prontal.