Sukses Mendidik Anak, Mulai dari Mana?
Assalamu’alaikum… Alhamdulillah, anak-anak sudah memasuki tahun ajaran baru lagi. Sebenarnya aku sudah nge-draft tulisan ini sejak sebulan lalu. Astagfirullah, aku lupa post, karena lagi banyak kerjaan. Hiks. Jadi, seperti biasa di awal tahun ajaran baru sekolah anakku mengadakan kegiatan sosialisasi kurikulum dan pembekalan untuk orang tua dari sisi psikologi dan spiritual. Aku bersama Bunda dan Ayah lainnya hadir mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Tema yang diangkat dalam pembekalan parenting kali ini adalah “Mendidik Anak dengan Akhlak”, dibawakan oleh KH. Muhammad Ali HN.
“Hormatilah ilmu seperti baru pertama kali melihat (mengetahui ilmu itu).” Masya Allah, itulah pesan pertama yang aku dapat saat menghadiri acara. Bismillah, semoga ilmu yang disampaikan oleh Pak Kyai pagi itu bisa aku ulas dengan baik di sini, ya.
Di awal materi KH. Muhammad Ali HN menayangkan video berdurasi kurang lebih 3 menit, tentang dukungan orang tua terhadap pendidikan anak. Video ini cukup menyentuh hati, karena menggambarkan seorang ibu yang bekerja keras dalam membesarkan dan mendidik putranya, serta mendukung penuh semua kebutuhan untuk pendidikan anak. Dari video ini Kyai menyampaikan, bahwa support orang tua dalam pendidikan anak sifatnya fardu ain, yaitu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim.
Mendidik Anak Mulai dari Diri Sendiri
Barometer kesuksesan setiap orang berbeda-beda. Tapi, dari mana kita harus memulainya? Apakah dimulai dari memilih sekolah terbaik untuk anak? Tidak. Untuk sukses mendidik anak, kita mulai dari diri sendiri.
Parenting bukanlah tentang anak. It’s all about parents. Idealnya orang tua punya goal untuk membahagiakan anak. Tapi, tujuan ini belum bisa tercapai, jika kedua orang tuanya tidak bahagia. Tuntaskan diri dan pasangan sebelum mendidik anak. Maksudnya, konflik internal Ayah dan Ibu harus sudah selesai, supaya proses mendidik anak menjadi selaras.
Temuan Masalah di Sekolah
Sejalan dengan kesuksesan mendidik anak yang dimulai dari diri sendiri, maka kegagalannya pun berasal dari rumah. Berikut ini adalah temuan-temuan masalah dalam mendidik anak.
Temuan yang pertama, anak bosan dengan rutinitas. Bisa karena rutinitas yang monoton, kurikulum yang kurang menarik atau aktivitas yang tidak menstumulasi kreativitas atau bakat dan minat anak.
Kedua, bisa jadi karena beban sekolah yang berat. Mungkin karena ada tuntutan akademik yang tinggi. Orang tua dan pihak sekolah sebaiknya aware akan hal ini dan bisa memberikan ruang kepada anak untuk bermain dan istirahat yang cukup agar bisa belajar dengan optimal.
Ketiga, bullying/perundungan. Semakin ke sini, makin banyak saja kasus perundungan yang kita dapat beritanya melalui media. Dampak negatif dari perundungan tidaklah main-main, karena membuat anak merasa cemas, takut dan tidak nyaman di sekolah, sehingga prestasi dan kesejahteraannya bisa terhambat.
Temuan Masalah di Rumah
Idealnya, rumah adalah tempat pendidikan pertama bagi anak, di mana mereka belajar nilai-nilai dasar, kebiasaan, dan sikap yang membentuk karakter mereka untuk masa depan. Tapi tentu ada saja masalah yang kita hadapi dalam mendidik anak.
Pertama, pola tidur anak yang tidak ideal. Sebagai orang tua khususnya para ibu mungkin bisa, ya, tidur paling larut dan bangun paling awal. Tapi anak-anak tidak bisa seperti itu. Pola tidur yang buruk dapat memengaruhi konsentrasi dan kesehatan anak, serta mengurangi kemampuan mereka untuk belajar secara efektif.
Kedua, dukungan keluarga yang kurang. Hiks, sedih banget sih anak-anak kalau kurang support dari keluarganya. Karena keluarga adalah faktor penting dalam perkembangan anak. Kurangnya perhatian dan dukungan dari keluarga, baik secara emosional maupun akademik, dapat menghambat perkembangan potensi anak.
Ketiga, masalah mindset pendidikan. Kadang orang tua punya mindset yang tidak relevan dengan zaman, sehingga ketika ada perasaan insecure pada diri orang tua, langsung ditularkan ke anak. Misalnya anak punya cita-cita yang tinggi, orang tua merasa rendah diri dan mengatakan “Kita mah apa, Nak. Tidak akan mungkin bisa sekolah mahal.” Sayang sekali ya, kalau kalimat tersebut akhirnya mematahkan semangat anak dalam menggapai impiannya.
Keempat, populasi keluarga dalam satu atap ternyata bisa mempengaruhi pola belajar anak, lho. Mungkin ada keluarga yang tinggalnya masih bersama selain keluarga inti. Misalnya kakek-nenek, om-tante dan keluarga inti mereka sendiri. Suasana yang ramai ini lumayan tidak kondusif, sehingga dapat menghambat fokus anak untuk belajar. Solusinya adalah tinggal terpisah, atau kondisikan rumah yang ramai ini agar anak tetap memiliki ruang dan merasa nyaman saat belajar.
Temuan Masalah Orang Tua
Selain masalah di sekolah dan di rumah, ternyata ada juga temuan masalah yang terjadi pada orang tua. Sebagai orang tua kan kita memang hanya manusia biasa, ya, Buuun. Kita ini tidak sempurna. Tapi bukan berarti masalah kita tak bisa diselesaikan.
Komitmen dalam Masalah Keluarga
Orang tua harus memiliki komitmen untuk menyelesaikan masalah keluarga secara bersama-sama. Komunikasi yang baik dan saling pengertian antara pasangan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan mendukung perkembangan anak.
Senioritas di Sekolah
Masalah yang ini seringnya datang dari orang tua yang usianya lebih tua dibandingkan gurunya anak-anak. Sehingga ketika guru memberikan masukan dalam pendidikan, kadang sulit diterima. Jangan ya Bun, yaaa. Biar bagaimana pun, guru membantu kita dalam pendidikan anak-anak. Mohon menerima masukan dari guru tentang anak-anak.
Komunikasi Internal yang Baik
Yang paling berharga setelah agama adalah anak. Bisa dibilang anak adalah asset. Bayangin, doa anak bisa terus mengalir ke orang tua bahkan setelah kita wafat. Karenanya, kita perlu membangun komunikasi internal yang baik dengan pasangan dan anak. Komunikasi yang baik dapat membuat masing-masing anggota keluarga merasa dihormati dan dihargai, sehingga hubungan pun menjadi kuat dan sehat.
Spiritualitas yang Lemah
Spiritualitas yang lemah atau pelanggaran norma bisa terjadi pada orang yang memiliki pengetahuan tetapi tidak dibarengi dengan pemahaman moral dan spiritual yang baik. Penting bagi orang tua untuk tidak hanya fokus pada pencapaian akademik anak, tetapi juga memberikan pendidikan moral dan spiritual yang kuat. Ini akan membantu anak tumbuh menjadi individu yang seimbang dan bertanggung jawab.
Kesimpulan
Mendidik anak dimulai dari diri sendiri, hubungan dan kerja sama yang baik dengan pasangan, serta kehadiran kita sebagai orang tua. Mendidik anak bukan berarti sepanjang hari, 24 jam orang tua terus menjaga dan menemani anak. Tetapi dengan adanya dukungan yang kuat terhadap pendidikan anak, insya Allah prosesnya akan lebih mudah baik untuk orang tua, maupun untuk anak-anak kita.
Semoga pesan-pesan dari KH. Muhammad Ali HN ini bermanfaat untuk kita semua, bisa menjadikan keluarga kita lebih solid, makin kompak dalam mendidik anak, ya. Terima kasih sudah membaca tulisanku :)