Ketika Si Kecil Punya Kamar Sendiri
Setelah dua bulan lalu nulis tips mempersiapkan kamar untuk anak berbekal pengalaman dulu sempat pisah kamar sama Hammam selama beberapa waktu, ternyata nggak lama setelah itu dia pindahan kamar beneran. He was so exciting, terlalu senang bahkan. Ibarat orang baru pindahan rumah, lah. Haha. Lumayan repot tapi senang, sih, soalnya dia memang sudah lama kan mau punya kamar sendiri.
Dulu kami pisah kamar pas Hammam usia 4 tahun, cuma sebentar dengan alasan yang pernah saya ceritakan di tulisan yang berjudul Agar Anak Tidur Lelap di Kamarnya Sendiri. Untuk kembali berpisah kamar rasa-rasanya akan butuh proses lagi. Lalu bulan Ramadhan kemarin ibu saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Nggak ada yang bisa nungguin di rumah sakit kecuali saya. Akhirnya 4 hari saya menemani ibu dan selama itu cuma pulang sekali hanya untuk mencuci pakaian sebentar, habis itu balik lagi.
Baca juga : Ma, Kain Mama Sudah Saya Cuci
Kejadian ini membuat Hammam terpaksa harus mandiri. Dimana pagi-pagi papinya sudah harus berangkat ngantor, kadang Hammam sarapan sendiri, mandi sendiri, sambil menunggu kakak-kakak sepupunya yang tidur lagi selepas subuh untuk bangun dan menemani Hammam main sampai sore. Aduh, kasihan kalau diingat. Tapi gara-gara itu jadi keterusan. Pas banget momennya dengan agenda pindah kamar ini.
Apa yang Berubah Setelah Si Kecil Punya Kamar Sendiri?
Karena hidup adalah proses belajar yang tak berkesudahan, sejak Hammam punya kamar sendiri tentunya ada hal yang berubah dan itu wajar. Tapi mostly perubahannya positif dan menyenangkan.
Memiliki Daerah Kekuasaan
Perubahan yang sangat terasa adalah bertambahnya cucian sprei dan sarung bantal serta selimut. Haha. Tapi disamping itu Hammam jadi jarang berantakin kamar dan tempat tidur saya. Horeee. Sekarang kalau ngapa-ngapain dia pasti di kamarnya sendiri atau main di ruang tivi yang dia claim sebagai “Tivi Hammam”. Oke, bhaique.
Sebenarnya dulu kamar ini memang ruangan dengan berbagai macam barang termasuk rak mainan Hammam. Ketika pindahan kamar, barang-barang dikeluarkan kecuali lemari dan rak mainannya itu. Jadi dia ya kayak biasa aja memang mainnya di situ. Mau coret-coret tembok, mau berantakin mainan, mau nyetel radio dengan volume dahsyat, mau jungkir balik, bebas!
Belajar Bertanggung Jawab
Sungguh berat, gengs, ngajarin anak untuk bertanggung jawab. Pasti ada saja kendalanya. Alhamdulillah dengan punya kamar sendiri, mata pelajaran yang satu ini bisa dilaksanakan pelan-pelan, seperti membereskan kasur dan mainan, menaruh barang-barang pada tempatnya, mematikan alat elektronik kalau nggak digunakan, tidur tepat waktu dan sebagainya.
Apakah langsung berhasil? Oh, tentu tidak!
Kalau dia nggak mau beres-beres mainan ya sudah saya biarkan, nggak saya paksa dan nggak saya bantu rapikan juga haha. Biasanya dia kalau beberes itu menjelang tidur. Kalimat “Sebentar mih, Hammam beresin mainan dulu.” menjadi kata-kata yang sangat indah di dengar setelah seharian penuh drama-drama yang menguras emosi.
Tidur Tepat Waktu
Saya dan suami sepakat bahwa Hammam harus difasilitasi barang-barang pribadi agar semua yang dia butuhkan ada di kamarnya dan nggak perlu pinjam-pinjam lagi barang milik mami papi. Kakak ipar saya bilang “Hammam kayak anak kost” karena apa-apa punya sendiri. LOL.
Suatu hari dia menginginkan jam dinding, beli pakai uang THR lebaran. Setiap hari dia senang banget bisa bangun pagi dan melihat jam dinding miliknya. Sayanya juga senang dong, setiap malam dia bilang “Sudah jam 9, tidur, yuk.” meski pada kenyataannya jam 9 masuk kamar, tidurnya bisa jam 11. Haha. Setidaknya ada usaha dulu buat tidur tepat waktu.
Merasa Sudah Besar
“Merasa sudah besar” adalah salah satu pemicu Hammam semangat sekali ketika ada wacana pindah kamar. Nggak lama setelah pindahan ternyata gigi Hammam yang sudah goyang akhirnya tanggal. Makin-makin lah dia merasa dirinya sudah besar, “sebentar lagi jadi orang dewasa,” katanya. Mungkin gara-gara ini juga dia jadi mau makan sayur, “Kalau makan sayur nanti badannya cepat besar ya, mih? Bisa jadi orang dewasa, ya?” Haha, gemash!
Sudah gitu dapat lungsuran sepeda dari sepupunya, sepeda dengan ukuran yang lebih besar dari miliknya sendiri. Semakin bangga lah, dia, sebagai anak yang katanya sudah besar.
Tips Untuk yang Ingin Memulai
Hammam itu lengket banget sama saya dan suami. Ke mana-mana harus ikut, kecuali ketika kami pergi bekerja. Mendidiknya menjadi anak mandiri adalah PR yang nggak mudah. Tetapi sepertinya pindahan kamar menjadi salah satu jalan membentuk kemandiriannya.
Berhubung dia lagi penasaran banget bagaimana kalau menjadi orang dewasa, setiap saat saya selalu selipkan pesan menuju ke sana. Seperti “Orang dewasa itu tidurnya nggak sama maminya lagi.”
Motivasi
Buat kalian yang ingin mulai pisah kamar sama anak, mungkin bisa dicari dulu nih sesuatu yang sekiranya dapat memotivasi anak. Pelan-pelan kasih pengertian dan jangan terlalu memaksa. Meski Hammam senang punya kamar sendiri tapi aslinya ya dia masih minta ditemani dulu tidurnya sampai pulas. Belum bisa yang tiba-tiba masuk kamar terus ketiduran.
Kata kuncinya adalah “Hebat dan Berani”. Dua kata ini sering-sering diucapkan supaya anak jadi lebih percaya diri, sekaligus kita percaya bahwa si kecil pasti bisa.
Mengubah Kebiasaan
Nggak selamanya perubahan itu menyakitkan. Seperti yang saya bilang ketika dulu dalam proses menyapih Hammam, “Bukannya mami nggak sayang lagi sama Hammam, kita cuma mengganti kebiasaan.” Pindah kamar pun merupakan kebiasaan baru yang harus dijalani. Bagi saya ini adalah kesempatan untuk melihat sejauh mana si kecil bisa mengurus dirinya sendiri.
Baca juga : 10 Kebiasaan Baik untuk Anak Usia Dini
Konsisten
Jika sudah memulai, orang tua harus konsisten. Jangan merasa kasihan atau nggak tega gitu, ya. Kalau memang kasihan ya temani dulu di kamarnya selama tidur beberapa hari. Kalau anak masih suka minta tidur di kamar ortu ya nggak apa, Hammam juga gitu. Tapi nggak sering, paling dia seminggu sekali kayak gitu. Mungkin lagi kangen. Tapi dia harus janji dulu bahwa besok harus tidur di kamarnya lagi.
Beri Penghargaan
Anak sudah melakukan sesuatu yang hebat, tentu dong harus dikasih penghargaan. Bentuknya bisa apa saja, sesuai kebiasaan dalam keluarga. Apakah memberinya hadiah berupa mainan, mengajaknya jalan-jalan dan makan di luar, membelikan baju baru dan lain-lain. Bahkan dengan memberikan pelukan hangat pun sudah merupakan penghargaan.
Jangan lupa untuk berdoa bersama-sama sebelum tidur, mengucapkan kata-kata sayang seperti i love you, good night, have a nice dream, dan sebagainya. Setiap pagi selalu tanyakan bagaimana tidurnya tadi malam? Nyenyak, kah? Mimpi indah, kah? Beri pelukan dan bilang ‘kamu hebat’. Dengan begitu anak akan merasa tetap dicintai meski sudah pisah kamar sama orang tua.
Oh ya, yang juga harus selalu diingat adalah kondisi setiap anak berbeda, gengs. Jadi disesuaikan dengan karakter anaknya, ya. Kebetulan kalau dengan Hammam memang semudah itu prosesnya. Semoga kalian berhasil pisah kamar sama si kecil, segera :)
Comments
Anakku sudah punya kamar sendiri dan kami melibatkan dia dalam pemilihan warna dinding kamarnya. Selain itu kami juga membebaskan dia untuk memilih apa saja yang ada dikamarnya termasuk pemilihan lemari penyimpanan mainan, meja belajar dan tempat tidur. Alasannya supaya ia betah dan tanggung jawab dengan kamarnya.
Anak2ku juga sudah punya kamar sendiri. Mereka senang karena punya privasi dan kekuasaan sendiri hehehe. Jadi rajin bebersih isi kamar, demen mempercantik ruangan dan lemarinya. Pokoknya dibuat senyaman mungkin deh. Dikasih penghargaa misal kita bikinin makanan kesukaannya trus tau2 dikirm ke kamar “room service’ hehehe…seru deh.
Wah hebatnyaa. Mamanya juga hebat sih, suka banyak ide biar anak makin senang.
Bagusnya nunggu usia berapa tahun ya mba anak bisa diajak mandiri untuk tidur sendiri? Pasti agak susah buat anak yang lengket banget sama orang tua. Anakku tuh kalau gak ditemenin suka ngamuk, mungkin karena masih tiga tahun juga.
Anakku kedua belum punya kamar sendiri jadi masih bareng kami huhu pengen punya kamar sendiri tapi belum ada biaya renovasi, semoga dimudahkan rezekinya aamiin
Semoga segalanya dimudahkan ya, Mbak. Biar adik bisa punya kamar sendiri. Aamiin.
Pas banget nih, aku lagi merayu Shanum supaya mau tidur sekamar dengan kakanya. Barang-barang seperti mainan udah disimpen dkamar kaka juga . Cuma lagi dicari nih area tanggung jawabnya dimana, secara kamar kaka juga pas-pasan wkwkwkw
Mungkin bisa diatur jadwal beberesnya ganti-gantian kali, Mbak? Misal hari ini kakak lalu besoknya adik. Ayooo semangat Shanum 😎
Karena ada tambahan kamar dalam rumah, sudah pasti cucian juga nambah, hehehe.
Mengajari untuk belajar tanggungjawab ke anak itu memang tidak mudah, ya. Tapi juga tidak boleh memaksa ke anak, harus pelan-pelan.
Dan ya itu, masuk kamar jam 9 malam. Biasanya tidurnya jam 11 an. Hehehe
Yang penting lihat niatnya dulu ya, Mbak. Semoga lama-lama terbiasa tidur jam 9, apalagi sudah mau masuk sekolah, nih :)
Impian saya banget nih, buatkan kamar untuk duo si kecil ciwiciwi di rumah. Kamar yang nyaman dan bisa bikin mereka betah di sana. Pasti bakal senang banget tuh :) Tapi yaa gitu, karena sekarang masih tinggal bareng nenek dan keluarga lainnya, jadi dia random aja mau tidur di kamar mana pun.
Hihi, masih berpindah-pindah ya Mbak? Kami juga masih tinggal di rumah ortu bersama keluarga lainnya, tapi dari dulu anakku nggak bisa tidur kalau bukan di kamar mami-papi haha.
Ternyata banyak manfaatnya kalau anak tidur di kamar sendiri. Anak anakku udah sih, tapi kadang kalau mau tidur tetap minta ditemani sebentar. Memang kamar juga sebagai tempat mereka mengekspresikan diri ya. aku lihat anak pertama dan keduaku punya style yang beda sewaktu menata kamarnya
Wah seru dong Mbak? Setiap anak itu beda-beda, ya. Bahkan cara menata kamar aja bisa beda.
Wow. 4 tahun sudah mulai dilatih untuk tidur di kamar sendiri? Si K udah 4 tahun tapi aku belum kepikiran buat pisah kamar. 😆😆😆
Iya sempat pisah kamar 2 tahun lalu, sebentar doang. Lalu sekarang udah resmi pisah kamarnya akhirnya.
Kebahagiaan tersendiri bagi orang tua saat bisa meneydiakan kamar tersendiri buat sang buah hati, satu anak menempati kamarnya sendiri. Dan meski memiliki kamar yang tersendiri, mereka biasanya masih saling ngerusuhi kamar lainnya. SO far, seru dan asyik melihatnya karena itu adalah moment indah saat mereka masih berkumpul di rumah.
PR banget nih untuk para orangtua ya Mba.
Pisah kamar itu mulai umur 7 tahun kan ya yang disarankan
Noted nih buat aku, meski belum ada anak tapi wajib belajar juga
Wah ini nih yang harusnya sejak kecil dibiasakan oleh orang tua saya. Saya baru bisa lepas tidur sendiri waktu SMA. Cukup telat yha mak ahahahah