fbpx
Social

Kesan Dan Harapan 17 Agustus

Satu-satunya lomba 17 Agustus (atau sering disebut ‘Agustusan’) yang saya ikuti waktu kelas satu SD adalah balap kelereng, dan itupun kalah pada putaran final. Huhu, anak SD langsung sedih.

Balap kelereng adalah lomba yang paling diminati kala itu. Nggak perlu dijelasin ya apa itu balap kelereng. Kayaknya dari zaman nenek moyang kita baru punya kelereng dan punya sendok, perlombaan ini sudah ada.

Saking sepuhnya sampai-sampai sekarang dimanapun ada perlombaan Agustusan, balap kelereng harus menjadi salah satu cabang yang diperlombakan. Eeeaaa.

agustusan
Ekspresi yang tiada duanya

Bulan Agustus adalah bulannya orang Indonesia. Bulannya bangsa ini memperingati hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus. Lalu tradisi hiasan ‘Agustusan’ sudah mulai didekorasi sejak hari pertama bulan Agustus. Baik dilakukan secara pribadi di rumah-rumah warga, ataupun secara bersama-sama mendekorasi lingkungan yang dikoordinasikan oleh Ketua RT dan Karang Taruna setempat.

Tema Agustusan selalu nuansa merah putih. Mulai dari gapura di depan gang, bendera-bendera kecil yang berjajar sepanjang jalan dan gang-gang kecil di pemukiman, bahkan ada yang mengecat jalanan menjadi seperti bendera. Dan hari kemerdekaan selalu identik dengan perlombaan. Semua orang berlomba-lomba memenangkan pertandingan demi sebuah hadiah, yang meskipun hadiahnya tidak seberapa tapi yang penting adalah semangat dan kebersamaan yang terjalin antar warga setempat.

Sayangnya, di lingkungan saya bulan Agustus tidak se-heboh itu. Warga hanya memasang bendera selama 15 hari, terhitung sejak H-7 sebelum hari kemerdekaan. Itupun ada yang pasang, ada yang kelupaan. Adalagi yang saking nggak pedulinya sama hari kemerdekaan dan nggak pernah pasang bendera, sekalinya pasang sampai lupa nurunin lagi hingga berbulan-bulan kemudian. Dan sadarnya pas itu bendera sudah rapuh. Ya ampun, Paaaak.

agustusan
Bendera merah putih

Jangankan untuk bikin gapura yang keren dan meriah, dekorasi seperti bendera-bendera kecil saja dipasang seadanya. Apalagi warga yang mau mendekorasi rumahnya sedemikian rupa, hampir tidak ada. Entah karena terlalu sibuk atau memang tidak peduli. Itulah Agustusan di RT 004 RW 04, Cipadu Jaya. Selalu sepi dan tidak meriah sama sekali.

Agustus Paling Berkesan

Karena Agustusan sepi, saya cari hiburan dengan ikut ke sekolah TK keponakan saya. Disana kan ada carnaval yang pakai baju-baju adat, ya. Ih seru. Secara dulu saya nggak pernah masuk sekolah TK, tapi langsung SD. Jadinya ya daripada nggak pernah ikut carnaval sama sekali. Ya Alloh, kasihan amat ya??

Waktu kelas 5 SD saya pernah mengikuti Cerdas Cermat antar RT yang diselenggarakan oleh RT sebelah (sekarang RT 005, dulunya lupa dia RT berapa gitu). Inipun tim saya kalah. Tapi waktu itu ya senang-senang saja bisa ikut lomba dan ditonton sama orang-orang kampung. Hahahaha. Dan selain cerdas cermat ada juga lomba adzan yang diikuti oleh anak-anak cowok.

Saya juga pernah menonton acara panggung gembira yang diadakan di kampung sebelah. Waktu itu ada teman sekelas saya yang jadi salah satu pemeran dramanya. Saya sudah lupa sih kisahnya tentang apa, tapi yang pasti itu seru banget. Panggung yang besar, lampu warna-warni, nyanyian, tarian dan segala kemeriahan seolah bersatu mengagumkan.

Lama-kelamaan, keseruan itu pudar. Saya tidak lagi menemui hal-hal yang seru di kampung sendiri. Sementara mungkin kampung tetangga atau sebuah tempat entah dimana itu telah memenangkan kejuaraan kampung bersih atau apalah namanya. Agustusan saya selalu biasa-biasa. Tidak ada kompetisi apapun.

Dan untuk mengkompensasinya ketika remaja saya mengikuti kegiatan Paskibra di sekolah. Lumayan mengobati kerinduan pada semangat patriotisme yang tidak saya dapatkan di RT 004.

Baru sekitar awal tahun 2000-an, ada inisiatif dari beberapa warga untuk menyelenggarakan lomba Agustusan bagi anak-anak. Atas dasar ‘kasihan mereka Agustusan nggak ada lomba apapun’. Igh, sebal nian. Sebal karena dulu waktu saya kecil, nggak ada yang kasihan sama saya kayak begitu. Lah tahun segitu mah saya udah gede, nggak bisa ikutan balap kelereng lagi. *teteup.

Tapi ya nggak sebal-sebal amat sih. Kalau nggak bisa jadi peserta ya jadi penonton lah. Saya tidak pernah melewatkan perlombaan Agustusan di RT 004. Meskipun cuaca panas, meski sedang nggak enak badan, dan meski ketika sedang hamil (dulu). Saya wajib banget hadir demi mendukung peserta lomba yang diantaranya ada keponakan-keponakan saya yang banyak banget itu. Hahaha. Saya punya dokumentasinya dari tahun ke tahun.

Kadang nonton lomba menjadi hiburan tersendiri karena anak-anak itu sungguh lucu ekspresinya. Saya bersama penonton yang lain bisa terpingkal-pingkal melihat aksi mereka di lapangan. Belum lagi kalau ada yang nangis karena kalah lomba, heboh pokoknya. Tapi seperti halnya manusia biasa yang tak pernah merasa puas, saya pun mulai resah. “Ini tujuhbelasan gini-gini aja nih?”

agustusan
Di hari perlombaan Hammam baru bisa nonton dan minta foto bertiga (maafkan jerawat emaknya)

Kayaknya kalau zaman sudah semakin maju, acara Agustusan harusnya jadi makin maju juga dong ya. Resahnya tuh bukan apa-apa, tapi karena saya sekarang sudah punya anak. Anak saya harus mengenal apa itu 17 Agustus, selain sejarahnya sebagai hari kemerdekaan Indonesia. We would still say hello sama balap kelereng, tapi apa kek gitu bikin yang lebih seru lagi.

Mengapa Harus ‘Agustusan’?

Memangnya segitu pentingnya ya perlombaan? Padahal saya sudah bukan anak-anak lagi. Anak saya juga belum tentu mau kalau disuruh ikut-ikut lomba begitu. Well, jangan salah. Si Hammam suka banget dengan kemeriahan. Dan kayaknya bakal senang-senang aja disuruh. Kayaknya loh ya…

Selain kegemaran Hammam untuk bertemu teman-teman, ini ada beberapa alasan yang menurut saya bisa menjadi jawaban ‘mengapa kita harus merayakan hari kemerdekaan?’

Menumbuhkan Semangat Patriotisme

Seperti yang saya bilang tadi, Agustusan berarti berlomba memenangkan pertandingan. Zaman dulu, para pejuang kitapun berlomba-lomba memenangkan peperangan hingga penjajah lari tunggang-langgang. Kini kita telah merdeka dari penjajah, mari kita peringati dengan semangat patriotisme. Agar kedepannya kita bisa memerangi segala penjajahan dalam bentuk apapun.

Mengasah Kreatifitas

Kapan lagi ya kan, mengecat rumah jadi merah putih? Nggak setiap hari juga menghias sepeda anak-anak untuk diikutkan lomba sepeda hias. Bagi orang dewasa yang sudah lama nggak melakukan hal-hal kreatif itu bisa menimbulkan kebosanan, loh. Makanya dengan mengasah kreatifitas di bulan Agustus setidaknya dapat memberi penyegaran.

Baca Juga : Permainan Seru dan DIY

Hiburan Setahun Sekali

Sama halnya lebaran bagi orang muslim, yang kita rayakan setahun sekali. Buatlah moment tak terlupakan selama Agustusan. Pinginnya sih someday anak-anak kita juga punya kenangan manis tujuhbelasan. Kan keren banget tuh kalau misalnya Hammam limabelas tahun lagi nulis di blog pribadinya tentang kesan-kesan 17 Agustus semasa kecilnya. Aw… That would be so sweet.

Lebih Mengenal Tetangga dan Lingkungan

Sudah kenal belum sama tetangga baru? Eh, si ibu yang kapan hari pindahan itu sekarang anaknya udah dua, loh. Yang kayak gini jangan cuma dibahas sama ibu-ibu lain di tukang sayur. Kenalan dong sama yang bersangkutan. Sepertinya Agustusan menjadi moment yang tepat. Sambil nungguin anak-anak ikutan lomba, ibu-ibunya bisa kenalan sama tetangga baru. Atau hanya sekedar berkabar dengan tetangga lama.

Kalau nggak ngobrol sama tetangga, kita nggak tahu loh sekarang hidupnya gimana. Siapa tahu si ibu yang itu, suaminya udah diangkat jadi direktur? Asik kan, bisa minta sponsor buat Agustusan tahun depan. Atau ternyata tetangga sebelah rumah sedang ada project budidaya apa gitu yang kita bisa daftar buat ikutan. Lumayan, lagi.

Menurut saya itu sih gunanya kita merayakan hari kemerdekaan. Berharap akan ada keajaiban di RT 004, agar pak RT tergugah hatinya. Ayolah, Pak. Bikin heboh kampung kita.

karang-taruna
Abang-abang Karang Taruna

Dan atas berbagai pertimbangan, Pak RT akhirnya membentuk Karang Taruna. Yes, zaman saya muda dulu nggak ada Karang Taruna yang bisa diikuti. Gak apa lah biar telat asal selamat. Nanti kalau Hammam sudah besar kali aja direkrut masuk Karang Taruna. Ya, Pak RT yaaa…

Finally, harapan saya terwujud. Tahun ini cabang lomba ditambah dengan “Lomba Sepeda Hias”. Oh akhirnyaaaa. Alhamdulillah anak kecil udah punya sepeda. Emak-Bapaknya semangat banget malam-malam beli printilan untuk menghias sepeda Hammam.

agustusan
Balita pemanasan lomba sepeda hias.

Mungkin tahun ini adalah tahun bangkitnya semangat patriotisme warga RT 004. Semoga terus-terusan kayak gini ya. Perlombaan 17 Agustus berjalan lancar, meriah dan berkesan.

MERDEKA!!

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

August 23, 2017 at 12:21 pm

sekarang karang taruna sudah gak ada di kampung saya..
apa emang karena prekembangan jaman jadi pemuda2 malas ya?



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *