Kegiatan Bermain Untuk Stimulasi Kecerdasan Majemuk Menuju Generasi Multitalenta
Zaman telah sampai pada era milenial. Dimana semua aspek kehidupan bersinggungan dengan teknologi. Tak hanya orang dewasa, remaja bahkan anak-anak telah melek iptek. Sungguh berat tantangan menjadi orang tua masa kini yang ingin mengoptimalkan kecerdasan majemuk anak di tengah-tengah kemajuan teknologi.
Sudah begitu, anak-anak zaman sekarang kan kritisnya minta ampun. Kalau dilarang main gadget, mereka sudah bisa protes ‘Lho, Ibu juga mainin hape terus’. Begitu katanya. Kesal nggak sih bu, digituin sama anak?
Jangan. Jangan kesal dulu. Itu artinya anak perhatian sama ibunya. Dan yang terpenting itu tandanya otak anak berkembang dengan baik karena sudah mengerti persamaan atau perbedaan yang ada disekitarnya. Calon anak cerdas, nih!
Siapa sih yang nggak mau punya anak pintar dan cerdas? Lalu sebagai orang tua, tugas-tugas apa saja yang sudah dilakukan demi mencapai harapan ‘punya anak-anak yang sukses dan menjadi generasi multitalenta’? Kasih susu mahal, les ini itu, atau apa?
Zaman boleh berubah, anak-anak sudah sepatutnya diperkenalkan dengan teknologi canggih masa kini. Tapi bukan berarti orang tua melepaskan mereka begitu saja. Anak-anak butuh ‘pelajaran tambahan’ bersama orang tuanya. Maka menjadi penting sekali bagi kita mendampingi buah hati dalam menuju masa depannya sebagai generasi multitalenta.
Pekan lalu saya hadir dalam sebuah Konferensi Ayah Bunda Platinum (KABP) yang diselenggarakan oleh Morinaga. Bertempat di Novotel Hotel Tangerang, Sabtu, 12 Agustus 2017. Tema yang diangkat adalah Siapkan Kecerdasan Multitalenta Si Kecil Sejak Dini.
Nggak apa-apa ya kalau blog saya akhir-akhir ini isinya melulu tentang seminar yang saya ikuti. Soalnya saya merasa butuh ilmu terus dan selalu ingin berbagi kepada orang tua lainnya yang mungkin punya masalah serupa. Biar kalau galau ya galau bareng. Hehe. Eh tapi yang paling penting sih agar kita sama-sama mendapatkan solusinya.
Jadi, acara ini diadakan di banyak kota. Dan akhirnya digelar juga di Tangerang, kota kelahiran saya. Dari seluruh rangkaian acara dan materi yang disampaikan oleh narasumber, saya paling tertarik dengan topik tumbuh kembang dan stimulasi anak. Serta bagaimana keduanya dapat menciptakan generasi multitalenta.
Tapi sebelumnya saya bahas sedikit dulu ya persoalan yang paling mendasarnya. Yaitu sebuah perisai yang harus kita ciptakan untuk melindungi anak-anak kita. Perisai terdiri dari tiga sisi yang saling berhubungan ditambah satu sisi sebagai pondasinya. Yaitu Perkembangan Otak, Sistem Ketahanan Tubuh, Tumbuh Kembang Optimal dan Kesehatan Saluran Cerna.
Materi yang pertama ini disampaikan oleh Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) – Dokter Ahli Tumbuh Kembang Anak. Pak dokternya udah ngetop banget loh ini di Surabaya, waiting list pasiennya bisa sampai 3 bulanan. Alhamdulillah ya bisa bertemu beliau, nggak perlu antri dan bisa sharing kepada ratusan Ayah Bunda di Tangerang.
Karena moderatornya adalah Irfan Hakim yang notabene adalah seorang entertainer sejati, maka acara berlangsung sangat seru karena sembari diselipkan humor. Peserta KABP nggak ada yang ngantuk. Segar semua.
Perkembangan Otak
Setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki otak yang cerdas. Adalah tugas orang tua untuk memberikan nutrisi dan stimulasi sejak sedini mungkin. Perkembangan otak yang sudah dimulai sejak janin dalam kandungan ini akan menemui masa kritisnya pada masa MPASI (anak usia 6 bulan – 2 tahun).
Pada blog post sebelumnya saya sudah membahas tentang ini. Betapa pentingnya nutrisi yang diterima oleh seorang anak pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Bahwa 2 tahun adalah masa yang tak dapat tergantikan, jadi jangan sampai terlewat ya.
Baca juga : MPASI Tepat Untuk Nutrisi Terbaik 1.000 Hari Pertama
Agar perkembangannya dapat berlangsung secara baik, maka harus dilakukan stimulasi dengan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan. Hindari memberikan gadget kepada anak dibawah umur 2 tahun.
Sistem Ketahanan Tubuh
Bayi yang lahir telah mendapatkan imunitas atau sistem kekebalan tubuh dari ibunya sejak dalam kandungan melalui plasenta. Seiring berjalannya waktu, anak harus membentuk sel antibodi sendiri. Untuk mengenali, mengingat, menyerang dan memusnahkan agen infeksi yang menyerang tubuhnya. Imunitas bisa didapat dari vaksinasi atau imunisasi.
Maka dari itu, jangan mengabaikan imunisasi yang teramat penting ini. Karena sistem ketahanan tubuh yang baik akan sangat mendukung perkembangan otak dan keberlangsungan tumbuh kembang jangka panjang.
Baca Juga : Eliminasi Penyakit Campak dan Rubella Dengan Imunisasi MR
Tumbuh Kembang Optimal
Bertumbuh berkaitan dengan fisik seorang anak. Yaitu bertambah tinggi dan berat badan serta lingkar kepala yang proporsional. Sedangkan berkembang adalah yang berhubungan dengan meningkatnya kemampuan dalam penglihatan, pendengaran dan perabaan.
Penglihatan sendiri nantinya akan membantu anak dalam memiliki motorik halus dan kasar untuk kecerdasannya. Sedangkan pendengaran untuk kemampuan berbahasa dan perabaan untuk kemampuan bersosialisasi yang di masa depan akan menuntunnya dalam memiliki perilaku yang baik.
Kesehatan Saluran Cerna
Mengapa kesehatan saluran cerna seolah-olah menjadi pondasi dari perisai yang tadi saya sebutkan? Saluran cerna memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan seseorang. Baik itu perkembangan otak, imunitas maupun tumbuh kembangnya yang optimal. Semua itu bisa didapat dari nutrisi baik yang masuk ke dalam tubuh.
Dan tidak ada jalan lain untuk memasukkan nutrisi tersebut selain melalui saluran cerna yang kemudian akan dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Maka saluran cerna yang sehat sangat menentukan apakah ketiga sisi perisai tadi dapat bekerja.
Tentang Morinaga
Materi berikutnya disampaikan oleh Dr. Muliaman Mansyur mengenai saluran cerna dan penjelasan kandungan nutrisi susu morinaga bagi si kecil.
Morinaga percaya bahwa ASI adalah makanan yang terbaik dan sumber nutrisi yang paling ideal bagi bayi. Oleh karenanya Morinaga Nutrition Research Center Jepang telah melakukan banyak penelitian dengan mengembangkan nutrisi anak berkualitas. Kalbe Nutritionals & Morinaga Jepang telah bekerjasama dalam memformulasi, memproduksi dan menjual produk Morinaga di Indonesia sejak tahun 1986.
Inovasi unggulan dari Morinaga yaitu Formula Platinum, dengan sinergi nutrisi lengkap yaitu untuk Kecerdasan Multi Talenta dan Pertahanan Tubuh Ganda, untuk mendukung tumbuh kembang optimal anak-anak Indonesia menjadi Generasi Platinum.
Rangkaian susu Morinaga diperuntukkan bagi anak-anak mulai dari bayi sampai dengan usia 6 tahun.
Morinaga Chil-Kid untuk anak usia 1-3 tahun. Tersedia dalam varian rasa vanila dan rasa maduMorinaga Platinum Chil-School. Untuk Anak usia 4-6 tahun. Tersedia dalam varian rasa madu, rasa coklat dan rasa vanila.
Morinaga dengan Formula Platinum MoriCare+ . Inovasi Unggulan berupa sinergi nutrisi antara faktor Kecerdasan Multitalenta, faktor Pertahanan Tubuh Ganda dan faktor Tumbuh Kembang Optimal mendukung Si Kecil menjadi Generasi Platinum yang Multitalenta.
Secara garis besar Morinaga Chil Kid dan Chil School memiliki kandungan nutrisi yang sama dan diformulasi sesuai dengan kebutuhan usia anak-anak yang dibedakan antara 1-3 tahun dan 4-6 tahun.
Untuk perkembangan otak, Morinaga Chil Kid dan Chil School mengandung nutrisi sebagai berikut :
- Omega 6 / Asam Linoleat (AL) dan Omega 3 / Alfa Asam Linoleat (AAL). Yaitu asam lemak esensial yang berfungsi meneruskan rangsangan antar sel syaraf untuk mempercepat daya tangkap.
- Kolin. Yang membantu penyimpanan daya ingat, kemampuan berpikir, bergerak dan berbicara.
- Zat Besi. Untuk meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar.
- Laktoferin. Sebagai zat yang akan melawan infeksi dalam tubuh agar si kecil tidak mudah sakit.
- Nukleotida (hanya pada Morinaga Chil Kid) berfungsi meningkatkan antibodi untuk melawan penyakit dan infeksi.
- Prebiotik (laktulosa). Makanan untuk pertumbuhan bakteri baik di saluran cerna.
Probiotik. Merupakan bakteri baik yang terdapat di saluran cerna.
Kombinasi prebiotik dan probiotik berfungsi agar si kecil tidak mudah diare dan konstipasi (sembelit) dan memperbaiki penyerapan nutrisi yang lebih baik.
- Vitamin & Mineral. Berperan dalam tumbuh kembang Si Kecil sebagai antioksidan yang membantu melindungi tubuh dari radikal bebas penyebab kerusakan saraf.
- Whey Protein (hanya pada Morinaga Chil Kid). Merupakan sumber protein yang bermanfaat dalam membangun dan memperbaiki jaringan tubuh.
- Kalsium. Membantu menjaga kepadatan tulang dan gigi.
- Vitamin D. Berperan penting dalam membantu penyerapan kalsium dalam tubuh.
- Magnesium. Membantu menjaga kepadatan tulang.
Setelah materi dari Dr. Muliaman selesai, kami dipersilahkan makan siang terlebih dahulu. Dan sholat zuhur bagi yang menjalankan. Sambil istirahat saya sempat lihat-lihat booth yang ada di luar hall. Ternyata banyak sekali boothnya, mulai dari pengenalan produk susu morinaga, booth untuk foto-foto, booth test alergi sampai booth tes kecerdasan majemuk anak atau yang terkenal dengan Morinaga Multiple Intelligence Play Plan.
Saya tidak sempat mampir untuk main-main di salah satu booth, karena takut ketinggalan materi berikutnya. Tapi saya sudah pernah melakukan tes kecerdasan majemuk tersebut melalui website morinagamiplayplan.com.
Kemudian lanjut nih, saya sebetulnya sudah nggak sabar sama sesi kedua dari konferensi ini. Karena Morinaga menghadirkan seorang psikolog yang sudah tak asing lagi. Yaitu Dr. Rose Mini, A. P., M.Psi atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Bunda Romi. Yang bikin nggak sabar adalah karena materinya tentang stimulasi melalui bermain.
Kekuatan Bermain Untuk Menstimulasi Kecerdasan Anak
Usia anak-anak memang identik dengan bermain. Orang tua wajib memfasilitasi anak dalam kegiatan bermain. Baik itu mainan dalam bentuk fisik ataupun bermain antara orang tua dengan anak.
Lalu seperti apa sih, mainan yang paling baik untuk anak? Orang tua tentu akan mengusahakan segala yang terbaik bagi anak-anak. Tetapi mainan yang paling baik untuk anak bukan berasal dari toko mainan yang harganya mahal atau import dari luar negeri.
Mainan yang paling baik adalah yang dapat mengenalkan suatu konsep kepada anak, sehingga jika distimulasi melalui mainan ini kecerdasan dan tumbuh kembangnya akan semakin optimal. Dan bermunculanlah para generasi multitalenta.
Baca Juga : Memfasilitasi Anak Dengan Permainan Seru Dan DIY
Di rumah, kalau anak mainan lipstik ibunya apa yang terjadi? “Adeeek? Kamu apain ini lipstik ibu?” teriak seorang ibu sambil setengah mewek karena lipstik kesayangannya telah patah.
Tenang, bu. Nggak sendirian kok. Saya juga sering begitu. Padahal anak saya cowok ya, kok maianannya kayak begitu. Ya ngga selau mainin lipstik sih, tapi ada saja yang diberantakin. Sayangnya, kemarin saya belum paham tentang konsep bermain yang sesungguhnya. Saya hanya bilang bahwa lipstik itu bukan mainan dan menyuruhnya bermain yang lain saja.
Padahal, tahu nggak sih..? Ternyata kita bisa mengenalkan warna dari lipstik itu sendiri. Apalagi anak seumur Hammam yang sudah harus belajar tentang warna. Bukannya diberitahu, eh malah diomelin. Huhu, maafkan mami. *sedih.
Dari sebatang lipstik juga kita bisa mengenalkan konsep sebab akibat, dengan memutar-mutar bagian bawahnya sehingga lipstik bisa keluar dan masuk dari tabungnya. Ya ampun, as simple as that. Kenapa harus marah-marah coba, ya?
Atau adakah bapak yang melarang, ketika anak memakai sepatu kebesaran pada kaki mungilnya? Dar sepasang sepatu anak bisa dikenalkan dengan konsep kanan-kiri, atas-bawah, bentuk dan ukuran. Konsep seperti ini akan menghindarkan anak dari resiko dyslexia, loh.
Menurut Papilia, Olds & Feldman (2001), Bermain adalah suatu kegiatan yang disenangi anak tanpa didasari keterpaksaan dan merupakan cara belajar yang paling alami untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.
Yang dapat dikatakan kegiatan bermain adalah aktivitas yang memenuhi karakteristik sebagai berikut :
- Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik (tanpa paksaan).
- Perasaan orang yang bermain diwarnai oleh emosi positif.
- Fleksibel, mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya.
- Menekankan pada proses, bukan pada hasil.
- Anak bebas memilih permainan yang diinginkan.
- Memiliki kualitas pura-pura.
Dari poin-poin di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa bermain adalah kegiatan menyenangkan yang bebas dipilih oleh anak-anak. Sebagai orang tua kita juga harus jeli menilai kemampuan anak. Jangan mentang-mentang kita ingin anak terstimulasi dengan baik, lalu langsung diberikan permainan yang diluar kemampuan sang anak. Disesuaikan saja dengan usianya, agar kegiatan bermain ini dapat memberikan peluang bagi anak untuk belajar.
Misalnya, saya dan Hammam suka main rumah-rumahan. Saat ini Hammam baru bisanya bermain, duduk di dalam tenda yang saya buat. Seumur Hammam belum bisa diminta untuk merakit tendanya, paling cuma bisa membantu mengambilkan benda-benda yang saya butuhkan. Misalnya sambungan pipa atau tali.
Baca juga : Liburan Sederhana Yang Penting Asyik
Dari kegiatan ini ada konsep matematika yang diajarkan, dengan menyebutkan sisi kakan-kiri, luar dan dalam, jumlah tali yang dibutuhkan dan sebagainya. Juga konsep interpersonal, yaitu bagaimana Hammam menyikapi permainan ini dengan gembira dan berinteraksi dengan ‘lawan mainnya’.
Berdasarkan tahap perkembangan dan kematangan kognitif (kemampuan berpikir) , permainan bisa dibedakan menjadi 4 tahap. Yaitu Barmain Fungsional, Bermain Konstruktif, Bermain Peran dan Bermain dengan Peraturan.
Bermain Fungsional (0-2 tahun)
Bermain dengan gerakan pengulangan dan manipulasi (meniru), berfungsi untuk melatih kemampuan otot dan fisik. Contoh : membunyikan kincringan atau merangkak mendekati suatu benda.
Bermain Konstruktif (2-3 tahun)
Bermain dengan memanfaatkan benda-benda sekitar seperti membangun menara dengan lego, puzzle, dan lain-lain.
Bermain Peran (3-7 tahun)
Ditandai dengan kemampuan anak berpura-pura menjalani suatu peran.
Bermain Dengan Peraturan (>7 tahun)
Bermain yang melibatkan peraturan seperti bertanding sepakbola.
Banyak sekali peluang yang bisa didapat dari kegiatan bermain. Diantaranya untuk menstimulasi kecerdasan majemuk, melatih sikap sosialisasi dan bekerjasama dengan orang lain. Serta mempersiapkan diri agar kelak dapat menjalankan peran-peran sebagai orang dewasa. Disinilah karakter seorang anak akan terbentuk. Hasil dari ia bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)
Istilah kecerdasan majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Howard Gardner—seorang psikolog dari Universitas Harvard, dalam bukunya The Multiple Intelligence. Bahwa kecerdasan meliputi banyak aspek dalam kehidupan sehari-hari. Cerdas bukan berarti pintar matematika atau secara akademis saja, melainkan cerdas dalam mengambil keputusan, bersosialisasi dengan orang lain, bahkan untuk mengenali dirinya sendiri.
Menurut penelitian Dr. Howard Gardner yang melibatkan anak-anak dan orang dewasa, ada 8 kecerdasan majemuk dalam diri seseorang. Dimana ada beberapa diantaranya yang akan terlihat lebih menonjol dan kelak dapat menjadi jati dirinya. Sedangkan kecerdasan yang kurang menonjol dapat distimulasi dan diasah kemampuannya, sehingga anak-anak siap menjadi generasi multitalenta.
Berikut ini adalah 8 kecerdasan majemuk yang saya urutkan berdasarkan hasil yang saya lakukan untuk Hammam, melalui website morinagamiplayplan.com.
Kecerdasan Interpersonal
Adalah kemampuan untuk berinteraksi dan memahami orang lain. Seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik akan sangat mudah membangun hubungan dengan orang lain, baik dalam pertemanan maupun pekerjaan.
Dan karena kepribadiannya yang easy going maka akan mudah bagi orang lain menerima dirinya di lingkungan baru. Ia bahkan disukai oleh teman-temannya karena karakternya yang mudah beradaptasi.
Alhamdulillah ini adalah kecerdasan yang paling menonjol pada diri Hammam. Sejak dulu dia memang suka bertemu dengan orang-orang baru, nggak takut atau malu meskipun yang ditemui adalah anak-anak yang lebih besar dari dia, atau orang dewasa sekalipun.
Saya menstimulasinya dengan membiasakannya untuk memberi salam kepada teman yang seumuran atau cium tangan (salim) kepada yang lebih tua.
Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Adalah kemampuan mengekspresikan diri melalui musik. Boleh dibilang anak dengan kecerdasan musikal adalah calon seniman. Tidak sebatas seni musik, tetapi bisa juga seni yang lainnya.
Saya secara pribadi senang mendengarkan musik. Kalau belajar saya harus dengar musik. Setiap nge-blog juga harus disertai musik. I don’t know why, tapi kalau nggak ada musik saya malah nggak bisa mikir.
Dan karena kebiasaan ini, Hammam jadi ketularan menyukai musik. Hobinya mendengarkan musik melalui radio tua di ruang nyetrika baju. Haha. Atau dia betah berlama-lama main di rumah Paman saya yang juga hobi sama musik.
Hammam saat ini mengalami speech delay. Tetapi ia sudah mengenal banyak lagi, meskipun belum hapal liriknya. Kalau disuatu tempat terdengar lagu yang ia sukai, Hammam biasanya langsung berekspresi gembira.
Kecerdasan Visual Spasial
Adalah kemampuan membayangkan dan mengimajinasikan sesuatu kemudian menuangkan ide-ide imajinasinya melalui gambar atau lukisan. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini merupakan pribadi yang penuh dengan kreatifitas.
Jadi jangan resah ya bu, kalau anaknya suka berkhayal. Jangan-jangan anak ini adalah calon penulis cerita atau sutradara.
Saya belum lihat sih Visual Spasial Hammam seperti apa. Tapi seminggu ini tiba-tiba saja Hammam bisa menyusun puzzle A-Z tanpa dibantu. Yang ia lakukan adalah menunjuk dan menyebut gambar di papan puzzle, kemudian mencari huruf yang sesuai.
Kecerdasan Naturalis
Kemampuan mengenal alam sekitar. Mudah mengerti akan persamaan dan perbedaan yang ada di alam ini. Biasanya dimiliki oleh anak yang mempunyai ketertarikan pada hewan peliharaan atau tumbuh-tumbuhan.
Dari buku-buku yang saya belikan untuk Hammam ia banyak bermain (karena belum bisa baca) dengan buku-buku animal series. Ia suka melihat gambarnya dan banyak belajar nama-nama hewan dari buku.
Karena jiwa naturalisnya berada di tengah-tengah, saya membelikannya watering can agar ia bisa belajar menyirami dan mencintai tanaman.
Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kemampuan mengenali dan menganalisa diri sendiri. Dapat memahami dan mengekspresikan perasaannya, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu membuat target yang ingin dicapai.
Hammam belum terlalu pandai dalam mengekspresikan dirinya. Mungkin karena ia belum lancar berbicara sehingga kadang terhambat dalam menyampaikan sesuatu. Yang akhirnya membuat ia jadi kesal sendiri.
Stimulasi yang harus dilakukan untuk kasus seperti ini adalah dengan sering mengajaknya berbicara. Membiarkan ia memilih yang ia sukai dan menanyakan pendapatnya tentang suatu hal. Misalnya apakah makanannya enak atau tidak, ia suka dengan bajunya atau tidak. Ya, semacam itulah.
Kecerdasan Logika Matematika
Adalah kecerdasan untuk memahami suatu situasi dan kondisi dengan menggunakan perhitungan matematis serta melalui penalaran analisa-sintesa.
Anak yang memiliki kecerdasan matematika akan menjadi seseorang yang pandai berhitung. Bukan hanya soal menghitung angka-angka, tetapi juga dapat memperhitungkan resiko. Serta dapat bercerita secara terstruktur dan mengerjakan sesuatu secara prosedural.
Hammam sendiri belum maksimal logika matematikanya. Disarankan untuk stimulasi dengan permainan yang membutuhkan strategi, mengenal berbagai bentuk dan menyusun benda berdasarkan kategorinya.
Kecerdasan Kinestetik (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Adalah kemampuan menggunakan kecekatan tubuh, yaitu kecerdasan yang menekankan pada penggunaan anggota tubuh dalam berkomunikasi dan berekspresi . Para olahragawan adalah orang-orang yang memiliki kecerdasan tipe ini.
Anak yang memiliki kecerdasan kinestetik akan dengan mudah menirukan gerakan yang ia lihat. Untuk mengasahnya bisa dengan mengajarkannya menari.
Kecerdasan Linguistik
Adalah kemampuan berekspresi secara verbal. Jika seorang anak sejak dini sudah pandai berkomunikasi dan bercerita maka ia memiliki kecerdasan linguistik yang baik. Kedepannya ia akan dapat mengekspresikan dirinya melalui bahasa lisan maupun tulisan.
Kecerdasan linguistik yang terus distimulasi dan dilatih secara rutin akan menghasilkan seseorang yang pandai berbicara. Tapi bukan pandai bergosip loh ya, alias pandai ngomongin orang. Tapi yang dimaksud disini seperti para penulis, jurnalis ataupun pembaca berita.
Practices make perfect. Begitu pula yang terjadi pada anak yang terus dilatih kemampuannya. But nobody is too perfect, right? Jika kita menemukan ada kecerdasan yang kurang menonjol pada anak, padahal sudah dilakukan stimulasi sedemikan rupa, janganlah memaksakan.
Melainkan fokuslah pada apa yang dikuasainya. Sehingga kelak anak-anak dapat menemukan bakat alamiahnya dan bersaing di era milenial sesuai dengan kemampuannya. Tidak semua orang sukses di dunia ini berasal dari mereka yang jago matematika, kok.
Dan karena setiap anak itu berbeda, maka tidaklah bijak bagi orang tua untuk membanding-bandingkannya dengan anak lain yang memiliki kemampuan lebih dari anak kita.
Sekian dulu liputan yang teramat panjang ini. Semoga bisa memberi pencerahan kepada para orang tua dalam memfasilitasi anak-anak bermain. Mulai sekarang bisa tinggalkan dulu gadgetnya untuk terlibat permainan bersama anak-anak, sebagai investasi bagi masa depan mereka.
Masa kecil anak-anak ini tidak akan terulang loh ya. Jangan sampai dikemudian hari kita menyesal dan merasa sudah terlanjur tidak memberi yang terbaik pada masa keemasan anak-anak.
And last but not least, thank you Morinaga for having me. Semoga Konferensi Ayah Bunda Platinum dapat menyentuh seluruh Indonesia dan memberikan ilmu-ilmu parenting bagi para orang tua.
***
Untuk lebih mengetahui tentang Morinaga silahkan kunjungi website dan social media sebagai berikut :
Website: www.morinagaplatinum.com, Facebook: Morinaga Platinum, Twitter:
@MorinagaID, Instagram: @morinagaplatinum, YouTube: Morinaga Platinum
Comments
Nggak ngantuk… asyik banget acaranya yaa, kaya ilmu^^
Alhamdulillah ya, meski udah emak-emak gali ilmu mah tetep.
asupan gizi bagi anak memang perlu ya, selain faktor yg lain
iya, jangan lupa dimaksimalkan sebelum anak umur 2 tahun ya.
bermanfaat sekali infonya.. trimakasih ya..
sama-sama pak :)
terima kasih min sudah berbagi
ini yan gkita sama2 impikan
izin di share lagi