fbpx
Contest

Inspirasi Jelang Pagi

Jika ada pertanyaan “Siapa perempuan yang menginspirasi bagimu?” jawaban saya adalah : Semuanya.

Semua perempuan itu menginspirasi dengan caranya masing-masing. Bahkan kalau sedang bercermin, saya suka terinspirasi dengan diri sendiri. Ehhh, itu sih kepedean ya namanya. Perempuan yang menginspirasi itu letaknya sangat dekat dengan kita. Kita boleh sebut nama-nama perempuan sukses di luar sana yang mungkin menginspirasi banyak orang. Tapi yang bisa saya ceritakan adalah dua perempuan yang paling dekat dalam hidup saya. Yang pertama, Ibu. Ini adalah cerita bagaimana beliau telah menginspirasi tetangga kami.

Sejak masa mudanya, Ibu dan Bapak saya sudah melakoni hidup sebagai wiraswasta. Dan karena Bapak telah tiada sejak saya masih bayi, Ibu melanjutkannya. Ibu saya adalah seorang penjahit pakaian anak. Sudah berbagai macam model pakaian ia jahit dari jaman ke jaman. Dari celana unyil, celana hawai, baju bebeh, sampai tanktop. Ibu adalah pedagang grosir yang sudah memiliki langganan tetap. Awal tahun 2000-an hampir setiap hari ada pelanggan yang datang ke rumah sebelum berdagang di pasar Cipulir. Nah di Cipulir itu kan para pembelinya banyak yang datang dari luar kota bahkan luar pulau jawa. Jadinya barang dagangan Ibu mungkin sudah tersebar ke berbagai pelosok negeri.

Saya juga pernah lihat dagangan Ibu ada di sebuah toko baju besar. Saat melihatnya duh, jangan tanya deh saya bangganya kayak apa. “Ini nih hasil kerjanya Ibu dari pagi sampai pagi lagi, tiap hari tanpa libur.” kata saya bangga, sekaligus terharu. Dari hasil berdagangnya Ibu bisa menyekolahkan saya sampai jadi sarjana. Ya, hidup kami memang tidak berlebih-lebihan harta. Kami tidak punya mobil. Cuma punya rumah yang isinya hanya perabot biasa dan televisi kuno 14 inchi. Tidak pakai AC, tidak punya kulkas. Kendaraan kami saat itu hanya sebuah motor tahun lama yang tetap dirawat. Tapi alhamdulillah saya tidak pernah merasa kekurangan apapun.

Entah dari sisi mana akhirnya Ibu telah menginspirasi tetangga kami. Belakangan ini sedang laku-lakunya t-shirt anak bahan katun spandex. Memang bahan jenis ini sedang sangat digemari semua kalangan, karena mudah menyerap keringat dan adem saat dikenakan. Cocok sekali dipakai oleh anak-anak, apalagi cuaca sekarang sering tak tentu panasnya. Awal mulanya tetangga ini sangat baik kepada kami, sering main-main ke rumah, bagi-bagi makanan, dan sebagainya. Tapi lalu ia agak sedikit berubah sikap.

Rupanya, selang beberapa bulan si tetangga memiliki produk yang sama dengan punya Ibu. Bedanya hanya harganya yang lebih murah. Pelanggan Ibu pun berpaling ke lain hati. Wah wah… kalau mau bersaing mbok ya yang sehat gitu loh. Padahal dibandingkan kami, dia itu lebih banyak hartanya. Rumah lebih besar, halaman lebih luas, motor baru, punya mobil. Mungkin tabungannya juga sudah banyak.

Lalu bagaimana dengan Ibu? Apakah Ibu melabraknya seperti di sinetron yang suka tayang pagi-pagi? Atau kami anak-anaknya yang turun tangan?

Tidak. Ibu tidak melakukan apapun. Ibu saya adalah perempuan yang bermartabat. Puluhan tahun menjadi pedagang, tak membuat ia lantas panas hati melihat pelanggannya berpindah tempat hanya karena harga tetangga lebih murah. Ibu juga berpesan kepada saya untuk tidak mengungkit dan membesar-besarkan masalah ini. Rejeki itu sudah ada yang mengatur dan ngaturnya itu ya akurat banget. Mungkin memang pelanggan yang itu sudah bukannya jatah kami. Lagipula masih akan ada pelanggan lain yang pasti berdatangan.

Sampai sekarang hubungan mereka berdua tetap baik. Tepatnya, Ibu yang baik sama dia. Jadi gimana saya sebagai anak Ibu mau kesel sama tetangga ini, coba. Lah wong Ibu biasa-biasa aja kok. Masih sering ngobrol, tuker-tukeran resep, tukeran masakan.

Gesekan antar pedagang di dunia wirausaha sudah biasa terjadi sejak jaman baheula. Ada yang menyikut dan ada yang disikut. Melihat usaha Ibu disikut orang, sudah biasa. Tapi Ibu tidak pernah mencontohkan kepada saya bagaimana ‘menyikut’ orang lain. Hidupnya lempeng bin lurus sudah dari sananya. Alhamdulillah saya bersyukur sudah terlahir dari rahimnya. Ibu telah menginspirasi tetangga. Tapi saya lebih lebih lebih terinspirasi lagi. Surga saya, terletak di telapak kakinya.

Tahun ini usia Ibu menginjak 74 tahun. Sudah tua, cucunya saja ada 21, cicit 13. Tapi sampai sekarang Ibu masih menjahit. Disuruh pensiun nggak mau, gak betah berdiam diri. Katanya Ibu masih pingin bagi-bagi rejeki sama cucu-cicit setiap lebaran tiba. Ah, Ibu memang nenek favorit sepanjang masa deeeh. Rumah Ibu masih selalu ramai didatangi cucu-cicit. Mereka selalu betah disini, meskipun rumahnya tidak pakai AC. Tapi lumayan sih sekarang sudah ada kulkas. Barangsiapa kepanasan, silahkan ngadem disitu.

Ibu bersama cucu dan cicit

Terima kasih ya, Bu untuk semuanya. Untuk berjuang demi menjadikan saya sarjana. Juga untuk bakat menjahit yang Ibu turunkan kepada semua anak-anak Ibu.

Ngomong-ngomong soal bakat menjahit, saya paling terkesan dengan anak Ibu yang nomor dua. Kakak saya ini selalu menjahit baju lebaran untuk anak-anak, menantu dan cucu-cucunya, setiap tahun, sejak dulu. Sekarang jumlah mereka ada 19 orang (kakak, suami, anak 6, menantu 4, cucu 7). Uniknya, kakak keseringan menjahit baju-baju itu mepet waktu dan akan selesai dimalam takbiran. Why? Begini ceritanya.

Tak ubahnya seperti Ibu, kakak dan suaminya juga berdagang. Kakak pintar mencari kain-kain yang corak dan warnanya menarik. Punya kenalan ‘tukang bahan’ se-Cipadu, sering ditawari bahan-bahan bagus. Ia juga pintar memilih mana yang sekiranya akan laku keras, mana yang biasa-biasa saja. Kalau ada bahan yang unik, biasanya ia simpan yang banyak. Akan dikeluarkan menjelang idul fitri, untuk baju lebaran sekeluarga.

Sejak pagi kakak memulai usahanya. Memotong bahan dan menjahit. Sore hari, kakak berangkat bersama suami. Berdagang di pasar malam, naik vespa. Ah, that’s romantic. Itu berlangsung rutin setiap hari. Makanya kakak sibuk banget kan, jadi ia cuma punya waktu di ujung bulan Ramadhan dan berakhir di malam takbiran untuk menjahit baju lebaran. Hasilnya keren banget. Setiap tahun saya selalu penasaran nanti hari lebaran mereka pakai seragam yang gimana lagi, ya? Hihihi.

Seragaman

Namanya juga seorang ibu, pasti ingin memberikan yang terbaik untuk keluarga. Apapun dilakoni, dibela-belain. Lagian kakak sih asik, suaminya itu pelawak. Mau bergadang sampai pagi juga mungkin nggak terasa sama dia. Bawaannya senang terus ada yang menghibur. Mereka adalah pasangan paling harmonis yang pernah saya kenal. Gimana nggak disayang sama suami, kalau isterinya pintar kayak gitu.

Saling sayang, ngelonin cucu berdua.

Bagi saya, kakak adalah seorang perempuan yang cerdas menyiasati keuangan. Coba saja kita kalkulasi. Biaya jahit baju kalau untuk satu orang dibandrol seratus ribu, berapa yang dihabiskan untuk sembilanbelas orang? Belum lagi kalau bajunya request pakai bordir, payet, renda-renda. Bisa habis tiga juta lebih kali. Suami mana yang nggak bangga ya, kalau isterinya bisa menyelamatkan uang tiga juta. Uang segitu, bagi kakak mending dibelikan biskuit dan sirup untuk hantaran lebaran ke rumah saudara-saudaranya yang bejibun. Setidaknya masih memberikan manfaat bagi orang lain.

Selain pandai menjahit baju, kakak juga jago bikin tas. Setiap ketemu ada saja tas baru yang dipakainya. Kalau nggak nanya, pasti nggak nyangka deh bahwa itu tas buatannya sendiri. Sayang, saya belum pernah kebagian. Mau minta, eh malu.

Tapi gara-gara gak kebagian, jadinya saya sekarang juga sudah bisa bikin tas sendiri. Beberapa tahun terakhir ini saya sudah menjahit sendiri baju untuk keluarga kecil saya. Malah pernah juga menjahit baju lebaran di malam takbiran. Sampai-sampai anaknya kakak bilang gini “Wah, ateh mau gantiin mama, ya?”

Seperti itulah Ibu dan kakak menginspirasi saya. Keduanya adalah perempuan tangguh. Keduanya sama-sama menjalani passion mereka sekaligus membela kepentingan keluarga, meski hingga menjelang pagi. Ya, mudah-mudahan saya bisa setangguh mereka dan suatu hari nanti bisa menjahitkan baju untuk keluarga-keluarga yang lainnya. Mohon do’anya ya, supaya Ibu saya sehat terus. Dan do’akan juga kakak saya yang sekarang sedang sakit, aktifitas berdagangnya sedang libur. Semoga beliau segera sehat seperti sediakala dan kembali ke dunia wirausaha. Amiin.

Untuk kakak-kakak yang lain, harap bersabar ya kalau kisahnya mau ditulis sama saya. Eeaaa….

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

prananingrum
March 31, 2017 at 1:14 am

cerita yg inspiratif mbak…aku juga suka menjahit .seneng ya punya saudara2 yg tangguh.



yhanthy
March 31, 2017 at 6:32 pm

saya tidak terlalu bisa menjahit, tapi sya suka cara ibunya menginspirasi



nur rochma
April 1, 2017 at 2:37 pm

Sehat-sehat ya ibu.
Kalau bisa menjahit baju sendiri itu asyik ya. Bisa bikin variasi, modelnya juga macem-macem dan tidak pasaran. Seperti foto itu seragam lebarannya bagus.



Hani
April 1, 2017 at 3:02 pm

Waah…keren kisahnya. Hebat punya Ibu yang tangguh seperti itu. Semoga cepat sembuh kakaknya ya. Semoga sehat selalu Ibu dan kakak.
Menjahit itu memang asyik. Saya belajar menjahit dari Mama saya. Tapi paling ga bisa menjahit u orang lain. Baju anak-anak masih bisa, krn ukurannya ga rumit.



    admin
    April 2, 2017 at 6:35 am

    Iya apalagi kalo baju anak cowok, modelnya cuma simpel. Duh, seneng deh ada temen yang juga suka menjahit. Terima kasih sudah mampir :D



rani
August 23, 2018 at 8:21 pm

apa saja inspirasi yang di dapatkan?



Leave a Reply to admin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *