fbpx
waste solution hub
Contest / Tips & Review

Waste Solution Hub, Solusi untuk Pemulung Berdaya dan Anak-anak Putus Sekolah

“Kak, aku akan melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Terima kasih, Kak Siti.” Kata seorang remaja laki-laki yang siang itu berkunjung bersama Ayah dan Ibunya. Awalnya Siti Salamah terkejut dengan kehadiran mereka, setelah sekian lama. Tapi kata-kata yang tulus itu tak ayal membuat matanya berkaca-kaca.

Dalam ingatannya, remaja itu masihlah bocah yang sering mengikutinya ke sana ke mari di sebuah pemukiman pemulung, ketika Siti Salamah mengajar di Taman Maghrib Mengaji. Siapa sangka, murid yang tadinya putus sekolah, bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.

Siti Salamah masih ingat betul, anak itu pernah memakai baju toga miliknya, sambil berucap “Kayaknya aku nggak akan mungkin bisa pakai baju seperti ini nanti.” Siti Salamah dengan optimis menyemangatinya, tidak ada yang tidak mungkin selama manusia mau berusaha. “Bisa. Kamu pasti bisa.” Anak kecil di hadapannya itu berjingkrak senang, membuat baju toganya semakin kedodoran. 

Kabar seorang anak pemulung bisa berkuliah adalah berita baik bagi Siti Salamah yang bersama Waste Solution Hub telah membantu memberikan solusi di tengah kehidupan pemulung. Terlebih, ini adalah berita baik dalam dunia pendidikan. Bahwa ada ratusan anak yang putus sekolah, akhirnya bisa melanjutkan pendidikan. 

Dan melalui lapak pemulung, aku baru tahu penyebab putus sekolahnya anak-anak di sana, bukan karena faktor ekonomi semata.

waste solution hub

Siti Salamah dan Jiwa Sosialnya

Siti Salamah adalah seorang yang aktif di berbagai kegiatan kepemudaan. Ia menyukai anak-anak. Sejak tahun 2015 Siti Salamah secara mandiri melakukan kegiatan sosial di pemukiman dan lapak pemulung yang berlokasi di Jurang Mangu Timur, Tangerang Selatan, Banten. Ia sangat menikmati bagaimana kegiatan sosial memberinya banyak pengalaman baru dan memperluas jaringan, meski ia menyadari bahwa jalan yang dipilihnya sama sekali tidak mudah.

Pertama kalinya Siti Salamah memutuskan untuk mendirikan Taman Maghrib Mengaji di pemukiman pemulung, karena mendapat ajakan dari kawannya yang bertempat tinggal tidak jauh dari pemukiman tersebut. Ada rasa cemas dan takut tatkala dirinya menginjakkan kaki di tempat yang penuh dengan tumpukan sampah dan barang bekas itu. Satu hal yang menguatkan Siti untuk bisa sampai di sana adalah tawa riang anak-anak yang ia dengar sepanjang kakinya menyusuri gang kecil di antara bilik-bilik tempat tinggal pemulung, menuju mushola kecil yang disediakan untuk ibadah.

waste solution hub

Mushola di pemukiman pemulung kondisinya kotor dan tidak terawat. Setiap Siti Salamah hendak mengajar, setiap kali itu pula ia harus membersihkan mushola yang akan digunakan untuk mengaji. Siti merasakan kegiatan ini amatlah berat baginya yang baru memulai. Hingga ada seseorang berkata, “Halah, paling cuma bertahan sehari dua hari.” Dan Siti merasa tertantang mendengarnya. 

Setelah beberapa waktu, lapak pemulung tempat Siti mengajar kedatangan guru-guru dari Homeschooling Kak Seto dan menawarkan anak-anak pemulung yang ingin melanjutkan sekolah. Bagi Siti, ini adalah berita yang menggembirakan. Tapi tidak demikian dengan warga lapak pemulung. 

Penolakan demi penolakan pun Siti terima. Entah ada berapa formulir sekolah Kak Seto yang disia-siakan. Dengan hati setengah hancur, Siti tetap mengedukasi anak-anak didiknya di Taman Maghrib Mengaji, betapa pendidikan itu penting bagi diri mereka sendiri dan juga keluarga.

Ada satu anak. Hanya satu anak yang mau menerima penawaran Homeschooling Kak Seto kala itu. Tak disangka, satu anak inilah yang akhirnya menjadi perpanjangan tangan Siti. Seorang anak yang senang bisa bersekolah kembali ini, bercerita kepada teman-temannya. Ia berhasil meng-influence semua anak di pemukiman pemulung tersebut dan pada akhirnya, semua anak mau melanjutkan pendidikan.

Satu hal yang Siti Salamah sadari. Mungkin sudah lumrah di pemukiman pemulung seseorang datang dan pergi, sehingga kehadirannya dianggap hanya sesaat belaka. Dari sana lah tekad yang lebih besar akhirnya muncul dan menjadikan Siti Salamah yang berhasil membawa Waste Solution Hub sebagai solusi bagi pemulung dan anak-anak putus sekolah. 

Siti Salamah mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk anak-anak pemulung. “Alhamdulillah, semua dimudahkan. Saya pernah mengajukan donasi baju bekas atau layak pakai untuk anak-anak, tetapi malah yang datang adalah baju-baju baru.” kenang Siti Salamah.

Menggagas Waste Solution Hub Bersama Ranitya Nurlita

Sebelum mendapatkan penghargaan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award tahun 2021, Siti Salamah telah banyak mengantongi prestasi. Salah satunya  pada ajang Young Innovator, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia pada tahun 2016. Siti Salamah mendapatkan gelar juara ketiga Ide Sosial Kreatif Terbaik.

Pada tahun 2018, Siti Salamah kembali mendapatkan penghargaan Youth Action Forum Bappenas United in Diversity. Di mana Siti menjadi perwakilan Tangerang Selatan, salah satu dari 60 pemuda dari seluruh Indonesia yang mengikuti kompetisi. Di ajang inilah Siti Salamah bertemu dengan Ranitya Nurlita, seorang aktivis lingkungan yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengannya.

Bagai bertemu dengan belahan jiwa, obrolan tentang lingkungan dan pemulung menjadi topik yang tak ada habisnya untuk dibahas oleh kedua wanita ini. Hingga tercetuslah ide untuk membuat Waste Solution Hub, sebagai media edukasi alur sampah dari hulu ke hilir, dengan mengangkat isu pemulung yang misinya adalah “Waste picker to the next level”. Ide ini bermula dari Ranitya Nurlita yang terinspirasi dengan tempat pengelolaan sampah yang sangat bagus di Amerika Serikat, tempat ia pernah berkunjung.

waste solution hub

Waste Solution Hub mulai dikonsepkan pada akhir tahun 2018. Kemudian ada kesempatan kompetisi dari Bappenas United in Diversity di Cina. Ide yang Siti Salamah usung bersama Ranitya Nurlita berhasil mendapatkan juara dan Waste Solution Hub pun resmi dibuka. 

Seiring waktu berjalan, saat ini Waste Solution Hub berfokus pada pengelolaan sampah, edukasi pengelolaan sampah dan beasiswa untuk anak-anak putus sekolah.

Ketika Covid-19 melanda tahun 2020 yang lalu, Waste Solution Hub membagikan 5.006 paket sembako kepada pemulung, pekerja non formal, pekerja harian lepas, buruh, yatim dan dhuafa di wilayah Jabodetabek dan Pendeglang, Banten. Donasi ini berkat bantuan dari para donatur yang merupakan perusahaan-perusahaan besar, seperti Bakrie Group dan Gojek.

Dalam menjalankan program pengelolaan sampah, Waste Solution Hub selalu melibatkan pemulung. Karena pemulung adalah orang-orang yang sudah sangat terbiasa dan terampil memilah sampah berdasarkan jenisnya. Maka Siti Salamah mengajak para pemulung untuk memberikan edukasi kepada relawan dan masyarakat melalui program Sedekah Sampah di masjid-masjid. 

Setelah Siti Salamah dinobatkan sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award tahun 2021, berbagai penawaran kerja sama pengelolaan sampah pun terus berdatangan. Waste Solution Hub juga sering mendapatkan kesempatan sebagai Waste Management Service Partner acara-acara besar seperti Halal Expo Indonesia. 

Mekanisme pengelolaan sampah event bermula saat event dimulai. Terdapat tempat sampah khusus untuk sampah organik dan anorganik. Ada tim dari Waste Hub yang standy by di dekat tempat sampah ini, untuk mengedukasi pengunjung yang hendak membuang sampah. Terkadang, anak-anak pemulung dilibatkan juga untuk kegiatan edukasi ini.

Dokumentasi : Siti Salamah

Sampah yang dikelola oleh Waste Solution Hub biasanya sampah anorganik, yang bisa mencapai 500 kilogram dalam 3 hari. Bayangkan sampah sebanyak ini jika harus berakhir di pembuangan sampah tanpa harus melalui proses daur ulang. Dengan pengelolaan sampah event ini mereka telah banyak membantu melestarikan lingkungan dan juga menambah pendapatan pemulung. 

Halal Expo Indonesia juga pernah mempercayakan pengelolaan sampah organik kepada Waste Solution Hub. Di mana sampah organik ini langsung dikelola menjadi pupuk dan pupuknya dibagikan kepada pengunjung di hari ketiga event.

Waste Solution Hub juga sampai hari ini dipercaya untuk mengelola sampah pariwisata di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, setelah memenangkan kompetisi yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf.

Waste Solution Hub Menghubungkan Pemulung dengan Relawan dan Dunia Luar

Apa yang ada di dalam pikiranmu ketika melihat sebuah lapak pemulung? Tempat yang kotor dipenuhi dengan orang-orang tidak ramah, mungkin? Aku sendiri awalnya takut. Tidak berani membayangkan bagaimana orang-orang di sana akan menatapku jika aku sampai masuk ke sana.

Dan hari itu pun tiba. Aku berjanji untuk berjumpa dengan Siti Salamah di salah satu lapak pemulung di dekat komplek Taman Asri, kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Aku sempat tersesat, tapi akhirnya bisa juga menemukan sebuah jalan berbatu yang berujung pada sebuah lapak milik Mama Anggun itu. Kedua wanita itu menyambutku dengan ramah dan senyum merekah. Membuatku canggung sesaat.

Tak lama kemudian Mama Anggun memperkenalkanku dengan keluarganya yang sama-sama tinggal dengannya di pemukiman itu. Mereka adalah para ibu yang sehari-hari bekerja sebagai asisten rumah tangga di komplek-komplek sekitar pada pagi hari dan memilah sampah di sore hari. Saat bertemu mereka, aura keceriaan langsung menguar di udara. Rasa canggungku pun mulai berkurang.

Mama Anggun mendirikan lapak pemulung di daerah Kreo, Larangan, sejak tiga tahun yang lalu, tepatnya ketika bencana Covid-19. Jauh sebelumnya, Mama anggun adalah pemulung yang mencari sampah kardus atau barang bekas lainnya. Kemudian pada tahun 2005 memutuskan untuk mendirikan lapak pemulung dan bekerja sama dengan pengepul. Setelah beberapa kali berpindah tempat, Mama Anggun akhirnya bisa membuka lapak di sebuah lahan seluas 1.200 meter persegi yang ia sewa dan memiliki surat izin resmi dari Kecamatan Larangan, Kota Tangerang. Tempat ini juga mendapatkan pasokan listrik secara resmi dari PLN pascabayar.

Sekilas aku mengedarkan pandanganku, “Mungkin sampah yang pernah kubuang, ada yang berakhir di sini,” kataku dalam hati. Menariknya, tempat ini sama sekali bukan tempat yang mengerikan. Semua yang ada di sini adalah sampah-sampah bernilai guna. Gunungan botol plastik, galon bekas, bubble wrap yang telah ditimbang, tertumpuk rapi di salah satu sudut lapak, menunggu pengepul datang menjemputnya. 

Beberapa pekerja pun masih menimbang botol plastik dan memanggulnya dengan penuh usaha. Tetapi di sela-sela itu, mereka masih tetap bersenda gurau dan tertawa menikmati hidup. Sesekali, para pemuda itu memintaku untuk memotretnya. Dengan senang hati aku melakukannya. 

Hari itu di lapak Mama Anggun sedang ada sosialisasi kegiatan warga lapak pemulung, yang dilakukan oleh Siti Salamah. Dalam waktu dekat, ibu-ibu ini akan dilatih untuk membuat bunga-bunga dari botol plastik. Setiap keping bunga yang berhasil dibuat, dihargai Rp300-Rp500. Aku lihat bunganya sangat cantik dan bisa dijadikan sebagai asesoris seperti kalung atau gelang. Pasti hasilnya keren sekali. Sayangnya aku tidak sempat mengambil foto bunganya.

Kegiatan yang pernah ada sebelumnya adalah memanfaatkan minyak jelantah untuk dijadikan sabun. Ada sekelompok mahasiswa yang menjadi relawan saat itu dan sabun yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan kebersihan di lapak Mama Anggun.

Aku senang bisa mengobrol dengan para ibu di sini. Tentang kegiatan mereka sehari-hari, yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dan suami mereka yang bekerja sebagai pengangkut sampah. Anak-anak di lapak Mama Anggun sangat diutamakan pendidikannya, sehingga 90 persen dari mereka bersekolah dengan baik, mulai dari tingkat PAUD sampai SMA. Selepas maghrib anak-anak mengaji di sebuah mushola kecil berkarpet merah, yang dipimpin oleh suami Mama Anggun.

Siti Salamah sendiri mulai mengenal Mama Anggun saat membagikan bantuan sembako dari Gojek. Sejak itu pula Mama Anggun merasakan dirinya dan juga warga di pemukimannya bisa terhubung dengan dunia luar. Bantuan sembako ketika Covid-19 adalah satu hal. Tetapi datangnya para relawan yang mau membantu adalah sesuatu yang lain dan baru bagi mereka.

Waste Solution Hub berusaha secara merata menyalurkan bantuan berupa makanan, pakaian ataupun tenaga relawan, kepada seluruh lapak pemulung yang jumlahnya ada lebih dari 1500 keluarga. Dengan adanya bantuan dari para relawan, Mama Anggun dan para pekerja di lapaknya merasakan kepedulian itu akhirnya datang untuk mereka. 

Banyak relawan mahasiswa yang memberikan edukasi tentang pendidikan dan kesehatan, sehingga warga lapak dapat merawat diri dan anak-anak dengan baik dan terhindar dari penyakit di tengah tempat tinggalnya yang berdekatan dengan tumpukan sampah atau barang bekas. Tak jarang pula mahasiswa yang datang untuk mengajar anak-anak mengaji dan baca tulis. Sedikit saja motivasi yang diberikan oleh relawan, menjadi sangat berarti akhir-akhir ini.

Seperti yang di awal kukatakan, terputusnya pendidikan anak-anak di pemukiman pemulung bukan hanya karena alasan ekonomi. Tetapi kompleks sekali. Ada yang memang benar-benar tidak ada biaya. Ada juga yang karena tidak ada motivasi baik dari orang tua mau maupun anaknya. Persoalan lain datang ketika orang tua yang menikah secara bawah tangan atau tidak tercatat di KUA, menjadikan anak tidak bisa memiliki akta kelahiran. Sementara untuk surat kelulusan atau ijazah, diperlukan akta lahir tersebut. Sehingga banyak yang menyerah, memutuskan untuk putus sekolah saja daripada harus mengurus dokumen resmi. 

Siti Salamah sempat mengajukan program nikah massal bagi pemulung agar pernikahan mereka diakui secara hukum dan anak-anak bisa mendapatkan hak akta lahir. Tetapi program ini masih terkendala birokrasi. Meski demikian, Siti tetap optimis dapat menyelesaikan program ini suatu hari nanti. Semua demi tak terputusnya pendidikan anak-anak pemulung.

Waste Solution Hub juga membekali para kepala keluarga di pemukiman pemulung tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Secara berkala diadakan pertemuan yang wajib dihadiri oleh para Ayah, sebagai pemegang kendali dalam keluarga. Bagaimana pendidikan anaknya saat ini? Mau ke mana mana depan anaknya akan diarahkan? Akankah sekolah menjadi prioritas utama? Alhamdulillah, sebagian besar kepala keluarga di pemukiman pemulung sudah peduli dengan pendidikan anak.

Harapan Siti Salamah Bersama Waste Solution Hub

Sungguh satu hari yang berkesan bisa berkunjung ke lapak Mama Anggun. Ini mengubah pandanganku tentang lapak pemulung. Ternyata semua orang di sini adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan mulia. Memilah sampah dan mengelompokkannya secara tepat, sehingga sampah-sampah ini bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang lebih berguna.

Siti Salamah berharap Waste Solution Hub dapat terus mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah. Masyarakat bisa belajar caranya dengan mengunjungi lapak pemulung, jangan takut untuk datang dan jangan takut untuk memulai.

Tips dari Mama Anggun jika ingin menyerahkan sampah ke lapaknya adalah dengan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya dan kumpulkan sampai jumlah yang cukup banyak agar bisa ditimbang dan menghasilkan uang.

Selain itu, Siti Salamah juga berharap akan ada lebih banyak lagi relawan yang dapat terjun untuk memberikan bantuan kepada pemulung baik secara tenaga maupun pikiran. Menurut data terbaru dari Waste Solution Hub, jumlah relawan saat ini mencapai lebih dari 3.000 orang yang terdiri dari mahasiswa, remaja masjid dan masyarakat umum. 

Saya sendiri berharap semoga Waste Solution Hub dapat menjadi contoh positif di tengah masyarakat Indonesia. Saat ini membuang sampah pada tempatnya saja tidaklah cukup. Memilah sampai dengan baik dan benar sudah saatnya dilakukan untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.

Terima kasih Bu Siti dan Mama Anggun, telah menerima kunjunganku.

Baca juga : Menemukan Semangat Siti Salamah di Dalam Diri Kita

Semua foto di dalam artikel ini merupakan dokumentasi milik pribadi, kecuali jika tertulis milik orang lain.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

November 10, 2023 at 3:13 am

Masalah sampah ini memang masalah panjang dan berdampak ke segala bidang ya, Mbak. Semoga kedepannya semakin banyak orang yang seperti Kak Siti. Makasih sharingnya, sangat menginspirasi.



November 10, 2023 at 12:20 pm

Orang-orang hebat yang sungguh menginspirasi, Bu Siti dan Mama Anggun. Terbayang Bu Siti dengan Waste Solution Hub yang ingin mengedukasi betapa pendidikan itu penting bagi anak pemulung dan juga keluarga hingga berkembang seperti sekarang. Semoga misi untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah bisa berjalan dan bisa jadi teladan berbagai pihak.



November 10, 2023 at 7:11 pm

Sosok Siti Salamah dan Mama Anggun benar benar Perempuan hebat. Pantas mereka mendapatkan penghargaan
Soal sampah memang masalah yg ga bisa kita hindari ya. Bagus ini gerakan dan idenya



November 11, 2023 at 11:16 am

Tentang sampah adalah tanggung jawab bersama ya , btw aku baru tau kalau ada yang putus sekolah karena kurang motivasi kirain selalu karena masalah ekonomi.
Masya Allah kak Siti Salamah, semoga makin banyak profil seperti beliau ya. Muda dan cerdas gini, itu sambil bawa anaknya ya mak. Masya Allah kerennya. Dan untuk mama Anggun juga sukses terus ya.



November 11, 2023 at 1:21 pm

Wah keren banget Mbak Siti. Emang ya kalau mengandalkan pemerintah saja agak lambat menyentuh ke pemulung, terutama anak2nya yang siapa tahu kehidupan mereka nantinya akan lebih baik lagi.
Setuju banget kudu makin banyak edukasi tentang memisahkan sampah supaya membantu pemulung juga ya. Entah kapan ya pengelolaan sampah di Indonesia bisa kek Korea gituu.



November 11, 2023 at 1:28 pm

Menumbuhkan konsistensi untuk milah sampah agak sulit ya, jujur sy pun baru milah botol plastik di rmh. Sampah plastik kecil sampai tercampur



November 11, 2023 at 4:51 pm

Bukan hanya kisahnya yang menginspirasi, tapi juga dokumentasinya.
Aku jadi membayangkan perjuangan Kak Siti Salamah dalam mewujudkan ide Waste Solution Hub.
Semoga niat baiknya untuk terus memajukan pendidikan dan juga edukasi pilah sampah dan mendapatkan penghasilan dari sampah ini terus mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak.



November 11, 2023 at 6:19 pm

Salut banget sama Ibu Siti Salamah ini. Penolakan demi penolakan tak menyurutkan niatnya untuk menjadikan wilayah kampung yg penuh sampah ini menjadi baik.

Dari edukasi pendidikan anak-anak, kesehatan dan lainnya. Mantaap, pantas banget nih banyak mendapatkan penghargaan.



November 11, 2023 at 6:45 pm

Masya Allah… keren banget ini kegiatan yang dilakukan dengan pemanfaatan sampah plastik untuk dibuat bunga ya mbak Efa. Aku tuh pernah juga lihat ibu-ibu di desa daerah Jawa Tengah membuat bunga dari sampah plastik yang mereka manfaatkan. Semoga dengan adanya program ini bisa terus memberikan harapan untuk mereka terus berdaya dan berkarya.



November 11, 2023 at 9:09 pm

Mbak Siti Salamah sungguh sangat menginspirasi tidak hanya warga sekitar yang terinfluence akan langkahnya, bahkan pembaca yang membaca perjuangan beliau, tentu bisa sangat terinspirasi
Semoga harapan yang belum terwujud seperti Nikah Massal, bisa segera ada titik terang dan dapat terealisasi
Semoga selalu bersinar Waste Solution Hub Solusi



November 12, 2023 at 8:10 pm

Adanya waste solution ini layanya juga bakal membantu banget di level keluarga yang baru mau mulai coba ngolah sampah secara mandiri. Semoga program ini bisa menyebar secara merata di berbagai daerah di Indonesia ya Mak



November 13, 2023 at 7:18 am

Masya Allah kereen memang mulai dari diri sendiri lanjut keluarga harus peduli dengan sampah…bukan hanya bruk drop ke tukang sampah saja yaa….

Sampah kyknya sdh menjadi masalah global yaa .



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *