Belajar Politik dari Orang yang Suka Komplain
Sudah sejak lahir jadi warga negara Indonesia, satu-satunya momen yang menghubungkan saya dengan politik adalah Pemilu. Meski saya adalah orang yang nggak tertarik dengan politik atau bisa dibilang nggak mau belajar politik (haha), tapi nggak pernah absen dong dalam memberikan suara untuk calon pemimpin bangsa. Suatu hari suami saya bilang, jangan sampai nggak mengerti politik sama sekali, lah. Setidaknya ada suatu perkembangan yang diikuti. Kalian setuju nggak, gengs?
Politik (Yunani: Politikos; Arab: سياسة, siyasah) (dari bahasa Yunani: politikos, yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara), adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Wikipedia
Dalam sudut pandang yang berbeda, politik bisa diartikan sebagai usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) dan segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Jadi, bisa dibilang politik itu sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan sehari-sehari. Selama kita masih mengacu pada kebijakan-kebijakan yang berlaku di sebuah negara, berarti kita akan selalu berdampingan dengan politik.
Perempuan dan politik pernah dibahas dalam sesi bincang-bincang Ani Berta dengan Wanda Hamidah, seorang public figure dan juga politisi, pada IG Live beberapa waktu yang lalu. Menurut Wanda, sebagai warga negera khususnya perempuan harus mengerti politik agar bisa memantau jalannya pemerintahan, meski nggak terlibat secara langsung. Sebaliknya, jika ingin benar-benar terjun ke dunia politik perempuan harus membekali diri terlebih dahulu. Jangan hanya terjun mewakili kaumnya dengan otak kosong. Yes, saya setuju!
Perempuan dan Politik
Mengapa perempuan harus memahami politik? Masih dari oborlan Ani Berta dengan Wanda Hamidah, bahwa masih banyak hak-hak perempuan dan anak yang belum terpenuhi sampai saat ini. Tentunya di situ ada hak kita juga. Wanda memberikan contoh Ijazah kelulusan sekolah selain nama anak, juga ada nama ayah. Tetapi nggak ada nama ibu. Itu contoh sederhananya saja, yang mana jika perempuan memang diakui sebagai orang tuanya maka selayaknya namanya juga tertulis di sana.
Wah, saya nggak kepikiran sampai sini, gengs!
Memang politik itu agak-agak rumit. Mungkin kita harus mencari cara agar bisa memahami politik dengan lebih mudah. Ada referensi tentang politik, nih, untuk buibu pecinta drama Korea. Nonton deh drama yang judulnya Into the Ring, tentang perempuan muda yang tiba-tiba hidupnya berubah karena kepentingan politik.
Fun Politic Into the Ring
Drama Into the Ring berkisah tentang seorang gadis bernama Koo Se Ra (diperankan oleh Nana) yang jungkir balik bekerja paruh waktu untuk mencukupi hidupnya. Meski keluarganya miskin (ya nggak miskin-miskin amat, sih, karena rumah orang tuanya masih tergolong besar) tetapi Se Ra memiliki kepribadian yang ceria. Selain itu dia juga paling terkenal di pusat layanan keluhan masyarakat, sebagai ratu ngengat. Yaitu julukan bagi si ratu komplain yang setiap hari selalu ada saja ketidakpuasannya terhadap fasilitas publik.
Koo Se Ra bukan hanya menyampaikan komplain yang berasal dari dirinya sendiri. Tetapi ia juga mengumpulkan komplain dari orang lain kemudian melaporkannya. Gadis yang kerap nongkrong di toko buku milik temannya ini memiliki buku khusus untuk mencatat semua keluhan-keluhan tersebut. Siapa sangka, dari buku tersebut Koo Se Ra malah berhasil masuk ke dunia politik dan terpilih sebagai walikota.
Karena usianya masih sangat muda dan ini pertama kali bagi Koo Se Ra, maka posisinya sering kali dimanfaatkan demi kepentingan orang lain. Menurut para seniornya, keuntungan bagi mereka ketika Se Ra menjabat adalah pasti gadis itu mudah dipengaruhi. Tapi nyatanya, Se Ra menemukan partner yang mengerti seluk beluk pemerintahan, bernama Seo Kong Myung (diperankan oleh Park Sung Hun).
Kong Myung adalah seorang PNS yang sering dikucilkan karena kepatuhannya terhadap peraturan. Dia memiliki kemampuan untuk membantu Se Ra dalam menjalani masa jabatannya. Tanpa Kong Myung, Se Ra bakal kehilangan arah dan semua akan kacau. Di tengah dunia politik yang saling menjatuhkan, Se Ra tetap dengan kepribadian cerianya.
Dengan pengalaman sebagai warga negara yang selalu meng-komplain segala hal setidaknya dalam 2 tahun terakhir, Se Ra memilik siasatnya sendiri dalam menjalani masa jabatannya. Di saat semua orang hanya memerintah bawahannya, Se Ra benar-benar terjun langsung ke masyarakat untuk mendengarkan aspirasi. Cara pendekatannya pun unik, bukan menunjukkan janji-janji manis melainkan dengan rasa kemanusiaan yang tulus.
Drama ini memberi pelajaran bahwa politik yang terdengar sulit dapat ditaklukkan. Dibutuhkan strategi-strategi khusus untuk nggak mudah jatuh saat dimanfaatkan oleh lawan, bagaimana memanfaatkan anggaran dana dengan bijak dan nggak terpengaruh dengan janji-janji semu. Dan semuanya sejalan dengan pengertian politik yang sudah saya sebutkan di awal blog ini.
Sejujurnya saya baru setengah jalan nonton drama ini, tapi sampai di sini menurut saya sudah memberikan insight menarik kepada orang yang awam terhadap politik, meski genrenya adalah komedi romantis. Karakter-karakter yang dibuat sedemikian rupa ada yang jujur dan polos banget, ada yang cerdik dan banyak yang curang-curangnya.
Ok, gengs. Tulisan bertema politik ini adalah challange dari Komunitasi ISB dalam program One Day One Post, yang mana saya sudah tertinggal jauuuuh dan sebentar lagi sudah mau memasuki tema-tema baru. Terima kasih ya sudah mau baca blog ini. See you next post.
Baca juga : Metode Belajar Sejarah untuk Anak