5 Permainan Masa Kecil Paling Seru
Hari ini ceritanya saya lagi galau. Gara-gara baru beliin magic sand atau pasir ajaib untuk Hammam tapi yang dibeliin cuek-cuek aja. Malah mojok di lemari buku. Alhamdulillah kalau larinya ke buku. Lha kalau ke gadget? Duh mami pusing. Dulu tuh saya kepingin banget anak saya nggak terpengaruh sama gadget. Tapi karena mami papi abang kakak semua pegang gadget kalau di rumah, akhirnya ter-influence lah anak ini. Sekarang lagi hobi banget nonton Upin Upin.
Baca : 5 Coolest Pixar Movie’s Credit Title
Duh, salah mami banget ini ya, Hammam. Meskipun papi yang lebih sering ngelus-elus henpon, rasanya ini tetap salah mami.
Tiba-tiba teringat masa kecil, yang aahh… sudah lama sekali moment itu berlalu. Meski demikian, masa-masa indah itu begitu lekat dalam ingatan saya. Dimana hanya ada satu kegiatan yang bisa saya lakukan. Bermain sama teman-teman. Dari main masak-masakan, berenang di kubangan air, sampai panjat-panjat pohon yang berakhir dengan gatal-gatal massal terkena ulat bulu. Atau sering juga memainkan permainan tradisional seperti petak umpet, tak jongkok, galah asin dan lain-lain.
Permainan masa kecil ada banyak macamnya. Bahkan di masing-masing daerah berbeda pula namanya. Berikut ini adalah 5 permainan masa kecil paling seru yang sering saya mainkan bareng sepupu dan teman-teman.
-
Galah Asin (kami dulu menyebutnya Galasin) atau Gobak Sodor
Permainan ini terdiri dari dua tim masing-masing 3-5 orang. Dimana satu tim menghadang di garis-garis tertentu dan tim lainnya berusaha keluar dari kungkungan tim pertama. Ini seru banget, kita harus berstrategi agar seluruh tim bisa keluar dengan selamat. Permainan ini melatih kerjasama dan ketangkasan. Percayalah, selain seru juga membakar banyak kalori. Seandainya sekarang masih bisa dimainkan ya…
-
Tak benteng
Masing-masing personil memegang bentengnya sendiri dan satu orang berjaga. Disaat ada dua orang atau lebih bertukar benteng, yang berjaga harus sigap merebut salah satu benteng yang mungkin dicapainya. Benteng biasanya berupa tiang penyangga rumah, tiang bendera, tiang net, tiang lampu dan tiang-tiang lainnya. Permainan ini melatih kecepatan dan ketangkasan.
-
Anggoy
Mirip dengan petak umpet. Kalau petak umpet bersembunyi keseringan sendiri-sendiri, nah, Anggoy ini sembunyinya bergerombol satu grup. Setelah menemukan tempat persembunyian yang tepat, salah satu orang akan berteriak “Anggoooooyyy…” pertanda pencarian sudah harus dimulai. Dulu kami bermain di kebun-kebun. Jarak antara yang berjaga dengan yang bersembunyi cukup jauh, jadi teriakannya harus kencang agar bisa terdengar. Biasanya, saya yang ditugaskan untuk teriak Anggoy (uh, bangganya). Permainan ini melatih kerjasama dan keberanian. Yes, keberanian. Tak jarang kami memainkannya di malam hari. Hiiiiiiyy….
-
Dampu
Permainan dengan batu koral. Cara memainkannya yaitu batu koral diletakkan di atas kaki, pemain berjalan dingkring (berjalan dengan satu kaki) membawa batu tersebut sampai jarak tertentu tempat dimana ada batu koral lain yang ditumpuk-tumpuk. Pemain mengayunkan kakinya dan melempar koral sampai mengenai tumpukan koral. Permainan ini melatih keseimbangan.
-
Lompat Tali
Yap! Bagi anak perempuan, siapa yang tak pernah mengalami permainan ini. Masih jam belajar di sekolah saja rasanya pingin cepat-cepat pulang karena sudah janjian sama teman rumah, mau main karet atau lompat tali. Permainan ini dimainkan oleh tiga orang atau lebih. Aslinya memakai karet yang disambung-sambung menjadi seperti tali. Dua orang berjaga memegang masing-masing ujung tali. Satu orang atau yang lainnya melompat. Masih ingat nggak, istilah gogo, sasa terus apa lagi ya? Meskipun lelah, anak-anak cewek nggak akan kapok main lompat tali. Selain menjadi bugar, badanpun menjadi lentur.
Selain jenis permainan diatas–paling populer ketika saya kecil, permainan lain yang menjadi favorit saya adalah permainan khas anak perempuan. Main rumah-rumahan. Saya bersama teman-teman bekerjasama membangun sebuah gubuk kecil di bawah pohon. Gubuk yang mirip tenda pramuka itu terbuat dari batang pohon singkong yang ditancapkan ke tanah dan diberi dinding dari koran, karung atau plastik besar.
Satu orang berperan sebagai Ibu, satu orang lagi sebagai Bapak, sisanya menjadi anak-anak. Di samping tenda ada batu-batu bata yang ditumpuk menyerupai tungku, ceritanya dapur. Sang Ibu memasak disana. Sebelumnya harus ada yang ke pasar terlebih dahulu, berbelanja!! Dengan membawa sepeda si Kakak berkeliling kebun dan memetik dedaunan atau rerumputan untuk diserahkan kepada Ibu. Selagi Ibu memasak, sang Bapak sedang tergesa-gesa akan pergi ke kantor. Sementara itu, si adik sedang bersimpuh di dalam tenda, memainkan bonekanya. Keluarga yang bahagia.
Kegiatan ini sering kami lakukan jika besoknya sekolah libur. Tak jarang kami janjian selepas isya untuk membuat api anggun. Pernah suatu malam, ‘rumah kami’ kebakaran. Gara-gara membawa lilin ke dalam tenda yang terbuat dari plastik. Lalu ramai-ramai kami bekerjasama memadamkan api. Dasar ya anak-anak. Tapi seingat saya itu kali terakhir kami bersama main rumah-rumahan.
Baca : Main Rumah-rumahan Bersama Anak
Masih banyak lagi permainan masa kecil lainnya yang sekarang sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak yang hidup di kota atau pinggir kota. Salah satu faktornya sih lingkungan ya. Nggak ada tempat. Semua lahan sudah dijadikan bangunan, rumah padat penduduk. Mau main bola saja anak-anak sampai harus main di jalan. Hiks.
Ada perasaan kangen dengan permainan masa kecil. Mau main gobak sodor tempatnya sudah tidak ada. Apalagi main anggoy, ya ampun siapa pula yang mau ikutan main jaman gini. Disaat semua orang sibuk dengan gadget masing-masing. Padahal permainan tradisional ini sangat baik untuk anak-anak, membantu mereka bersosialisasi dan berkoordinasi.
Kalau di Jakarta ada RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) sebagai ruang terbuka dengan fasilitas berbagai permaian anak seperti ayunan, jungkat jungkit, perosotan (yang ini apa ya nama yang benarnya?). Tersedia juga perpustakaan, mini market, ruang laktasi dan lain-lain. Nah kalau di daerah saya yang begini belum ada. Jadinya kalau mau main yang agak-agak alam bebas paling perginya ke taman komplek.
Untuk menyiasati agar anak tidak terlalu lama dengan gadget, biasanya ini yang saya lakukan bersama Hammam :
Kegiatan bersama si kecil
- Baca Buku
So far Hammam akan anteng sendirian ketika ia ditemani buku-buku. Meski tidak dibaca, hanya diambak-ambak dan dilihat beberapa. Atau kadang dia mencari buku yang dia ingin saya bacakan untuknya.
- Main di luar
Ini kegiatan rutin tiap pagi dan sore. Main sepeda, main bola atau hanya muter lari-larian
- Jalan-jalan sore naik motor
Berhubung sekarang anaknya sudah pintar request, tiap hari mesti ada jalan-jalan naik motor. Nggak jauh sih, paling seputaran kampung aja.
- Ke taman bermain
Aktifitas ini masih agak jarang, tapi tiap dibawa ke taman komplek dia pasti senangnya bukan main. Saya suka kalau dia main perosotan, disitu kan banyak anak-anak lain. Jadi bisa sosialisasi dan belajar antri.
- Ajak belanja
Karena mami-papi Hammam adalah pedagang sprei, tiap hari dia pasti ikut ke pasar untuk belanja bahan. Ini sangat lumayan, selagi Hammam dan papi pergi belanja, saya bisa lekas menyelesaikan cucian.
Hammam sih bukan tipe anak yang anteng banget berlama-lama main gadget. “Gadget” baginya hanyalah sebuah benda yang bisa memunculkan video dan sewaktu-waktu bisa dibanting. Naah, ngeri banget kan!! Soalnya sudah 2 henpon yang layarnya hancur sama dia :(
Semoga saya sebagai orangtuanya mampu menyalurkan waktu senggangnya kepada kegiatan yang lebih positif. Dan pe-er banget sih ya bagaimana di jaman kini kita nggak pegang gadget :P. Saya pingin banget memperkenalkan permaian tradisional kepada Hammam dan teman-teman sebayanya.
Mommies, bagaimana pengalamannya menghadapi era digital biar anak nggak ketagihan main gadget dan lebih memilih main di luar?
Comments
Aku dulu paling suka lompat tali. Kalau di daerahku namanya pentilan. aku sering menang. Kangen masa2 itu. Sayangnya sekarang ruang terbuka tak seluas dulu. Permainan anak2 jadi terbatas.
Anak-anakku masih menyukai aktivitas di luar ruangan seperti main sepak bola, badinton, bersepeda. Untungnya, jalan depan rumah sepi dan ada tanah kosong yang bisa dimanfaatkan anak-anak sekitar.
Jaman sekarang kita ketemu tanah kosong aja udah bahagia ya bisa buat main-main. Hehe.
Iye juga ye mpok.. anak-anak jadi suseh maen soalnye sekarang banyak bet rumah cluster-cluser isinye 4 biji doang. Moga moga aje ye mpok anak-anak zaman sekarang bisa jauh dari gadget.
Iye bang romi…
permainan masa kecil dahulu konon kabarnya lebih indah. lbh mampu menanamkan interaksi sosial ke sesama
Betul. Tapi sekarang terkendala sama tempat bermainnya :(
Teman juga pengaruh mbak. Kalau semua pegang gawai, trus dia main sama siapa. Kalau semua ortu sepakat, kan enak kalau semua main apapun tanpa gawai.