fbpx
pelaku bullying di sekolah
Family & Parenting

Ketika Anak Menjadi Pelaku Bullying di Sekolah, Bagaimana Menyikapinya?

Aduh, judulnya kok seram? Saya tuh takut banget nonton atau baca berita soal bullying. Apalagi cerita “korban dan pelaku bullying di sekolah” yang ada di film, serasa nonton horror jadinya. Nggak kebayang kalau kejadian sama anak atau orang terdekat saya. Naudzubillah min dzalik.

Bullying  atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan seseorang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain. Untuk membedakan perundungan dengan bercanda, bisa dilihat dari dua hal. Pertama, kekuasaan atau kekuatan yang tidak seimbang. Kedua, aksi yang dilakukan secara berulang-ulang.

Sampai di sini, jika ada pelaku bullying yang berdalih “Hanya bercanda, gitu aja baper!” bisa dilihat lagi bagaimana aksinya dilakukan? Apakah baru sekali ini? Apakah nggak menggunakan kekuatan fisik dalam bercanda tersebut sehingga dapat menyakiti korban?

pelaku bullying di sekolah

Well, sebenarnya saya menulis ini karena beberapa waktu yang lalu anak saya (kelas 2 SD) melaporkan kejadian di sekolah. Katanya dia di-sliding oleh 2 orang temannya sampai terjatuh. Saya tahu dia sedih banget saat itu. Jadi saya peluk dia, saya tanyakan apakah ada yang sakit? Sambil menimbang-nimbang, apa yang harus saya lakukan?

Setelah anak agak tenang, saya pelan-pelan bertanya kronologinya. Siapa yang memulai? Karena bisa saja kan kejadian tersebut dipicu oleh anak saya duluan, misalnya. Tapi dia bilang “Nggak tahu, Mih, tiba-tiba Hammam di-sliding sampai jatuh sama Si A dan B.” Oke kalau gitu, saya percaya padanya.

Akhirnya saya melaporkan kejadian ini kepada wali kelasnya, yang ternyata beliau sudah tahu masalah ini. Kata wali kelas, saat itu juga kedua anak yang melakukan sliding kepada anak saya sudah dipanggil dan meminta maaf (anak saya nggak cerita sampai sini tadinya, tapi saya sudah konfirmasi ke anak dan dia membenarkan). Alhamdulillah saat itu langsung ketahuan sama guru, jadi tindak lanjutnya bisa cepat.

Sekarang kedua temannya itu sudah nggak melakukannya lagi terhadap anak saya, tetapi salah satunya masih melakukan hal tersebut kepada anak lain. Kalau keterusan kan jadi kasihan, ya, anak-anak. Saya sih berharap anak lain yang ‘diisengin’ ini lapor juga ke orang tuanya dan melakukan hal yang sama seperti saya, yaitu lapor ke guru terlebih dahulu. Kalau sudah ada lebih dari satu kali laporan, semoga ini menjadi warning.

Belajar dari Keluarga Pelaku Bullying di Sekolah, dalam Diary of Prosecutor

Kemudian saya teringat dengan drama Korea yang tayang tahun 2019 berjudul “Diary of Prosecutor”, yang salah satu episodenya bercerita tentang pelaku bullying di sekolah. Ini menarik, deh. Sesuai judulnya, drama ini mengisahkan keseharian pada Jaksa di wilayah yang jauuuh sekali dari ibukota. Tepatnya di Kejaksaan Jangwon, cabang Jinyeong. Pemeran utamanya adalah Lee Sun Kyun sebagai Lee Sun Woong, seorang Jaksa yang sudah bekerja selama 10 tahun.

Biasanya template cerita di dalam drama seperti ini : pelaku bullying di sekolah berasal dari berasal dari keluarga kaya, orang terkenal dan berpengaruh. Pokoknya yang punya kekuasaan lah, ya, yang menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Sementara korbannya, berasal dari kalangan bawah. Orang kurang mampu, nggak gaul, nggak punya power sama sekali. Kemudian bisa ditebak cerita selanjutnya, korban akan selalu menderita dan pelaku nggak mendapatkan hukuman apa-apa.

Dalam episode ke-7 Diary of Prosecutor, anak Lee Sun Woong yang bernama  Lee Jae Hun (diperankan oleh Choi Hyung-Joo) terlibat kasus kekerasan di sekolahnya. Saat pertama tahu hal ini Sun Woong tentu sedih dan terluka, membayangkan anak yang disayanginya menjadi korban perundungan.

Tapi setelah mengetahui cerita detailnya, Sun Woong (dan penonton) pun dibuat shock. Karena Jae Hoon (kelas 5 SD) bukanlah korban, melainkan pelaku bullying di sekolah. Kasus ini sudah sampai pada tahap pelaporan kepada pihak kepolisian, meski pelakunya masih anak-anak.

Padahal anaknya sweet banget, sopan kalau sama orang yang lebih tua. Dan meskipun berasal dari keluarga kaya, kehidupan Sun Woong cukup sederhana dan biasa-biasa saja. Karirnya  Sun Woong pun baru jadi Jaksa, bukan kepala jaksa atau pangkat yang lebih tinggi sehingga belum punya pengaruh yang besar banget. Tapi namanya Jaksa, tetaplah ya punya yang namanya “koneksi”.

Episode 7 ini ceritanya memang khusus tentang kasus bullying di sekolah. Selain yang dilakukan oleh Jae Hoon, juga ada kasus di sekolah lain yang melibatkan beberapa siswa sebagai pelakunya.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh Keluarga Lee Sung Woong, sehubungan dengan kasus kekerasan di sekolah anaknya, di tengah godaan sana-sini untuk memanfaatkan koneksi.

Menerima Kenyataan

Setelah mendapatkan cerita versi detail dari istrinya, Sun Woong yang masih shock karena perbuatan anaknya, nggak langsung marah meskipun hatinya sudah sangat kesal. Ia menunggu besok pagi, sampai ada waktu yang tepat untuk berbicara berdua dengan Jae Hun.

Sun Woong juga melakukan introspeksi diri dan merasa dirinya memiliki andil dalam kejadian ini. Karena pernah membiarkan anaknya memainkan game dan menonton acara yang mengandung kekerasan fisik. Ia pun menyadari kalau selama ini Jae Hoon terlihat kurang memiliki rasa empati, nggak peduli dengan perasaan orang lain.

Meminta Maaf kepada Korban

Ibu Jae Hoon tentu saja langsung meminta maaf kepada ibu korban. Awalnya meminta maaf melalui telepon. Kemudian, Sun Woong meminta maaf secara langsung kepada ayah korban. Sayangnya, mereka nggak mau memaafkan. Hmmm, kira-kira seberat apa, ya, perundungan yang dilakukan oleh Jaeh Hoon, sampai korban menutup diri dari kemungkinan berdamai?

Sebagai orang tua dari pelaku, Sun Woong meminta keringanan dari orang tua korban dengan alasan “mereka masih anak-anak”. Tapi orang tua korban tetap nggak mentolelir.

pelaku bullying di sekolah

Mencari Tahu Prosedur dan Sistem Komite Perundungan di Sekolah

Orang tua Jae Hoon akhirnya dipanggil ke sekolah. Sebelumnya Sun Woong telah mencari tahu terlebih dulu, seperti apa prosedur yang sistem komite perundungan yang biasanya dilakukan di sekolah-sekolah. Menurut temannya, nanti akan ada putusan. Pelaku hanya tinggal mengikutinya saja.

Tapi, yang terjadi sungguh di luar ekspektasi. Keluarga korban datang bersama pengacara. Sementara dari pihak Jae Hoon hanya ibunya saja yang bisa hadir karena ayahnya harus bekerja. Permintaan maaf pun menjadi sia-sia, karena Jae Hoon telah teramat menyakiti korban baik secara fisik maupun psikis. Saya sampai sedih mendengar pengakuan korban yang ditulis pada buku diary-nya. Ya ampun, padahal baru kelas 5 SD. Tapi sudah sebegitu dalam ia terluka.

Dan alasan pada poin sebelumnya bahwa “mereka masih anak-anak” memang nggak bisa dibenarkan.

Menerima Putusan Sekolah

Mau nggak mau, putusan sekolah harus diikuti. Jae Hoon yang telah dilaporkan ke pihak kepolisian, harus datang ke kantor polisi untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Sebenarnya Sun Woong sangat menyayangkan hal ini, karena anaknya masih di bawah umur. Ia pun sempat memikirkan opsi untuk menggunakan koneksinya, tapi urung.

Sun Woong tetap menerima keputusan tersebut hingga mendampingin Jae Hoon ke kantor polisi. Sikap Sun Woong seolah menunjukkan “Ini mungkin berat, tapi tetap harus dijalani agar ada pelajaran yang bisa diambil dari semua kejadian ini.”

Tidak Memanfaatkan Kekuasaan

Sebenarnya atasan dan senior Sun Woong di kantor sangat peduli padanya dan menawarkan untuk menggunakan koneksi agar masalah ini bisa selesai tanpa harus menempuh jalur hukum yang teramat panjang. Awalnya Sun Woong bersedia menerima bantuan ini. Tapi, ia menyadari sesuatu setelah ayahnya menelpon dan minta bantuan.

Ayah Sun Woong meminta tolong agar temannya yang melanggar hukum dan kasusnya dilimpahkan ke Kejaksaan Jangwon, dibebaskan. Sun Woong sangat marah karena permintaan ayahnya tersebut. Tapi sedetik kemudian dia tersadar, bahwa dirinya pun bisa saja melakukan hal yang sama. Akhirnya Sun Woong benar-benar menyelesaikan masalah anaknya tanpa memanfaatkan kekuasaan sama sekali, melainkan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Tetap Komunikasi dengan Anak dan Perbaiki Hubungan

Ibarat nasi sudah menjadi bubur, kejadian ini sudah terlanjur. Yang bisa dilakukan adalah tetap berusaha yang terbaik dan memperbaiki hubungan dengan anak. 

Jae Hoon akhirnya dikeluarkan dan pindah sekolah. Dialog pada scene terakhir saat anak dan ayah ini pergi ke pantai berdua, menunjukkan bahwa hubungan mereka tetap hangat, Jae Hoon telah belajar dari kesalahannya dan Sun Woong merasa telah melakukan hal yang seharusnya dilakukan.

Scene terakhir episode 7 Diary of Prosecutor

Secara keseluruhan drama Diary of Prosecutor memiliki banyak pesan moral di setiap episodenya. Tapi khusus episode 7 tentang anak yang menjadi pelaku bullying di sekolah, ini brilian. Dari awal saya sudah salut sama Sun Woong yang mau menerima bahwa anaknya bersalah, yang mana jarang sekali bisa dilakukan oleh orang tua lainnya. 

Episode ini seperti di tujukan kepada para orang tua, agar bisa menyikapi hal semacam ini dengan bijak. Karena sering, ya, kita temui orang tua pelaku kekerasan yang seolah nggak terima dan merasa itu hanya masalah kecil yang dibesar-besarkan. Buibu juga bisa melihat sendiri di lingkungan sekitarnya deh ya, sudah tahu salah tapi malah dia yang marah-marah. Ditambah pembelaan “namanya juga anak-anak”. Wow, sungguh klise.

Pesan saya untuk Buibu semua, jika anaknya pernah mengalami kejadian kurang menyenangkan di sekolah, sebaiknya langsung laporkan kepada guru atau wali kelas anak. Karena bisa jadi, pelaku (yang juga masih anak-anak itu) nggak mengerti atau nggak tahu kalau perbuatannya itu nggak benar. Dengan Buibu melapor, artinya anak tersebut memiliki kesempatan untuk mengetahui kesalahannya. Kalau nggak ada yang lapor (kadang pada malas ribut gitu lah ya), malah berakibat buruk dalam jangka panjang. Bisa-bisa mata rantai bullying nggak pernah terputus. 

Baca juga : Mindful Parenting

Dan, bagi Buibu yang kebetulan adalah orang tua dari pelaku yang dilaporkan, mohon berbesar hati untuk menerimanya dan bersedia memperbaiki keadaan. Ini pasti berat dan sulit diterima dengan lapang dada. Tapi kita semua pasti ingin memberikan kesempatan kepada semua anak untuk dapat belajar dengan aman dan nyaman di sekolah.

Jangan buru-buru menilai bahwa Buibu gagal jadi orang tua. Nggak, Bu. Sama sekali nggak. Karena orang tua yang sempurna itu memang nggak ada. Yang ada adalah orang tua yang terus belajar dan melakukan yang terbaik. Saya menemukan e-book tentang perundungan dari Kemdikbudristek, Buibu bisa menjadikannya sebagai media untuk membantu anak-anak yang terlibat bullying di sekolah, baik sebagai korban maupun pelaku. Silakan klik e-book Stop Perundungan ini.

Semoga cerita keluarga Sun Woong di atas bisa menjadi pelajaran buat kita semua, ya. Tetap dekat dengan anak-anak, sesibuk apa pun kita. Jika anak melakukan kesalahan, kembalikan mereka pada jalan yang benar dan jangan berhentinya mencintainya.

Selamat menikmati liburan akhir tahun, ya, Buibu.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

December 26, 2022 at 1:12 pm

Bagus ya perannya Sun Woong ini sebagai orang tua dari pelaku perundungan. Meskipun ada godaan dalam hati untuk memanfaatkan jabatan dan koneksi, tapi tidak dia lakukan. Dia memilih mengikuti prosedur dan juga mendampingi anaknya yang harus menerima konsekuensi dari perbuatannya



December 27, 2022 at 2:35 pm

Perundungan masih terjadi di manapun terutama di sekolah. Entah sampai kapan ya kok sepertinya sulit ditanggulangi, ada lagi dan lagi hhmmm :( Orang tua mana yang mudah memaafkan si pelaku bullying? Mesti berjiwa besar pastinya. Paling bingung lagi ketika ternyata anak kita sendiri sebagai pelakunya ih amit2. Padahal anak manis di rumah dengan segala tingkah laku ramah dan sopan.



December 27, 2022 at 7:09 pm

wah aku jadi penasaran sama drakornya mbak ini dulu tayang di mana ya? soalnya aku kayaknya baru dengar nih ini dramanya



December 27, 2022 at 9:41 pm

Perundungan ini bisa jadi lingkaran setan kalau ngga ada yg melaporkan. Anakku juga pernah jadi korban, entah karena temennya iseng, bercanda, atau emang niat ngebully. Ya aku tanyain lah anakku terus bilang wali kelas. Dan emang anak tersebut hobbynya iseng gituuuu. Tapi tetep aja anakku tak suruh bilang kalo ada apa-apa, jangan sampe sembunyiin dan nahan karena takut.



December 27, 2022 at 9:47 pm

Anakku yang besar juga kena bullying kemarin, langsung japri ustadnya. Lumayan membekas juga, sampai anaknya di rumah marah-marah terus. Dan bullying nggak cuma sekali tapi berkali-kali. Sedih sih pas diceritain. Akhirnya setelah ustad dan ustadzahnya turun tangan, alhamdulillah mendingan, walaupun masih kadang sedikit, tapi dia selalu lapor ustad jadinya ditangani terus.



December 28, 2022 at 4:19 am

iya betul, terkadang orangtua memang suka sedih dan gak mau menerima keadaan misalnya anaknya yang jadi pelaku. Soalnya mereka nantinya memang akan menyesali diri sendiri, merasa gagal jadi orangtua, huhuhu.

Anakku juga pernah diledek2 dan dia gak suka (jatuhnya jadi verbal bullying soalnya), akhirnya setelah lapor ke sekolah, sekolah gercep banget ambil tindakan sampai2 bikin pelajaran penguatan lagi untuk semua anak2 agar tidak melakukan hal2 yang menjurus kepada bullying, Alhamdulillah. Sekarang anakku malah jadi bestie sama yang dulu pernah dia ceritain sering ngeledek itu, ahaha.



December 28, 2022 at 6:24 am

Beraaat kalau tahu anak ternyata pelaku bullying
tapi salut dengan Sun Woong, walau dia punya power sebagai jaksa, enggak mentang-mentang potong jalur. Ini bakal jadi pelajaran berharga untuk keluarga mereka. Anaknya pun jadi menyadari kesalahan.
btw, diceritakan ga sih bullyingnya seperti apa? atau hanya lewat tulisan si korban?



    December 28, 2022 at 10:43 pm

    Sekilas diceritakan bullyingnya, Mbak. Tapi nggak terlalu jelas gitu, ya. Karena pemerannya masih anak-anak juga mungkin. Lewat buku diary korban ceritanya lebih lengkap, tapi aku tak sampai hati untuk menuliskannya di Blog. Huhu.



December 28, 2022 at 8:57 am

Halo mba. Aku sepakat kalau memang ada kasus bullying dan dialami anak kita (jangan sampe) ya sebaiknya konsultasikan ke guru atau guru BK. Memang anak soalnya tak tahu apa yang dia lakukan



December 28, 2022 at 12:44 pm

“Ini mungkin berat, tapi tetap harus dijalani agar ada pelajaran yang bisa diambil dari semua kejadian ini.” Ini keren banget sikap Sun Wong. Bener2 mengajarkan hal baik pada anaknya dlm menerima konsekuensi. Padahal dia punya peluang untuk mencari “jalan lain”.

Sementara, di negeri ini, budaya “minta tolong pd orang yg punya kuasa” itu kayak lumrah ya…Bikin SIM atau ketilang deh, kalau bisa shortcut krn punya temen di kepolisian, kenapa tidak? Eh kok jadi melenceng dr soal bully ya…

Kalau ada soal bully dan melibatkan keluarga yg punya kuasa (entah itu kuasa jabatan atau uang), kayaknya masyarakat kita uda pesimis dulu deh. Mudah2an kita, selaku orangtua bisa meneladani sikap Sun Wong jika menghadapi masalah serupa.



December 28, 2022 at 1:04 pm

Setuju denganmu mbak. Bila terjadi bullying, maka kedua pihak orang tua dari anak harus sama berani. Pihak pertama berani melapor untuk memberi kesempatan agar si anak mengetahui kesalahannya, dan sangat baik bila minta maaf dan berjanji untuk ga mengulangi. Pihak kedua berani untuk menerima keadaan, berbesar jiwa, dan bertanggung jawab bila korban bully anaknya sampai mengalami celaka berakibat luka. Ga hanya luka fisik, tapi juga luka hati.



December 28, 2022 at 3:36 pm

Akuu gemess dg pelaku bully di sekolah mak…aku korban bully waktu SD suka di jambak rambutku, ditendang ma anak cowok bikin trauma emosi pengen belajae beladiri biar bisa membela diri.

Kalau inget itu sebel banget…anak2 sdh aku wanti2 tentang bully ini.



December 28, 2022 at 3:44 pm

Aku belum jadi jadi nonton drama Diary of Prosecutor. ternyata bagus juga ya.
Alhamdulillah ternyata pelaku bullying Hammam diketahui oleh wali kelasnya ya mbak. Jangan ada lagi kejadian serupa di sekolah anak-anak. Dan aku juga nggak suka kalo ada komentar cuma becanda saat ada korban bullying speak up di media sosial. Karena anakku pernah ngalami di sekolah SD nya dulu, alhamdulillah nggak trauma karena kami juga lapor ke kepala sekolahnya. Pelaku bullying guru wali kelasnya sendiri, jadi kami lapor ke pimpinnannya, eh malah curhat



December 28, 2022 at 3:53 pm

Dan aku nonton juga Diary of Prosecutor. Pas episode ini aku agak ngakak, hahaha. Malah anaknya yang merundung, padahal udah sedih. Meski Bapaknya Jaksa, gak manfaatin hal itu dan ngikutin prosedur. Well semoga gak terjadi sama anak kita ya



December 28, 2022 at 3:55 pm

Wahh aku belum nonton drama Korea Diary of Prosecutor, ternyata bagus juga ya.

Alhamdulillah pelaku bullying di sekolah Hammm diketahui walas nya ya, dan udah diselesaikan.



December 28, 2022 at 4:38 pm

ya allah aku banyak berdoa semoga anakku bukan pelaku bullying ataupun yang dibully ya, gak kebayang akutuh, pasti sedih banget akunya, dan artikel ini membantu aku juga sebagai orangtua



December 28, 2022 at 6:06 pm

Film yang wajib ditonton para orangtua termasuk saya. Zamannya memang sudah beda ya mom. Zaman kita dulu pelaku / korban bulling sedikit bahkan kalaupun ada tidak seekstreem sekarang. Banyak pelajaran nih yang didapat



December 28, 2022 at 6:43 pm

Alhamdulillah Eva diangkat ke permukaan cerita Diary of Prosecutor ini. Terimakasih banyak ya sudah mau berbagi



December 28, 2022 at 7:01 pm

paling takut aku sama bully walau pun aku tahu gimana harus berbuat
tapi gak kebayang kalo anakku yang jadi korban



December 28, 2022 at 8:09 pm

Wah iya aku nonton yang episode ituu. Padahal anaknya gak kurang2 kasih sayang yaa. Tapi ortunya keren mendidiknya anaknya malah dibawa ke kantor polisi hehe.
Emang deg2an kalau anak kena bully tapi lbh berat lg kalau jd pelaku. Ortu kudu nanggepin dengan bijak mendengarkan dari semua sisi supaya ada keadilan ya. Kalau anak salah ya katakan salah supaya si anak belajar jg.



December 28, 2022 at 8:26 pm

Bener,hampir semua orang tua pasti ada cerita anaknya,apalagi di sekolah dasar,yang bekal makanan di tuangin air ma tmn2nya,di bercandain rame2 ma tmn2nya walaupun katanya emg bercanda,tp kalo kelewat batas ya ga bener bullying jadinya ya mba. Semangat para parentss :)



December 28, 2022 at 9:35 pm

Ah iya perundungan di sekolah ini jadi salah satu tantangan pengasuhan saat ini ya mbak
Btw aku juga nonton lho drama Diary of prosecutor ini



December 28, 2022 at 9:57 pm

Bisa-bisanya aku kelewatan sama drakor seru Diary of Prosecutor ini. Suka nih kalau tiap episode-nya beda cerita / kasus. Bullying ini fatal banget di Korea apalagi kalau si pelaku udah dewasa + dia jadi public figure kalau ketahuan sama netizen sana dan terbukti beneran dahlah karirnya tamat sampai di situ aja.



December 28, 2022 at 9:58 pm

Bisa-bisanya aku kelewatan sama drakor seru Diary of Prosecutor ini. Suka nih kalau tiap episode-nya beda cerita / kasus. Bullying ini fatal banget di Korea apalagi kalau si pelaku udah dewasa terus dia jadi public figure kalau ketahuan sama netizen sana dan terbukti beneran dahlah karirnya tamat sampai di situ aja.



December 28, 2022 at 10:12 pm

Terima kasih informasinya ya Mbak menjadi pelajaran banget apalagi aku pernah mendengarkan kejadian ini di sekolah anakku



December 28, 2022 at 10:20 pm

Kadang oang lain menganggapnya bercanda padahal itu perbuatan bullying, harus ada yang berani bert9ndak & melaporkan sih memang biar gak terulang lagi. Kadang suka seram juga sih kalau lihat film bertema bylly juga, tapi justru dari film juga kita bisa belajar ya seperti pada dulm Diary of Prosecutor. Baca sinopsisnya menarik banget & ada unsur-unsur pembelajaran yang bisa diterapkan



January 2, 2023 at 5:34 pm

Wah ternyata dibahas juga ya tipis tipis di drakor. Akupun jadi lebih terbuka wawasannya soal bullying ini. Soalnya ga selama anak kita di bully, ngerinya jadi yang membully yaa



Leave a Reply to Helena Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *