fbpx
merelakan baju bayi
Family & Parenting

Merelakan Baju Bayi yang Sudah Tak Terpakai

Siapa yang sampai sekarang masih menyimpan baju-baju bayi milik anaknya? Merasa bajunya akan terpakai lagi untuk adiknya kelak. Atau terlalu sayang kalau mau dikasih ke orang lain karena terlalu penuh dengan kenangan manis, makanya belum bisa merelakan baju bayi. Ahey! Iya, iya. Itu saya, kok. LOL. Padahal, ya, adiknya Hammam saja belum tahu kapan akan datang. Ngapain bajunya disimpan sampai 6 tahun?

Sebenarnya yang bikin saya merasa sayaaang banget sama baju-bajunya Hammam bayi adalah karena bajunya lucu-lucu, buatan almarhumah ibu saya. Kaos-kaos yang polos sering saya buatkan gambar dari kain perca dan gambarnya itu suka bikin yang sesuai sama momen penting. Misalnya gambar bus, ketika pertama kali Hammam bayi ikut liburan naik bus ke Bandung. Atau baju dengan tulisan Eid, yang saya buat untuk lebaran pertamanya Hammam.

Sudah gitu bajunya unisex, bisa dipakai sama anak cowok maupun cewek. Semisal adiknya Hammam kelak adalah cewek ya tetap bisa dipakai. Dan bukan cuma lucu, sih, tapi ini bikinnya juga effort banget. Ada yang sampai begadang segala. Pernah deh saya nggak bisa tidur karena membayangkan Hammam bakal lucu kalau pakai baju yang ada gambar bola basket beserta ring-nya. Bangun lah tengah malam untuk buatin gambar dari kain perca. Hahaha. Dasar, ya, Buibu kurang tantangan banget.

merelakan baju bayi
Ini bajunya hahaha.

Ketika beres-beres lemari beberapa bulan yang lalu akhirnya saya merelakan baju bayi milik Hammam untuk diberikan kepada tetangga atau saudara yang usianya masih bayi-bayi atau batita gitu. Bajunya masih bagus-bagus, masih layak pakai banget. Jadinya justru lebih sayang lagi kalau cuma disimpan di lemari. Sebelumnya saya minta pendapat dulu sama suami, kata dia nanti kalau Hammam punya adik ya beliin lagi baju-baju baru. Ya sudah, langsung mantap deh keputusannya.

Meski nggak saya keluarkan semua, sih. Teteup, haha! Ada beberapa baju yang masih saya simpan untuk kenang-kenangan, seperti baju ulang tahun pertama Hammam yang ada tulisan 365 Days. Juga baju-baju new born yang ukurannya super kecil. Karena dulu Hammam beratnya tuh cuma 2 kg lebih, jadi ukuran bajunya pun khusus. Kayaknya cuma lebih besar dikit dari telapak tangan saya. Nah, di sekitaran saya belum ada lagi bayi yang lahir dengan berat badan segitu, jadinya pasti mereka juga nggak akan bisa pakai.

Perasaan Lega Setelah Merelakan Baju Bayi

Plis, jangan bilang saya tega karena menganggap baju-baju bayi sebagai sesuatu yang nggak penting lagi. Karena ya, memang sekarang sudah nggak penting benda-benda itu ada di rumah ini. Itu kan sudah jadi bagian dari masa lalu. Waktu beres-beresnya memang ada sedikit perasaan sedih karena harus berpisah dengan kenangan masa kecil Hammam. Tapi setelah diberikan kepada orang lain, perasaan itu pun perlahan sirna.

Justru perasaan saya jadi lebih lega, karena space lemari yang tadinya berantakan-penuh-sesak bisa diisi dengan barang-barang atau baju-baju lain yang memang masih bisa dipakai. Ruangan pun menjadi lebih rapi karena barang-barang yang suka berantakan itu bisa masuk ke dalam lemari. Gitu…

Selain baju-baju bayi saya juga mengumpulkan beraneka botol minum atau tumbler dan mug yang saya dapat dari events selama 1-2 tahun belakangan. Karena saya nggak mungkin pakai semuanya, kan, jadi lebih baik diberikan kepada keponakan-keponakan yang alhamdulillah pada rebutan. Haha. Saya cuma menyisakan beberapa saja untuk Hammam bawa ke sekolah. Yang mana sekolahnya juga belum mulai-mulai. LOL.

Baca juga : Sekolah Online dan Investasi Waktu

Katanya isi lemari itu mencerminkan hati kita, lho, gengs. Kalau mau hatinya tenang, coba lah beres-beres lemari besok, mumpung weekend! ☺️

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *