fbpx
Meyelesaikan masalah
Family & Parenting

Memulai Clustering Untuk Menyelesaikan Masalah Penting

Karena Buibu suka mikirin banyak hal dalam hidupnya, jadi mau nulis tentang menyelesaikan masalah. Kedengarannya sederhana, ya. Tapi sebenarnya ini cukup sulit dilakukan. Karena masalahnya Buibu nggak cuma satu, melainkan banyaaak. Saking banyaknya kalau ditanya “masalahnya apa, Bu?” lalu bingung jawabnya. Sama nggak, Bu?? Haha. Terus bagaimana kita mau menyelesaikan masalah, kalau kita sendiri masih bingung sebenarnya masalah kita ini apa, sih?

Ternyata kita harus hati-hati, nih, satu masalah yang sedang kita alami dapat mengakibatkan masalah-masalah lainnya kalau nggak segera diatasi. Sayangnya kadang kita nggak sadar bahwa kita sedang bermasalah. Atau sebenarnya sadar, tapi nggak mau menganggapnya serius karena berbagai alasan. 

Entah takut dengan penilaian negatif orang lain, takut dianggap sebagai orang yang lemah, atau bisa jadi kita terus menyangkalnya karena nggak punya dukungan yang cukup baik dari orang-orang sekitar. Nah, yang ini sedih, sih.

Jadi daripada kita pusing, punya masalah tapi nggak tahu masalahnya di mana, lalu mengganggu kesehatan mental, lebih baik sekarang kita bikin catatan kecil dulu yuk, Buibu. Saya dapat tips nih dari acaranya Moma Kece Community bersama Ibu Tari Sandjojo, Psi. Seorang psikolog keluarga yang juga merupakan Head of School Sekolah Cikal.

Bicara dari Hati ke Hati Tentang Sehat Mental

Menyelesaikan masalah

Menurut WHO, Sehat Mental berarti keadaan sejahtera di mana individu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan bermanfaat, dan mampu membuat kontribusi kepada komunitasnya.

Kalau kita punya masalah yang agak berat, tapi bisa mengatasi stress, cukup produktif dalam bekerja dan kegiatan sehari-hari, bahkan masih bisa berkontribusi terhadap lingkungan sekitar, alhamdulillah berarti kita masih sehat, Gengs.

Sebaliknya, jika kita udah nggak bisa lagi mengatasi stress dan seterusnya, berarti perlu melakukan sesuatu. Apalagi 2 tahun terakhir sejak pandemi semuanya berubah, kan. Nggak ada lagi tuh hidup normal, karena semuanya butuh penyesuaian. Sudah gitu, baru 2 minggu anak-anak belajar tatap muka di sekolah, eh kemarin ada pengumuman bahwa kegiatan belajar mengajar kembali online. Nyaahahahah.

Menyelesaikan Masalah

Selama kita menyesuaikan diri pastinya akan ada masalah-masalah yang muncul. Misalnya stress karena perubahan pola hidup dari offline ke online. Lalu yang stress bukan hanya diri kita sendiri, bisa jadi pasangan dan anak pun ikutan stress selama beradaptasi. 

Karena banyak yang harus kita urus, jadinya kita nggak punya waktu untuk stop and think. So, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah selama adaptasi ini?

Clustering

Tulis semua keluhan yang kita rasakan. Semuanya. Agar lebih mudah identifikasi sebenarnya masalah kita ini apa saja, sih? Seberapa banyak masalah yang kita miliki dan harus diapain si masalah-masalah ini?

Setelah ditulis kemudian kelompokkan berdasarkan masalah yang sejenis. Misalnya kita punya masalah sama keuangan, yaitu banyak pengeluaran tak terduga, di sisi lain pendapatan kita lagi berkurang, nih. Apalagi kalau kita sesama freelance pasti ngerti lah, ya. LOL.

Menyelesaikan masalah

Prioritizing 

Dari semua masalah yang sudah ditulis, coba pikirkan dan pilih masalah apa yang paling mendesak dan penting. Bisa jadi yang esensial sebenarnya hanya satu hal dan begitu masalah tersebut selesai, yang lainnya bisa mengikuti. 

Contohnya nih, kita merasa kelelahan karena pekerjaan rumah yang nggak ada habisnya dan juga sulit membagi waktu antara pekerjaan rumah dengan pekerjaan kantor (yang juga dikerjakan di rumah), belum lagi dampingin anak sekolah online. Sampai-sampai kita jadi jutek sama anak dan suami. Imbasnya anak jadi nggak semangat sekolah sama ibunya, suami juga jadi nggak semanis dulu lagi.

Jika memang inilah masalah yang dirasa paling berpengaruh pada hidup kita, coba selesaikan yang ini dulu. 

Scheduling

Di sini ada tim overthinking, nggak? Kalau ada maka langkah selanjutnya adalah stop it and make schedule when to worry. Iyes, kita harus tahu kapan waktu yang tepat untuk mengkhawatirkan suatu hal. Kalau belum saatnya, jangan dulu dikhawatirkan karena belum apa-apa sudah menyerap banyak energi dan akhirnya kita sudah kelelahan duluan. Huhu.

Ini new things sih, bagi saya. Soalnya terbiasa dengan mikirin sesuatu dari jauh-jauh hari. Ternyata sebaiknya jangan, tuh. Kalau mau direncanakan boleh, dicatat kalau perlu. Tapi jangan langsung dipikirin banget, apalagi mikir yang berlebihan seperti “Aduh, anakku kembali sekolah online. Bakal banyak drama nggak, ya? Tugasnya pasti banyak, deh. Aku pasti nggak akan bisa punya waktu senggang.” dan seterusnya.

Haha, pantesan stress, yaaa LOL.

Action taking

Terakhir, silakan mulai mengambil keputusan apa yang harus dilakukan. Di sini saya masih pakai contoh yang di bagian Prioritizing tadi, ya. 

Misalnya mau menyelesaikan masalah tersebut dengan cara apa, nih? Setiap orang pasti memiliki cara yang berbeda, ya. Apakah ingin menggunakan jasa asisten rumah tangga? Atau urusan rumah dikerjakan sendiri tapi yang ringan-ringan dulu kalau weekdays. Nanti weekend baru ngerjain yang agak berat dan bisa kerja sama dengan suami, misalnya.

Ternyata setelah melakukannya, pikiran jadi lebih tenang. Dampingin anak sekolah online juga bisa mindful dan hubungan dengan pasangan bisa sweet lagi. 

(Tentu saja ini hanya contoh ya, Buibu. Pada praktiknya pasti lebih sulit dan jungkir balik :D)

Setelah semuanya berjalan dan masalah dihadapi satu per satu, ada baiknya untuk ditinjau ulang. Apakah berhasil? Bagian mana yang nggak berjalan sesuai harapan? Apa yang perlu dilakukan selanjutnya?

Setelah ini apakah hidup akan berjalan damai sentausa? Belum tentu. Tapi setidaknya kita sudah belajar menyelesaikan masalah sekali, bisa diulang pelajarannya berkali-kali sampai kita bisa melaluinya dengan baik-baik saja.

Terima kasih Ibu Tari Sandjojo untuk sharing-nya dan terima kasih juga untuk Moma Kece Community yang sudah bikin acara seru ini. Semoga tulisan ini bermanfaat, ya.

Stay health and strong, Buibu…

Love,

Aifalogy 💕

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

February 3, 2022 at 4:08 pm

Terima kasih sharingnya, Mbak. Sepertinya saya harus mulai mempraktikkan clustering dulu, nih. Biar segala keruwetan itu nampak ujung pangkalnya, ya.



February 3, 2022 at 5:34 pm

Mbaa, diriku izin bookmark. Sama sekali gak simple, koq, ini keren. Aku sukaa. Kebetulan aku lagi detox medsos, uninstall beberapa aplikasi, buat sehat mental. Dan nemu tulisan ini tu kayak alhamdulillah, mestakung.



February 4, 2022 at 3:02 am

yang pasti harus tenang dulu dan tidak emosi ya mba.. mencoba mengurai masalah yang ada dan fokus pada solusi masalah yang kita hadapi



February 4, 2022 at 7:43 am

Mulai dapat solusinya nih setelah baca artikel ini. Selama ini kalau punya masalah di rumah paling dibiarin ntar juga selesai lah gitu. Padahal selesai enggak numpang bete mah tetap. Mulai mencatatkan nih sekarang juga biar bisa mempraktikkan ilmu yang diserap dari sini. Terimakasih ya



February 4, 2022 at 8:08 am

Hahah, di bagian bingung mikir apa sebenarnya, karena yang dipikirkan para emak banyaak, bener sekali :D
Clustering dengan menyelesaikan masalah yang penting, menarik ini. Ada step-stepnya pula gimana caranya.
Sama kayak aku sekarang, sulungku kelas XI dan selama hampir 2 tahun baru beberapa kali aja ‘sekolah beneran’. Padahal masa putih abu-abu jadi peralihan ke usia dewasa. Overthinking akutuuu gimana nanti adaptasi di bangku kuliah ya, duh. Siap enggak dia? -tjurhatan emak mode on-



February 4, 2022 at 8:18 am

sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak lepas dari berbagai permasalahan. belajar untuk menyelesaikan masalah itu sangat penting dan jadikan masalah sebagai alat evaluasi diri sehingga bisa digunakan untuk motivasi hidup kedepan yang lebih baik.



February 4, 2022 at 1:53 pm

Aku nih kadang dari baca-baca di internet atau obrolan di WAG malah jadi overthinking. Trus cerita ke suami, katanya, jangan jauh-jauh dulu mikirnya.. kerjain aja satu-satu nanti kan selesai semua 😁
Aamiin.
Makasih sharingnya, Mbak :)



February 4, 2022 at 3:12 pm

Karakter orang berbeda-beda ada yang masalah sedikit aja di bikin pusing, di pikirr banget banget ada yang santai.

Nah saya type santai, skala prioritas mana yg perlu di selesaikan segera, dibicarakan baik2 dan berserah diri pada Allah 👌

Salam sehat



February 4, 2022 at 9:39 pm

Aku tuh sering overthinking. Padahal sudah tahu begini begitu, sudah dikasih pemahaman, kadang masih aja overthinking. Baru deh setelah lelah, aku buang jauh-jauh karena memang berasa sia-sia banget ya overthinking tuh. Btw makasih ya sharingnya, Va



February 5, 2022 at 5:22 am

Wah dapur ada tikus termasuk salah satu masalah yang bikin aku bete kalau masak di dapur. Mungkin karena dapurnya nggak pakai plafond jadi itu kotoran tikus ada melulu beneran bikin nggak mood masak



    February 5, 2022 at 9:41 pm

    Dulu dapurku juga gitu, atasnya tanpa plafon. Bukan cuma kotorannya, tapi tikus beserta keluarganya jadi penghuni dapur. Huhu. Alhamdulillah sekarang sudah ditutup dan hidupku jadi lebih tenang.



February 5, 2022 at 6:59 am

Aku nih kadang sesuatu yang belum terjadi, udah kupikirin jelek-jeleknya. Ternyata overthinking ini yang bikin lelah, yaa… Padahal maksudnya adalah untuk nyiapin hati, gitu, karena kan selalu ada 2 atau lebih kemungkinan. Wkwkwk…

Dan kalau dipikir-pikir, bener juga sih, karena overthinking berhubungan dengan prasangka. Ketika kita berprasangka baik, insya Allah yang akan terjadi juga hal-hal yang baik. Thank you untuk tulisannya, Mak… Luv!



February 5, 2022 at 7:14 am

Ah iya, clustering bisa membantu kita menyelesaikan masalah penting ya mbak
Makasih sudah nulis ini, aku jadi belajar tentang clustering juga
Mau coba praktikkan



February 5, 2022 at 11:31 am

Aku tu tipe orang yang ga bisa ngungkapin perasaan di depan orang, jadi biasanya aku tulis aja trus kukirim ke WA. Biasanya gitu si, kalo ngomong langsung di depan orangnya (misal suami) ga bisa tuntas ngomongnya. Jadi mending lewat WA atau surat aja buat nyelesein masalah. Hihi



February 5, 2022 at 11:48 am

Iya ya mba.. Masalah itu kadang datang bertubi2 dan kita ga tau gimana cara menyelesaikannya.. Hiks.. Alhamdulillah nih dpr pencerahan



February 5, 2022 at 3:17 pm

Hihi iya nih, kadang ngeluh banyak masalah, tapi begitu ditanya apa masalahnya malah bingung jawabnya. Jadi emang mencatat dan mengelompokkan masalah ini salah satu cara untuk bisa menguraikan masalah satu per satu ya mbak



February 5, 2022 at 7:19 pm

Sejauh ini yang diperhatikan untuk penyelesaian malah lebih ke pekerjaan ya, Maak. Deadline deadline dan memecahkan masalah di kerjaan.

Makasih udah sharing untuk kesehatan mental ini ya, Maak.



February 5, 2022 at 8:26 pm

Memetakan masalah dengan catatan, untuk diselesaikan satu persatu, sepertinya akan sangat membantu ya Mbak. Thanks Mbak sharingnya.



February 5, 2022 at 9:08 pm

Benar sekali, kak..
Prakteknya pasti jungkir balik. Tapi setidaknya sudah berusaha keluar dari lingkaran yang membelenggu.
Ini bagus banget untuk menjaga kesehatan mental, terutama bagi seorang Ibu yang dari pagi sampai petang ketemunya orang-orang di rumah aja.



Leave a Reply to Ade UFi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *