fbpx
if only
Film

If Only They Had a Second Chance

Deg banget nggak, sih, waktu dengar berita wafatnya Ashraf Sinclair, suami dari penyanyi top Bunga Citra Lestari? Jam 7.30 pagi waktu saya dapat link beritanya di sebuah grup whatsapp, langsung ngarep bahwa itu hoax dan pengin ngomel sama yang nyebarin. Pas saya buka link dan baca beritanya kemudian klik link related post-nya, “Ih, kok iya, sih?” Mungkin bukan cuma saya, tapi semua orang yang pertama kali tahu informasi ini bakalan bengong sebentar lalu menyadari ada perasaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Innalillahi wa innailaihirojiun. Saya kok langsung sedih banget dan setiap mengikuti beritanya pasti ikutan nangis.

Everybody knows, BCL dan Ashraf adalah pasangan serasi banget, rumah tangga harmonis jauh dari terpaan gosip dan mereka dikaruniai seorang putra yang ganteng banget serta pintar pula. Mungkin setengah populasi Indonesia menjadikan mereka sebagai couple goals. Tapi di tengah kesempurnaan tersebut rupanya Allah menguji BCL dengan kepergian suaminya yang begitu mendadak. Padahal mereka baru saja liburan ke New York. Padahal sesaat sebelum Ashraf menghembuskan napas terakhir mereka masih saling bertukar tawa. Ini pasti berat banget. Buat saya aja ini berat banget, sungguh. Apalagi buat BCL dan Noah, pasti berharapnya ini hanya mimpi.

Kisah pilu ini pun akhirnya mengingatkan saya pada sebuah film drama fantasi romantis berjudul If Only yang pertama kali diliris pada tahun 2004. Kalau dari judulnya yang berarti “Seandainya” bisa dibilang ini adalah film tentang kesempatan kedua untuk mencintai pasangan dengan sepenuh hati. Tapi kalau sudah nonton filmnya sampai akhir, ini adalah tentang sebuah firasat.

If Only…

Sepasang kekasih bernama Samantha Andrews (Jennifer Love Hewitt) dan Ian Wyndham (Paul Nicholls) yang tinggal di kota London, Inggris. Hubungan mereka belakangan sudah mulai terasa boring. Sam yang seorang musisi ingin Ian lebih perhatian terhadapnya dan mengharapkan ada kejutan-kejutan kecil agar hubungannya bisa hangat kembali. Tetapi Ian terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Asistennya justru lebih mengenal Sam daripada dirinya. Ia bahkan lupa malam itu Sam akan bermain dalam sebuah konser musik yang sudah dinantikannya selama 3 tahun ini.

Meski telah melewati kekecewaan demi kekecewaan Sam akhirnya melihat Ian berada di kursi penonton. Setelah konser usai mereka dinner di sebuah restoran mewah, namun bukan hal romantis yang didapat. Melainkan pertengkaran. Sam memutuskan pergi dan ketika dalam perjalanan pulang terjadi kecelakaan. Ian hampir gila saat mengetahui kekasihnya tewas dalam peristiwa tragis itu. Sampai di rumah Ian membaca buku harian Sam, catatan terakhirnya adalah Sam telah menulis lagu tentang mereka berdua dan ingin menunjukkan pada Ian. Tapi Sam terlalu takut kalau cinta Ian baginya tak cukup besar.

Esok harinya ketika membuka mata di pagi hari Ian menemukan Sam ada di sampingnya. Deg! Apakah Sam menjadi hantu? Pikir saya tadinya begitu, sih. Tapi ternyata itu Sam yang asli, dia belum meninggal. Jadi si Ian ini cuma mimpi!! Mimpi yang siapapun akan mengira itu nyata, soalnya ceritanya detail banget dari bangun tidur sampai terjadi kecelakaan. Makanya Ian ketakutan banget pas melihat Sam lagi.

Yang bikin Ian jadi makin takut adalah semua kejadian hari itu mirip banget dengan yang ada di dalam mimpinya. Sudah berusaha untuk mengubah jalan cerita tapi tetap semuanya sama saja. Akhirnya dia mulai pasrah, mungkin inilah saatnya untuk lebih mencurahkan perhatian sebelum Sam meninggal dunia. Segala cara pun dilakukan untuk membuat Sam bahagia. Ian mendadak jadi pria yang paliiing romantis di dunia. Mereka menghabiskan waktu bersama, pergi traveling singkat ke sebuah kota kecil tempat kelahiran Ian kemudian kembali lagi untuk konser Sam.

Kejutan demi kejutan dihadiahkan untuk Sam hingga yang termanis dan mengharukan. Ian diam-diam memfotokopi lagu yang dibuat oleh Sam kemudian meminta bantuan teman-teman Sam agar lagu tersebut bisa dibawakan di hadapan penonton. Huhuhu, ini sweet banget aseli!!! Soalnya sampai ada paduan suaranya segala. Sam pasti mengira Ian adalah anugerah terbaik dalam hidupnya gitu lah.

Setelah konser berakhir mereka makan malam, Ian memberikan hadiah gelang cantik untuk Sam. Gelang spesial yang terdapat liontin-liontin kecil sebagai simbol kebersamaan mereka. Ada simbol melodi karena Sam adalah musisi, ada menara Eiffel yang ingin sekali Sam kunjungi, bahkan ada simbol penggorengan karena Sam selalu membuatkan sarapan. Terakhir ada simbol hati, Ian bilang, “My heart, it’s yours now.” dengan matanya yang berkaca-kaca, karena sadar sebentar lagi mereka akan berpisah untuk selamanya.

Selesai makan malam, mereka berdua pulang bersama dengan taksi yang sama seperti dalam mimpi Ian. Lalu kecelakaan itu kembali terjadi.

Firasat dari Dia yang Akan Pergi

Saya nggak ingat sudah berapa kali nonton film ini. Yang pasti, sih, setiap kali nonton pasti saya selalu nangis. Kasihan banget sama mereka berdua, tapi ada baiknya juga sih Ian sempat mengutarakan perasaannya yang terdalam sebelum mereka berpisah. Mungkin Ian ingin memberikan segalanya untuk Sam, menghadiahkan dunia ini kepada orang paling tersayang. Tapi bagi Sam, semua yang dilakukan oleh Ian adalah sebuah pertanda yang tanpa disadari merupakan pesan dan kesan terakhirnya.

Semua cerita antara mimpi dengan kenyataan berjalan sama persis, kecuali bagian akhirnya. Setelah kecelakaan itu terjadi, scene berpindah ke sebuah rumah sakit. Di sana ada Sam dengan wajah dan tubuh penuh luka, tapi ia masih hidup. Ternyata dalam kisah sesungguhnya, Ian lah yang harus meregang nyawa. Tapi semua perbuatan manis Ian justru membuat hati Sam terasa sakit sekali, ada semacam penyesalan mengapa ini semua harus terjadi.

Pesan dari film ini tentu saja agar kita lebih sayang sama pasangan, lebih banyak kasih perhatian. Waktu hidupnya manusia itu terbatas, jadi sebisa mungkin saling lah mencintai satu sama lain. Baik itu pasangan, orang tua, saudara atau teman. Setelah kepergian Ashraf Sinclair saya jadi mikir, mungkinkah mereka yang akan pergi mendapatkan mimpi seperti yang dialami oleh Ian?

Anyway, saya berdoa semoga kita semua sehat selalu dan bisa berkumpul bersama orang-orang terkasih dalam waktu yang lama, ya. Meski yang saya bahas ini hanya film, tapi bisa menjadi pengingat agar kita lebih mendekatkan diri kepada Illahi Robbi.

Terima kasih sudah membaca blog ini :)

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *