fbpx
Family & Parenting

Membuktikan Bahwa Hujan Dapat Mengukir Kenangan

Hujan sering kali membangkitkan kenangan. Tapi ada kalanya hujan dapat mengukir kenangan baru. Sepertinya itu 3 bulan yang lalu, ketika saya bersama anak dan suami hujan-hujanan naik motor. Belum pernah saya merasakan sendiri hujan yang sederas itu. 

Hari itu adalah hari Kamis. Saya harus menghadiri undangan gathering yang diselenggarakan oleh ZAP Health di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Suami saya berjanji akan menjemput saya jam 9 malam, setelah acara selesai. 

Ternyata saat suami akan berangkat, turun hujan deras. Sehingga keberangkatan tertunda setengah jam. Cuaca masih gerimis ditambah kemacetan Jakarta yang menggila, butuh waktu hampir sejam untuk bisa tiba di lokasi. 

Malam itu hampir semua tamu undangan sudah pulang. Tinggal saya dan beberapa orang, yang masih tinggal. ‘Duh, kok belum sampai juga, ya?’ Batin saya. Sementara mata saya tak lepas dari layar smartphone, menunggu pesan masuk yang mengatakan “Mih, sudah sampai, nih.”

Jam 10 lewat sedikit, ada voice call yang mengabarkan suami sudah tiba. Buru-buru saya menemuinya di parkiran motor. Anak saya ikut menjemput, pakai jas hujan, yang membuatnya terlihat cute. Dan kami pun berangkat pulang setelah mereka melepas jas hujannya, karena hujan sudah lama reda.

Mari Kita Lewat Jalur Lain

Sebenarnya lebih mudah kalau lewat jalur arteri ke arah Kebayoran Lama. Tapi suami saya bilang macetnya kayak apotek yang sudah tutup, alias “nggak ada obat”. Akhirnya kami berbelok ke arah Pondok Pinang, terus ke Bintaro. Sembari nostalgia juga, sudah lama kami nggak jalan-jalan di daerah sini.

hujan dapat mengukir kenangan

Sampai di Jalan Bintaro Utama I, hujan kembali turun. Tanpa ampun mengguyur apa pun yang ada di permukaan bumi, disertai angin kencang yang membuat panik. Kami menepi sebentar di depan minimarket untuk mengenakan jas hujan. Sempat khawatir apakah perjalanan bisa berlanjut, melihat curah hujan yang sebegitu lebatnya. “Tapi kalau nggak langsung berangkat, nanti keburu banjir”, kata suami saya.

Biasanya hujan sangat menyenangkan untuk dinikmati sambil naik motor. Hammam paling suka jalan-jalan ketika hujan. Tapi hujan yang kali ini berbeda. Kami nggak bisa melihat jalanan dengan jelas, saking derasnya air menyerbu wajah. Lalu tantangan pertama datang, yaitu jalanan yang sudah banjir.

Sambil merapalkan doa-doa yang saya bisa, sepeda motor tua kami melaju menerjang banjir sepanjang puluhan meter jauhnya.  Petir pun mulai menyambar dengan kilatnya yang terang benderang di langit. Sungguh, saya takut.

Banjir di Mana-mana

Sudah hampir jam 11 malam, kami tiba di daerah Cipadu. Sempat terpikir untuk pulang ke rumah kami di Cipadu saja kalau hujannya belum juga reda. Karena meski sudah pakai jas hujan, baju yang kami pakai tetap basah hingga bagian terdalam.

Tapi, itu baru niat. Karena ada banjir lainnya yang menghalangi kami untuk menuju ke sana. Banjir yang kali ini cukup dalam. Saya melarang suami untuk nekat melewatinya, karena saya lihat nggak ada kendaraan yang bisa survive. Semua yang melintas, pasti kendaraannya mogok di tengah-tengah banjir. Bahkan ada sebuah mobil yang akhirnya harus didorong akibat mesinnya terendam air.

Hiks.

Menemukan Jalan Pulang

hujan dapat membangkitkan kenangan

Akhirnya kami menemukan jalan pulang, meski harus melewati jalur yang jauuuuh memutar. Nggak apa, yang penting bisa tiba di rumah dengan selamat.

Malam itu kami basah dan kedinginan. Tapi setidaknya kami bersama-sama. Saya nggak nyangka justru merasa lebih tenang rasanya. Dibandingkan kalau saya pulang sendiri, pasti suami saya mengkhawatirkan saya. Lalu saya akan khawatir juga, bagaimana kalau suami saya terlalu cemas? Bagaimana kalau anak saya ikutan khawatir?

Tiba di rumah, mau bilang home sweet home. Tapi, belum sempat mengucapkannya, kami tersadar bahwa rumah kami banjir. Bukan karena air yang masuk dari luar. Melainkan dari atap yang bocor. Haha. Lengkap sudah.

Alhamdulillah, semua bisa terlewati.

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *