Assalamu’alaikum, Buibu… Masya Allah nggak terasa sudah lebaran lagi, ya. Bahkan sudah lewat seminggu hehe. Baru bisa posting blog hari ini, ya karena mana mungkin lebaran bisa ngeblog, hahaha. Ini pun bikin tulisan karena ke-trigger sama postingan teman di instagram story-nya. Dia bingung kenapa saat maaf-maafan, orang-orang menangis di hari lebaran? Sementara dia sendiri nggak bisa yang namanya hari raya idul fitri menangis kayak gitu, katanya.

Hihi, itu sih saya banget yang selalu menangis di hari lebaran. Udah pasti deh melow, sedih, penuh penyesalan and bla bla bla. Sebenarnya saya pun penasaran, apakah di keluarga lain juga terjadi hal ini? Ataukah hanya maaf-maafan biasa saja, selebihnya hepi-hepi, berkumpul dan foto-foto merayakan yang namanya hari kemenangan.

Dulu-dulu sih saya nggak terlalu mewek gimana-gimana, ya, saat lebaran. Cuma pas sudah remaja gitu, ngerasa banyak salah sama orang tua atau saudara-saudara, karena ya adalah namanya remaja kan suka susah dibilangin yaak. LOL. Dan mulai-mulai deh ada konflik antar saudara bahkan sama orang tua. Jadi sejak itu kayaknya lebaran menjadi momen pengakuan dosa dan mohon ampunan. 

Rupanya Mbak Yeni (teman saya yang bikin story itu) bilang, dia kalau punya salah ya langsung minta maaf saat itu juga. Nangis-nangisnya pun saat itu aja, jadi pas lebaran udah nggak mewek lagi. Lhaaa, bener juga ya, Mbak. Ngapain sih kita nunggu momen lebaran banget untuk minta maaf?? Bukankah minta maaf itu harus disegerakan? Mungkin tandanya komunikasi saya dengan keluarga masih kurang baik, ya. Jadi kerjaannya memendam perasaan, lalu meledak pas idul fitri. Hadeuuh.

Tapi di luar maaf-maafan, pasti ada momennya yang bikin kita jadi merasa sesedih itu hingga harus menangis di hari lebaran. Dan ketika sudah punya anak, kita jadi harus jelasin ke mereka, kenapa kita sesedih itu. Jangan sampai hari raya malah bikin mereka takut karena lihat orang tuanya bersedih.

Menangis di Hari Lebaran Karena Stress

Lho, kok lebaran malah stress? Ya bisa aja, sih. Saya juga pernah takut menghadapi lebaran. Pernah karena takut ‘ditanya-tanya’, pernah juga karena beban gitu loh harus ketemu banyak orang, salam-salaman sama mereka yang nggak terlalu saya kenal, harus menyapa, bersikap manis ramah tamah dan segala hal. Tapi kata Ibu saya, pamali berpikir kayak gitu.

Mungkinkah ada orang lain yang juga merasakan hal yang sama?

Merasa Sulit Memaafkan

Mungkin kita bisa mengatakan “Mohon maaf lahir dan batin” kepada orang lain. Tapi ada kalanya, hati kita yang pernah tersakiti merasa sulit memaafkan orang lain. Mau orangnya datang minta maaf, yang ada kita malah sedih mengingat apa yang dulu pernah dia lakukan sama kita. Tapi kalau orangnya nggak minta maaf, ya kita tetap merasa sakit juga. Haha.

Mungkin selama Ramadhan kita sebaiknya refleksi diri, menerima kelebihan dan kekurangan dalam hidup ini, termasuk belajar memaafkan, ya.

Jauh dari Orang Tua

Nggak semua orang bisa mudik untuk merayakan idul fitri bersama keluarga tersayang. Akhirnya ya jadi menangis di hari lebaran karena jauh dari orang tua. Ini baru saja kejadian sama kakak ipar (dari suami). 

Jadi sebelum Ramadhan, mama dan papa mertua saya pindah ke Medan, kampung halaman mereka. Ini adalah pertama kalinya kami berjauhan saat hari raya. Setelah sholat eid, kakak ipar video call. Begitu mama in frame, malahan nangis kejer dan bikin saya jadi terharu banget. Pasti sedih berjauhan sama orang tua di hari yang seharusnya kita semua berkumpul, kan?

Semoga mama papa sehat-sehat di Medan dan selalu dalam lindungan Allah SWT di mana pun berada. Aamiin.

Mengingat Keluarga yang Telah Tiada

Terpisah beda pulau dengan keluarga saja sudah bikin kita nangis dari beberapa hari sebelum lebaran, nggak, siiiih?? Apalagi terpisah beda alam? Masya Allah, sedihnya tak terperi. 

Semua kenangan tentang mereka yang telah pergi seolah datang bertubi-tubi sejak pertama kali suara takbir terdengar. Seperti hati ini nggak mampu untuk menanggung rasa cinta, rindu, bahkan penyesalan. Hati nggak cukup besar untuk menerima itu semua, nggak muat!!

Sudah berusah dikuat-kuatin pun, pertahanan bisa jebol kapan saja. Saat bersih-bersih rumah jelang idul fitri, saat duduk di atas sajadah untuk sholat eid, apalagi saat berziarah ke makamnya. Sungguh nggak bisa ditahan. Air mata kayak nggak ada filternya, mengalir tak terbendung.

Untungnya kita masih bisa terhubung dengan mereka melalui do’a-do’a yang dipanjatkan setiap waktu. Semoga amal ibadah orang tua dan saudara-saudara yang telah mendahului kita, diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.

Baca juga : Kenangan Tentang Mama

Sedih Karena Berpisah dengan Ramadhan

Dan di antara semua kesedihan, seharusnya yang bikin kita paling menangis di hari lebaran adalah karena harus berpisah dengan bulan Ramadhan. Bulan suci yang setiap ibadah dan perbuatan baik ada ganjaran pahala yang amat besar, lumayan buat nambah-nambahin tabungan akhirat. Ya, maklum, hidup belum lurus-lurus amat rasanya. 

Suasana haru ini biasanya terjadi di malam terakhir tarawih, ketika jama’ah ibu-ibu berpelukan, saling meminta maaf dan mendoakan semoga bisa bertemu lagi dalam tarawih tahun depan. 

Apakah saya ikutan mewek? Dulu, iya. Mewek karena lihat orang-orang pada menangis sedih banget. Sekarang? Alhamdulillah diberikan kesempatan sama Allah untuk merasakan betapa sedihnya harus berpisah dengan bulan penuh rahmat dan ampunan.

Menjelaskan Situasi Harunya Idul Fitri kepada Anak-anak

Seberapa pun tegarnya kita, banyak momen hari lebaran yang pasti akan bikin terharu, meskipun ngga menangis tersedu-sedu. Lalu bagaimana menjelaskan ke anak-anak tentang situasi ini?

Kita bisa mengatakan bahwa momen lebaran membuat kita merasa terharu dan bersuka cita. Jelaskan tentang yang namanya emosi. Bahwa manusia memiliki perasaan senang, sedih, takut juga marah. Dan momen lebaran yang mengharukan bisa saja membuat kita menangis dan itu wajar. 

Selamat merayakan lebaran, ya, Buibu semua. Mohon dimaafkan lahir dan batin kalau perkataan saya di blog ini pernah ada salah-salahnya. Semoga kita diberikan kesehatan oleh Allah SWT, selalu dalam lindungan-Nya dan bisa diberikan kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum…