fbpx
podcast pertama saya
Techno

Help! Ini Podcast Pertama Saya

Yuhuuu. Setelah libur nulis karena ada keperluan keluarga yang harus diurus selama dua minggu lamanya, akhirnya hari ini kembali ngeblog lagi. Nggak nyangka, iihh, dua minggu nggak nulis rasanya kangen banget. Alhamdulillah sekarang sudah sempat lagi. Dan pada kesempatan yang gemilang ini, saya ingin share pengalaman yang saya dapat ketika membuat atau lebih tepatnya menjajal podcast untuk pertama kalinya.

Podcast adalah rekaman suara yang di-upload ke sebuah platform dan bisa didengarkan oleh pengguna internet di mana pun berada. Jadi semacam siaran non streaming dan bisa didengarkan kapan saja. Topiknya pun beragam, ada kategori berita, pendidikan, stand up dan sebagainya.

Honestly sebelumnya saya nggak tertarik untuk membuat podcast karena nggak percaya diri sama suara saya yang nggak “pulen” ini. Sudah coba-coba rekam dulu tapi kayaknya suara saya acak-acakan banget mulai dari artikulasi sampai intonasi.

Sebelum membuat podcast saya belajar mengenai olah suara untuk mengisi konten video tutorial yang saya upload ke youtube. Saya mencoba beberapa versi suara ada yang terdengar santai, ada juga yang terdengar resmi. Dari sekian video yang saya buat, sampai sekarang belum menemukan suara yang pas. Hahaha, terlalu perfeksionis.

Mungkin saya maunya suara saya terdengar seperti penyiar radio, kali. Padahal podcast ini kan bukan siaran radio, ya? Haha, ya sudah lah. Suara sudah direkam dan diupload melalui aplikasi Anchor. Pada podcast pertama ini hanya perkenalan dulu dan saya bahas tentang suara saya yang punya pengalaman pernah menjalani tes sebagai penyiar radio.

Awalnya saya sudah siapkan beberapa topik, seperti Kriteria Tukang Sayur atau cerita tentang traveling ke Sumba. Tapi semuanya nggak jadi saya tulis kontennya. Rasanya aneh saja, belum apa-apa sudah cuap-cuap tentang itu. Haha. Jadi saya putuskan “Ya udah lah, perkenalan dulu saja.” Dan sampai sekarang belum yakin apakah podcast ini akan berlanjut atau nggak.

Sekarang saatnya kalian mendengarkan suara saya dan bersiap kasih komentar. Plis, gengs, beneran dengerin ini, ya. Biar saya bisa dapat masukan.

Gimanaaa? Hahaha, ngepas banget ya suaranya? Duh, kapan, ya bisa punya suara yang bisa dilirik sama brand buat mengisi suara di iklan mereka? *Ngarep abisss!

Okei, sebelum kalian menulis komentar dan kritik-kritik pedaaas, biarkan saya kasih catatan untuk pekerjaan saya sendiri. Hihi.

Berbicara di Depan Mic untuk Podcast

podcast pertama saya

Sekali mendengar kalian pasti sudah tahu kalau podcast pertama saya ini terdengar kurang persiapan, banyak jeda dan mengeluarkan “nggg….” “eemm..” and such. Kemudian juga banyak mengulang kata, seperti “gitu”.

Intonasi suara saya nggak stabil. Di awal cukup bernada tinggi dengan tempo sedang. Lalu setelah beberapa kalimat langsung melemah dan tempo makin melambat apalagi di bagian menjelang akhir. Baru di kalimat terakhirnya bernada kembali normal lagi.

Saya sudah berusaha berbicara dengan artikulasi yang jelas. Tapi karena kebiasaan bicara dengan nada pelan dan nggak peduli sama artikulasi, begitu dihadapkan pada mic jadi susaaah sekali. Terutama di kata “banget” itu nyebelin, ih. Saya paling nggak suka kalau lagi bilang “bangeeet” artikulasi mengambang dan nadanya kayak orang sedih gitu.

Terakhir, saya sering lupa dengan smiling voice. Kalau kalian jeli memerhatikan, di kalimat awal itu saya menggunakan smiling voice atau berbicara sambil tersenyum. Teknik ini saya pelajari saat bekerja sebagai customer service representatif untuk Indosat IM3 tahun 2007 silam. Berbicara sambil tersenyum akan memberikan efek yang berbeda terhadap suara. Nah, pas di kalimat “Mungkin saya sangat terpaku pada suara penyiar radio”, itu smiling voice menghilang entah ke mana.

Demikian penilaian saya terhadap podcast saya sendiri. Kalau kalian berniat untuk membuat podcast juga, silakan perhatikan intonasi, artikulasi dan smiling voice. Untuk yang terakhir kayaknya butuh sebuah cermin di depan kita, gengs. Supaya selalu ingat untuk berbicara sambil tersenyum.

Ok, then. Menurut kalian, saya harus lanjut nggak, nih, main podcastnya? Saya tunggu komentarnya, ya, gengs!

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *