Ketika Data Pribadi Tersebar di Ruang Digital
Tadi malam saya cerita ke suami, tentang kebiasaan parkir mobil di Korea Selatan yang pernah saya lihat di dalam drama. Pengendara mobil yang parkir di tempat umum akan meninggalkan nomor telepon di mobilnya, agar mudah dihubungi ketika terjadi sesuatu. Misalnya, mobil tersebut menghalangi mobil lain yang akan keluar. Di negara kita, gitu juga nggak, sih? Saya kebayangnya malah jadi data pribadi tersebar di mana-mana, mengingat maraknya penipuan via telepon dan whatsapp akhir-akhir ini.
Baru ngebahas tadi malam, pagi ini saya melihat ada mobil parkir di gang dekat rumah saya yang menerapkan hal serupa. Di mobil itu tertulis “Mohon maaf Bapak/Ibu, kalau mau keluar silakan hubungi nomor 0812x xxx xxxx”. Pada akhirnya hal ini akan dilakukan banyak orang, demi kenyamanan bersama, ya. Asalkan tetap waspada kalau mendadak ada telepon iseng atau yang berpotensi penipuan.
Tanpa disadari, sebenarnya kita sudah menyebarkan nomor telepon kita di mana-mana secara digital, sih. Karena saat ini memang eranya transformasi digital. Kalau dulu teknologi merupakan faktor pendukung dalam bisnis, sekarang yang menjadi inti dari bisnis adalah teknologi itu sendiri. Jadi mau nggak mau, suka nggak suka, kita berhadapan dengan kemajuan teknologi yang perlu disikapi secara bijak.
Keamanan di Ruang Digital
Menjadi bagian dari 250 juta penduduk pengguna internet di Indonesia, sering kali kita memasukkan identitas untuk registrasi online. Membuat akun email, media sosial, marketplace, membership, pengajuan kartu kredit dan masih banyak lagi. Semuanya butuh data pribadi.
Sementara itu, semakin teknologi berkembang, makin tinggi pula tingkat serangan siber. Salah satunya adalah Malware, yaitu software yang sengaja dirancang untuk menyebabkan kerusakan pada komputer dan gadget. Kapan saja si Malware ini bisa menyusup ke perangkat digital yang kita gunakan. Kalau sampai kita nggak sengaja kasih izin, bisa-bisa kita mengalami banyak kerugian mulai dari sisi finansial hingga psikologis.
Terus gimana, dong? Masa iya kita jadinya nggak boleh daftar-daftar di aplikasi yang diperlukan, meski itu bisa mendukung pekerjaan? Sudah terlanjur pula data pribadi tersebar di berbagai platfom. Ih, stress ya kalau dipikirin.
Tapi saya sudah dapat nih tips melindungi data pribadi di ruang digital, dari Bapak Andri Hutama Putra, President Director of ITSEC Asia. Juga dari teman saya Teh Ani Berta, seorang blogger yang sehari-hari bersentuhan dengan dunia digital. Alhamdulillah hari Sabtu tanggal 22 Mei 2022 yang lalu saya bisa hadir di acara Community Workshop “Keamanan di Ruang Digital” kerja sama ITSEC Asia dengan Komunitas ISB.
Ruang digital bisa diartikan sama dengan lingkungan tempat kita tinggal, dunia yang kita tempati saat ini. Ada teman-teman dan orang-orang lain yang juga tinggal di lingkungan yang sama. Kalau kita lengah, bisa saja mereka bisa melihat sesuatu yang sebenarnya nggak boleh diketahui.
Seperti halnya kita mengamankan milik kita yang berharga agar jangan sampai ditikung sama orang lain, begitu pula data-data pribadi yang sudah kita upload ke ruang digital. Kalau dulu ada jokes tentang mengamankan sebuah rahasia, dengan menyimpannya di dalam brankas, brankasnya dikunci, lalu kuncinya ditelan (haha ekstrim), ternyata memang sepenting itu kita harus menjaga kerahasiaan identitas pribadi.
So, simak ya, Gengs, tips berikut ini.
Tips Agar Data Pribadi Tersebar dengan Aman
Bukannya kita nggak boleh mengupload identitas diri saat melakukan registrasi online. Hanya saja ada yang perlu diwaspadai. Caranya cukup mudah, tapi mungkin membutuhkan waktu untuk membenahinya.
Gunakan Alamat Email yang Berbeda
Jangan menggunakan satu akun email untuk seluruh kegiatan digital. Pisahkan email untuk pekerjaan, transaksi perbankan dan finansial, media sosial, membership dan lain-lainnya.
Sebagai gambaran, kalau kita menggunakan email khusus untuk transaksi perbankan, maka email yang masuk pasti hanya seputar transaksi yang telah lakukan atau informasi resmi dari bank yang bersangkutan. Email ini nggak disebarkan ke mana-mana, jadi kalau ada email masuk di luar transaksi perbankan, kita wajib curiga. Dari mana dia tahu alamat email ini? Jangan-jangan ada usaha peretasan atau cybercrime lainnya.
Ganti Password Secara Berkala
Jika ada pesan mencurigakan segera ganti password, baik pada email, akun media sosial maupun akun-akun lainnya. Dengan begitu artinya kita telah mencegat upaya kejahatan. Sementara kalau semuanya aman-aman saja, tetap harus mengganti password secara berkala, misalnya 3 bulan atau 6 bulan sekali.
Di beberapa aplikasi yang saya gunakan suka ada notifikasi untuk memperbarui password yang, kalau sudah lama nggak ganti password. Notif ini aman, ya, Gengs, karena sifatnya pemberitahuan dengan metode pop up. Kalau notifikasinya melalui email atau pesan pribadi kemudian dikasih link untuk mengubah password, nah ini jangan langsung diikuti.
Sebaiknya ganti password dengan masuk ke akun setting saja, bukan dari link-link yang kita terima. Dan set password yang sulit ditebak juga. Jangan menyertakan nama kita atau tanggal lahir di dalam password karena mudah ditebak. Saat ini platform digital juga sudah merekomendasikan untuk pembuatan password sebaiknya mengandung huruf besar dan kecil juga karakter khusus.
Manajeman Email dan Password
Kalau harus pakai banyak email dan ganti-ganti password gitu, apa nggak malah bingung, ya? Yang ada nanti malah lupa password, hahaha. Iya, pasti bingung kalau nggak dikelola dengan baik akunnya, Gengs. Jadi kita bisa menyimpan semua email dan password ini di dalam satu file. Pakai file excel juga bisa aman, kok. Bikin listnya kira-kira seperti contoh berikut, ya. Sertakan juga tanggal update passwordnya.
Simpan file ini dengan aman, set password juga untuk mengaksesnya. Pastikan hanya diri kita sendiri yang tahu, jangan percayakan pada orang lain. Kecuali mungkin sama pasangan hidup yang kita sudah yakin bakalan jujur sama kita forever and ever, ya, Gengs.
Two Factor Authentication (2FA)
Two Factor Authentication atau bisa juga disebut two step verification, merupakan kunci ganda untuk melindungi ruang digital kita agar nggak sembarang orang bisa nyelonong masuk tanpa permisi. Salah satu 2FA yang paling gampang kita temui adalah pada aplikasi Whatsapp. Dengan two step verification Whatsapp jadi yakin kalau pengguna akun kita adalah diri kita sendiri.
Terus sekarang juga banyak banget sms atau chat kode OTP (One Time Password). Please banget ini nggak boleh kita kasih ke orang lain ya, Gengs. Karena dengan memberikan OTP sama saja dengan kita ngasih secara sukarela kunci rumah kita yang di dalamnya banyak harta benda tak ternilai harganya.
Lebih Aware Terhadap Panggilan Telepon
Kalau tips dari Teh Ani, secara mental kita harus persiapkan juga, Gengs. Pelaku kejahatan itu pintar mencari celah. Misalnya pada jam-jam kita begadang, atau jam habis tidur siang. Di saat ini pikiran kita pasti lagi nggak sepenuhnya berada di tempatnya. Kalau di saat itu ada kejahatan siber yang berusaha masuk, bukan nggak mungkin kita akan merasa seperti hilang ingatan dan lupa ngecek-ngecek lagi.
Misalnya ada yang telpon atau chat mau pinjam uang, bisa-bisa langsung kita kasih. Whaaa, jangan sampai, ya! Mulai sekarang kalau ada yang pinjam uang via chat, minta video call dulu biar yakin.
Terakhir, Pak Andri mengatakan kalau sampai terjadi kebocoran data di instansi tertentu, jangan langsung melihat dan mencari-cari kesalahan instansi yang kebobolan itu. Tapi lihat dulu diri kita, sudah ke mana saja kita data pribadi tersebar. Sudahkah kita melindunginya dengan baik?
Kalau pesan dari Teh Ani, bijak-bijaklah menggunakan media sosial. Perhatikan lagi konten yang akan diupload, apakah mengandung clue identitas kita. Jangan-jangan upload foto anak pakai seragam sekolah, tanpa disensor nama sekolahnya.
Saya suka banget ikutan acara ini, Gengs. Jadi bisa tahu tips untuk melindungi data pribadi dan bisa membagikannya kepada kalian. Yang saya suka lagi, meskipun ITSEC Asia merupakan perusahaan penyedia layanan, solusi dan teknologi keamanan informasi terbesar di kawasan Asia Pasifik yang kliennya adalah perusahaan-perusahaan (B2B), tetapi mau lho gitu ngasih edukasi kepada kami yang sifatnya individu. Hal ini karena ITSEC Asia ingin lebih berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat.
Jadi dengan acara ini, ITSEC Asia dan saya pribadi berharap, semakin banyak dari kita yang lebih memahami akan pentingnya menjaga kerahasiaan data diri. Jika sudah terlanjur data diri tersebar karena satu dan lain hal, kita sudah punya cara untuk melindungi identitas pribadi kita.
Semoga bermanfaat, ya, Gengs. Jangan lupa, habis ini ganti password, ya!
Comments
Waduh iya ya..habis ini cus saya ganti password …dah lama beud ga ganti…Noted sama pesannya Pak Andri, jika ada kebocoran data, lihat dulu diri kita, sudah ke mana saja data pribadi kita tersebar, apa kita sudah melindunginya dengan baik.
Karena selama ini orang selalu sibuk menyalahkan yang membocorkan data. Padahal kalau kita sudah melindunginya dengan baik, insya Allah meski data bocor tetap aman nggak bisa begitu saja para hacker masuk ke rumah digital kita.
Internet itu diibaratkan pedang bermata dua, artinya mempunyai dua sisi yang berdampak positif dan negatif, disatu sisi teknologi internet bisa memudahkan jika dimanfaatkan secara benar, namun di sisi lain teknologi internet juga bisa menjadi persoalan jika tidak dipergunakan secara bijak.
Setuju, Mak. Setiap hal pasti punya sisi baik dan buruk, termasuk juga dunia digital.
ruang digital memang banyak memberikan hal yang menyenangkan bahkan keuntungan, tapi tentu ketika memasuki ruang digital harus paham betul rules yang baku agar menghindari data pribadi tersebar begitu saja
Betul, Kak Aie. Harus bijak-bijak menggunakannya.
Data digital nih krusial banget ya mba
harus kita jaga dan perlakukan dgn sebaik dan sehati2 mungkin.
aakk, edukasi yg keren banget!
Selalu hati-hati dan terapkan proteksi.
Tips ini penting banget deh kak di era digital seperti sekarang hacker lebih pintar akalnya banyak. Thanks ya kak sudah membahasnya, bermanfaat sekali untukku
Sama-sama, Kak. Jangan lupa bagikan informasi ini kepada yang lain, ya.
Hihi… saya termasuk yang gampang lupa password mbak, jadi kalau ganti password ya 2 aja tuh di bolak balik. Sekarang pakai password A, ntar kalau ada notif buat ganti password, saya ganti B. Ntar beberapa waktu ke depan kalau ada notif buat ganti password, ganti ke A lagi.
Bagus juga emang sediakan catatan khusus buat nyimpan data user dan password ya
Haha repot banget ya Mak kalau lupa password itu prosedurnya bisa panjang. Iya, jadi memang lebih bagus ada administrasinya biar nggak gampang lupa. Yang penting harus ingat betul password file yang untuk nyimpan password media sosial.
Dulu saya bisa gampang banget install aplikasi. Hp jadi penuh dg aplikasi. Belum sadar sama bahayanya. Sekarang jadi lebih hati-hati banget. Apalagi dengan bahayanya di dunia digital
Sekarang aplikasi banyak yang sudah minta izin untuk akses lokasi, data, foto dan sebagainya. Kita bisa pilih mana akses yang bisa diberikan. Jadi lebih aman. Tapi masih banyak juga sih yang belum pakai sistem ini, jadi mesti tetap waspada.
Saya pernah mengalami no HP saya di-share di media cetak. Ketika tulisan opini saya dimuat di salah satu koran, kok nyebelinnya sama editor atau redakturnya, nomor HP sy dimasukin juga .. kan siapa pun bisa baca. Nah, apalagi di zaman yang sekarang ini ya, kalau tersebarnya di internet … duh duh duh bisa diapain sja sama orang2 jahat.
Lho, kok bisa ya Mbak ada nomor hape yang dicantumkan? Apa mereka jangan-jangan nggak ngerti dengan konsep kerahasiaan data pribadi?
Alhamdulillah selama ini saya Kun sudah melakukan hal seperti itu. Meski ya saya tidak menggunakan e banking juga sih. Tapi email beda dan simpan data itu emang kudu ya
Alhamdulillah Teh Okti sudah tertib ya administrasi passwordnya.
Kadang kita suka ga sadar ya sudah membagikan data diri. Dulu sih paling sering mereka menulis nomomr hp saat mau isi pulsa ya, jadilah tersebar kemana-mana.
Ternyata kita punya hak di ruang digital ya. Seru banget eventnya jadi mengenal lebih dekat dengan aturan yang berlaku juga di dunia digital
Iya dulu kalau mau isi pulsa harus nulis di buku konternya gitu. Nggak tahu kalau data-data itu bisa mereka jual ternyata, ya.
Saat orang-orang lain di luar negeri ninggalin nomer hpnya untuk memudahkan urusan, di kita kok malah masih ada yang menjadikannya peluang iseng atau kejahatan ya, mak? Buat pelaku olshop misalnya. Kan suka tuh nyantumin nomer WAnya buat memudahkan transaksi, Tapi da juga yang menjadikannya untuk peluang menipu atau ambil alih akun misalnya. Otentikasi 2 faktor aku terapkan juga ke akun-akunku dan kalau ada panggilan ga dikenal, aku selalu mikir dua kali buat ngangkat. Kecuali udah ngechat duluan. Jadi kasian babang ojol atau kurir pengantar barang yang mau menghubungi, suka ke-skip
Saat orang-orang lain di luar negeri ninggalin nomer hpnya untuk memudahkan urusan, di kita kok malah masih ada yang menjadikannya peluang iseng atau kejahatan ya, mak? Buat pelaku olshop misalnya. Kan suka tuh nyantumin nomer WAnya buat memudahkan transaksi, Tapi da juga yang menjadikannya untuk peluang menipu atau ambil alih akun misalnya. Otentikasi 2 faktor aku terapkan juga ke akun-akunku dan kalau ada panggilan ga dikenal, aku selalu mikir dua kali buat ngangkat. Kecuali udah ngechat duluan. Jadi kasian babang ojol atau kurir pengantar barang yang mau menghubungi jadi ke-skip.
Jadi ingat Kakak. Dia jadi panitia pembangunan dan nomornya ditempel di spanduk dan lain-lain. Akhirnya dapat sms, iklan, macem-macem deh. Kalau aku sendiri karena masih suka nyampur e-mail kerjaan, bank dan lainnya, maka wajib banget pakai Two Factor Authentication. Alhamdulillah masih aman
email membership dan yang buat kerjaan sebaiknya dipisah..kadang banyak email promosi spam sangan mengganggu
Huhu iya banget, sekarang ini data pribadi kok mudah banget tersebar. Tapi memang iya, secara gak sadar kita sendirilah yang ikut menyebarkannya. Kudu mulai aware nih semua orang dengan keamanan data di dunia digital. Bisa serem deh efeknya.
Alhamdulillah untuk email aku selalu ganti pasword secara berkala. Benar kata teh Ani harus bijak bersosial media jangan sampai memposting hal-hal sensitif yang sebenarnya bisa jadi celah pelaku kejahatan
Makasih sharingnya mbak.. kalau dipikir-pikir kita nih udah bertahun-tahun di dunia digital, sehari-hari ya urusannya sama internet ini. Tapi ya masih aja, ternyata dari daftar di atas, ada satu dua hal yang belum diterapkan. Benar ya, dunia digital tuh ya seumpama pisau bermata dua, kitanya mesti pintar-pintar dalam memanfaatkan, agar tak membahayakan diri kita sendiri.
Penting banget melindungi data pribadi ini dan aku masih juga lupa kalau di tempat umum jangan asal menggunakan mobile banking atau sejenisnya.
Serem juga kalau data pribadi sampai disalahgunakan. Huhuu..
Dunia digital makinn marak sekarang dan dengan kebebasan yanga da semoga saja bisa memilah milah dan lebih bijak menggunakannya termasuk tentang keamanannya. Bener2 menjaga agar data pribadi tetep aman agar bisa nyaman berada di ruang digital untuk berkarya.
Sedikit cerita nih, Awal bulan lalu Paklik saya habis kena tipu lewat telepon. Dan kena deh, puluhan jeti. Kejadiannya seperti yang tadi Mbak jelaskan, saat psikologisnya belum stabil. Jadi begitu ditelepon kemudin diancam, beliau lgs ke ATM buat transfer. Parahnya, beliau gak cerita sama anak istri dulu karena saking ketakutan sama si pengancam. Padahal ancamannya terkait jual beli yg tidak dilakukan. Tapi dasar apes, ya sudah kena deh. Jadi memang benar kondisi psikologis kita tuh harus dimaintain supaya stabil. Selain beberapa cara pengamanan seperti di atas, penting juga untuk bercerita, karena biasanya saat bercerita pada orang lain pikiran lgs terbuka.
Bermanfaat sekali kakk sharingnyaa…Sejak jaman masih kerja kantoran dulu emang selalu diingatkan seminggu sekali ganti pasword tp sukaa lupaa dg password baru apalagi skrg yg diingat banyak pass email yg lebih dr satu pass sosmed dkk
Acaranya bergizi banget yaa jadi nambah wawasan dan pengetahuan tentang etika digital, sekarang banyak sekolah dan orang tua yang masih belum mengerti tentang hal ini dengan memajang foto anak lengkap dengan kelas dan nama sekolahnya di medsos
Aku tuh sekarang rada parno naruh nomor HP di mana-mana, paling gemash kalau ditelepon telemarketing, hehe. Ya paling nggak, karena artikel ini, jadi sedikit paham cara untuk menjaga keamanan data pribadi.
Deg-degan juga sih kalau data pribadi ada di ranah umum (dalam hal ini digital).
Apalagi beberapa waktu lalu aku nonton yutub mengenai sekolah online yang membuka data pribadi anak.
Sebenarnya kita juga punya hak di ruang digital ya mbak.
Apalagi data anak, duuuh rawan sekali kalau sampai tersebar luas.