fbpx
Family & Parenting / Health

Anak Berjalan Jinjit Membuat Orang Tua Khawatir

Pada blog post sebelumnya saya sudah pernah berkisah tentang anak saya yang mengalami gangguan sensori integrasi. Salah satu gejalanya adalah anak berjalan jinjit. Sejak kapan Hammam berjalan jinjit? Sejak ia mulai belajar berjalan. Terus terang, saya khawatir. Buibu yang punya masalah serupa, mari kita berkumpul, berkeluh kesah dan mencari solusi.

Anak Berjalan Jinjit

Baca juga : Hammam, Ninja Kecil dengan 7 Indera

Awalnya sih lucu-lucu saja melihat ia mondar-mandir sambil menjinjitkan kakinya tinggi-tinggi. Tapi lama-lama kok rasanya nggak nyaman ya. Belum lagi orang-orang jadi suka gemas melihat kelakuannya. Mulai dari neneknya, oom dan tantenya, juga semua sepupu-sepupunya. Tetangga juga sama saja. Aduh, pusing dengerin omongan mereka. Pusingnya nggak bisa ilang lagi meski sudah minum bodrex.

Dari artikel yang saya baca, anak berjalan jinjit bisa disebabkan oleh cerebral palsy, autism, muscle dystrophy atau kelainan otot saraf lainnya.

Sedangkan muscle dystrophy adalah kelompok gangguan otot bawaan yang disebabkan gen spesifik abnormal dengan gejala kelemahan otot progresif dan pengerutan otot. Apa iya ya anak saya mengalami penyakit ini?

Masalahnya ia hanya bermasalah dengan kakinya yang jinjit. Selebihnya tidak ada gangguan otot lainnya. Lagipula, Hammam sebetulnya bisa berjalan biasa kalau diingatkan. Jadi ini tuh semacam kebiasaan buruknya dia gitu.

Setelah konsultasi dengan psikolog anak, dapat dipastikan Hammam tidak mengalami cerebral palsy dan autism. Baru saya tahu bahwa Hammam berjalan jinjit karena tidak optimalnya sistem syaraf dan sendi. Selain menyebabkan anak menjadi sangat aktif karena ia butuh selalu bergerak, juga membuat ia merasa perlu memberikan tekanan yang lebih pada pijakannya.

Dan ketika memakai alas kaki, Hammam lebih sering tidak jinjit. Menurut terapisnya, Hammam itu kan juga bermasalah dengan sistem peraba atau tactile. Dia sangat nggak nyaman menyentuh tekstur tertentu. Begitupula dengan kakinya, sehingga ia berusaha menghindar. Caranya ya dengan ia jinjit itu.

Baca juga : Sensori Integrasi, Dasar dari Proses Belajar

Anak Berjalan Jinjit Itu Melelahkan

Selain otot dan sendinya yang belum berkembang optimal ternyata keseimbangan tubuhnnya juga. Dan ini memperparah keadaan.

Iya, beneran lelah. Bukan cuma anaknya, tapi ibunya juga. Karena anak berjalan jinjit itu berdirinya nggak bisa tegap, selalu goyang kanan kiri. Dia jadi sering keserimpet kakinya sendiri, jatuh, bikin ngambek dan nangis. Apalagi kalau jinjitnya di kamar mandi. Hhhh, tebak sendiri lah apa yang sering terjadi.

Berjalan jinjit juga membuat otot-otot kakinya menegang, tiap malam mesti rewel. Mungkin karena kakinya terasa nggak nyaman atau kenapa gitu. Anaknya belum bisa ditanyain sih alasannya dia rewel hahahaha.

Terus kalau diajak ke suatu acara kumpul-kumpul, misalnya arisan atau pengajian yang nggak mungkin dia pakai sandal di dalam rumah, ini pasti bikin heboh ibu-ibu tamu undangan. Seeeemua orang akan berkomentar dan saya jawabin satu-satu. Harusnya sebelum acara mulai, saya pinjam dulu mic-nya ya. Terus bikin pengumuman “Ibu ibu, maaf ya kalau nanti anak saya mondar-mandir jalan jinjit. Soalnya perkembangan otot dan sendinya belum optimal, sih.”

Kemudian bermunculan lah bermacam saran dari ibu-ibu ini. Diurut ke sini deh, disembur ke situ coba. “Udah bu, udaaaah.” Malah saya pernah ke tukang urut paling terkenal se-kelurahan, sampai sana apa yang saya dapat? Nyai-nya bilang “Wah, anak lu dadanya dada burung nih. Bakalan adatnya cakep, nanti gedenya bakal ngajakin orang ribut mulu.”

Eeeh? Gimanaaaa? I never came back ever since. Maaf, Nyai.

Terapi untuk Anak Berjalan Jinjit

Selama mengikuti terapi sensori integrasi 4 bulan lamanya, belum ada perubahan yang berarti pada masalah jinjit ini. Tapi untuk problem yang lain alhamdulillah Hammam mengalami kemajuan, saya akan bahas pada blog post selanjutnya.

Karena berjalan jinjit berhubungan dengan proprioseptive (otot dan sendi) dan vestibular (keseimbangan), maka terapi yang perlu dilakukan sebagai berikut.

  • Bermain ayunan. Anak akan terlatih keseimbangan tubuhnya dengan diayun-ayunkan secara perlahan. Pastikan anak merasa nyaman dan tidak dipaksakan.
  • Melompati rintangan. Ketika anak melompat maka dibutuhkan keseimbangan untuk dapat kembali berpijak. Secara konsisten ingatkan anak “lompatnya jangan jinjit, ya.”
  • Jalan berlutut. Dibutuhkan konsentrasi agar jalan berlutut bisa berlangsung baik. Agar anak tidak bosan, berikan rintangan-rintangan dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar. Tapi jangan sampai anak kelelahan ya.
  • Merangkak. Sangat baik untuk melatih otot tangan dan kaki.
  • Lempar tangkap bola. Sekaligus dapat melatih koordinasi mata dan kedua tangan.

Baca juga : Memfasilitasi Anak dengan Permainan Seru

Kalau kata teman saya mah,

“mengurus anak itu susah, tapi jangan pernah menyerah”

Iya banget kan yaaa? Tetap semangat ya. Besok kalau anak kita udah nggak jinjit lagi, kita boleh berbangga hati melihat mereka berjalan dengan ganteng dan cakepnya.

Cheers.

 

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

November 25, 2017 at 4:51 am

Anak saya juga pernah tuh jalan jinjit-jinjit dan flappy hands. Tapi dulu berlangsung sementara aja. Sempat bikin waspada sih. Hammam usia berapa mbak?



Leave a Reply to Intan Rastini Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *