Jalan-jalan Jakarta, Melihat Monas Dari Dekat
Waktu saya kecil, tempat wisata yang diidam-idamkan adalah Dufan dan Monas. Dua tempat itulah yang paling dikenal oleh anak-anak. Alih-alih mau ke Monas, dulu saya dan teman-teman bisa melihat Tugu tersebut hanya dengan naik ke pohon jambu yang tertinggi di dekat rumah. Sepupu saya yang pertama kali memberitahu dan itu seru banget. Sekarang? Boro-boro lah, di mana-mana sudah tumbuh gedung menjulang tinggi. Hingga Monas pun tak bisa kelihatan lagi dari sini.
Saya sudah lupa apakah setelah itu saya pernah melihat Monas lagi. Langsung aja skip, saya masuk ke Monas untuk pertama kalinya sekitar tahun 2008 dan tiba-tiba sekarang pengin ngajak anak ke sana. Cuma mau ke Monas dan berjalan-jalan saja. Untuk melihat Tugu kebanggaannya orang Jakarta dari jarak yang lebih dekat, bukan dari layar tivi atau layar ponsel. Apalagi dari pohon jambu. LOL.
Akhirnya kami bertiga pun berangkat ke Monas di hari ketiga libur lebaran, tapatnya pada hari Minggu, 17 Juni 2018. Awalnya kami hanya ingin mengajak si kecil jalan-jalan naik bus Transjakarta sampai halte Sarinah, makan di McD, lalu pulang. Eh tapi dari Sarinah kalau mau ke Monas kan tinggal 2 halte lagi jadi rencana kami berubah sebelum berangkat. Maka saya memutuskan untuk membawa bekal saja dari rumah, karena di area Monas tidak ada penjual makanan.
Kami berangkat sudah agak siang sebab lebaran hari ketiga itu adalah saatnya seorang ibu menunaikan tugas negara yang terpending 2 hari lamanya, yaitu mengurus pakaian kotor. Karena masih dalam suasana liburan, hari itu bus penuh. Seorang bapak berbaik hati memberikan tempat duduknya untuk saya dan Hammam, yang disambut gembira oleh ninja kecil itu. Sepanjang jalan tak hentinya ia berceloteh, berkomentar tentang apa yang dilihatnya dan terus-terusan berkata “Hammam naik bis, mih”. Iyaaaa….
Tips 1 – kalau mau ke Monas berarti harus sip banget kondisi fisiknya, ya. Karena seluruh kegiatan wisatanya didominasi dengan berjalan kaki. Dimulai dari halte pemberhentian terdekat, hingga di kawasan Monas, semuanya ditempuh dengan berjalan kaki. Kalau agak malas jalan ada sih delman-delman gitu yang mengkal di dekat halte Monas. Tarifnya Rp. 50.000/delman, saya langsung mengucapkan salam ‘terima kasih’ saja, mending jalan kaki. Lagipula delmannya cuma bisa muter-muter di luar kawasan Monas, nanti di dalam ya tetap harus jalan kaki juga.
Andaikata rombongan piknik merasa lelah, jangan khawatir. Karena ada banyak kursi-kursi yang bisa digunakan untuk duduk beristirahat sambil foto-foto dan makan gorengan.
Melihat Monas Dari Dekat
Did you know? Monumen Nasional didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia ketika merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunannya sendiri dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Jadi sampai sekarang Monas sudah berdiri selama 43 tahun, lumayan matang ya usianya ;)
Dari halte menuju kawasan Monas ini banyak penjual makanan dan minuman ringan di sepanjang trotoar jalan. Mulai dari bakpao sampai rujak tumbuk. Tips 2 – Bagi yang tidak membawa bekal bisa jajan dulu untuk makan-makan di taman.
Ketika kami tiba di depan pintu utama langsung terlihat Tugu Monas yang bagian atasnya terdapat simbol api kemerdekaan berlapis emas itu. Pengunjung cukup ramai, ada yang sudah mengantri untuk masuk ke Monumen Nasional, tapi kebanyakan mereka bersantai di taman-taman sambil berfoto atau menikmati makan siang bersama keluarga. Sama seperti yang saya lakukan, nampaknya mereka juga membawa bekal dari rumah.
Saya langsung scanning sana sini, kira-kira enaknya duduk di mana ya untuk bisa menikmati ayam goreng yang di bawa dari rumah?
Karena untuk masuk dan naik ke puncak Monas kelihatannya cukup padat pengunjung, akhirnya kami hanya menikmati makan siang di bawah pohon rindang, di dekat kolam air mancur menari. Sayangnya pertunjukan air mancur menari baru akan dimulai pukul 16.00 nanti. Jadi makan siang kali itu hanya dihibur dengan semilir angin sejuk, karena hari itu matahari memang tak terlalu terik. Adem banget, bikin betah.
Ada Apa Saja di Monas?
Untuk yang belum pernah ke Tugu Monas mungkin bertanya-tanya, selain Tugu yang menjulang setinggi 132 meter itu pengunjung bisa menikmati apa lagi, ya?
Tentu saja Monas adalah tentang sejarah, salah satunya melalui “Relief Sejarah Indonesia” pada dinding yang mengitari monumen. Relief adalah seni pahat dan ukuran berbentuk tiga dimensi yang biasanya dipahat di atas batu. Sejarah yang digambarkan di sini dimulai dari Sejarah kerajaan Singhasari dan Majapahit, masa penjajahan Belanda dan Jepang, hingga sejarah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Masuk ke bagian dalam monumen kita bisa mengunjungi “Museum Sejarah Nasional” yang posisinya berada di dasar monumen, tepatnya di kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah. Di dalamnya ada 51 kisah perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah. Masing-masing kisah ini tergambar dalam bentuk Diorama yang terdapat di dalam satu ruang kecil. Diorama adalah miniatur 3 dimensi yang menggambarkan sebuah peristiwa, seperti yang kita lihat dalam film Night at the Museum, gitu.
Di bagian dalam cawan monumen kita bisa menemukan sebuah ruangan yang diberi nama “Ruang Kemerdekaan”, yaitu tempat menyimpan simbol kenegaraan seperti naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih.
Tips 3 – Kalau cuma mau main-main aja di sekitaran Monas juga gak apa sih, banyak banget tempat untuk nongkrong. Monas di bangun di area seluas 80 hekatare. Jadi kalau mau uji kekuatan bolehlah keliling-keliling dari pintu masuk sampai ke tempat itu lagi.
Bukan cuma tempat duduk-duduk aja sih, kawasan ini juga menyediakan lapangan basket dan lapangan futsal. Bisa banget nih bagi penggemar olahraga, janjian sama teman-teman untuk bikin keringat di sini.
Berapa Berat Emas di Puncak Tugu Monas?
Dulu saya mengira bahwa yang ada di puncak Tugu Monas itu semuanya adalah emas dan bisa kita pegang-pegang pula emasnya. Ternyata emasnya hanya lapisan luar saja, haha ya kali ada emas segede gitu yak? Menurut Wikipedia, lidah api yang ada di puncak Monas itu beratnya mencapai 14,5 ton. Sedangkan lapisan emasnya hanya 50 kg saja.
Untuk menuju puncaknya pengunjung bisa menggunakan lift berkapasitas 11 orang. Menuju ke atas lumayan lama karena tinggi banget dan biasanya antri karena kapasitas lift terbatas dan ruang cawannya juga hanya 11×11 meter, cuma bisa dikunjungi oleh 50 orang. Eh tapi jangan mengira kita bisa naik sampai bagian lidah api, ya. Pengunjung cuma bisa naik sampai cawan atas, tepat di bawah lidah api berada.
Ketika malam hari lidah api ini akan menyala karena diterangi lampu. Semakin sore biasanya kawasan Monas semakin ramai pengunjung. Mungkin karena orang-orang ingin berfoto dengan latar Monas yang menyala, ya. Kalau menurut saya, Tugu Monas memiliki daya pikat tersendiri baik di waktu siang ataupun malam hari.
Toilet dan Musolah Kawasan Monas
Jujur saya saya baru beberapa kali datang ke Monas dan tidak tahu di mana letak musolahnya. Waktu kunjungan yang kemarin ini kami ke toilet yang ada di tengah taman, posisi bangunannya ada di bawah sehingga kalau dari taman kita hanya bisa melihat atapnya saja. Menurut saya ide ini bagus juga agar tidak banyak terlihat bangunan yang mengurangi keindahan taman.
Toilet ini cukup bersih, bagi yang ingin masuk wajib membuka alas kaki tepat sebelum anak tangga menuju ke bawah. Terdapat 4 bilik toilet, bilik yang saya gunakan merupakan WC duduk (kurang tahu kalau bilik lainnya). Di depan bilik-bilik ada ruang untuk mengantri, di ruang ini lantainya bersih dan kering. Seorang wanita petugas kebersihan siap siaga untuk membersihkan ketika lantai mulai basah atau kotor.
Di samping toilet ada tempat untuk sholat, semacam musolah darurat gitu yang cukup untuk sholat sekitar 5-6 orang. Lantainya sih bersih ya, tapi kok kurang manusiawi aja gitu sholat di samping toilet. Info dari petugas kebersihan bahwa di kawasan ini tidak ada musolah, tapi terdapat 4 unit toilet seperti ini yang semuanya memiliki tempat sholat yang sama.
Oh ya toilet dan musolah darurat ini gratis, tapi di meja petugas kebersihan terdapat sebuah kotak yang bisa diisi uang seikhlasnya oleh pengguna toilet.
Kebersihan yang Kurang Terjaga
Ketika kami sedang makan siang terlihat beberapa petugas kebersihan berkeliling untuk membersihkan sampah yang tertinggal oleh pengunjung. Di sekitar tempat duduk kami juga terdapat sampah-sampah kecil seperti bungkus makanan, mie yang tumpah dan sangat banyak puntung rokok.
Dengan adanya petugas kebersihan yang berkeliling tentu merupakan upaya dari pihak Monumen Nasional agar kebersihan selalu terjaga. Tapi ketika itu tempat kami bersantai adalah tempat yang sangat sepi dari pengunjung. Mungkin seharusnya lebih banyak lagi petugas yang dikerahkan di area ramai seperti di taman dekat pintu utama yang ramai pengunjung. Di daerah tersebut banyak tempat sampah yang sudah kepenuhan sampai orang harus membuang sampah di tanah—dekat tempat sampahnya.
Dan masih ada juga pengunjung yang kurang memerhatikan kebersihan, tidak membuang sampah pada tempatnya. Bikin sedih, kenapa zaman sekarang orang masih tidak peduli pada kebersihan lingkungan?
Tiket Masuk Monas
Terakhir kali saya masuk ke bangunan Monas itu tahun 2010 kalau enggak salah, jadi sepertinya sudah ada penyesuaian harga tiket. Kalau sekarang harga tiketnya adalah sebesar Rp. 20.000 untuk dewasa dan Rp. 10.000 untuk anak-anak. Tiket ini untuk masuk ke dalam Tugu, kalau cuma main-main di tamannya aja sih enggak bayar kok alias gratis.
Mau ke Monas Naik Transportasi Umum
Tips 4 – Ke Monas paling gampang itu naik transpostasi umum karena enggak perlu parkir. Di kawasan Monas enggak ada tempat parkir, loh. Adanya parkiran di kawasan lain yang dikenal dengan nama ‘parkiran IRTI’.
Transportasi umum favorit saya sih sekarang bus Transjakarta, sejak ada rute baru koridor 13 dari Puri Beta, Ciledug. Dan mohon maaf saya belum ada referensi ke Monas naik kereta KRL commuter line, karena memang belum pernah hehe.
Berikut sebagian bus Transjakarta yang melewati kawasan Monas dan berhenti di halte terdekat.
Dan masih banyak lagi, termasuk juga bus malam dan bus wisata Transjakarta. Silakan klik ini deh, untuk cek rute bus Transjakarta menuju Monas.
Saya tambahkan rute khusus untuk warga Ciledug dan sekitarnya, karena di Wikipedia dan google maps belum ada rute koridor 13. Yaitu bus Jurusan Ciledug – Blok M, transit di Blok M dan lanjut ke jalur 1 untuk pindah bus jurusan Blok M – Kota. Kemudian turun di halte Monas.
Atau bisa juga naik bus Ciledug – Tosari, turun di Tosari kemudian pindah bus yang ke arah Kota (Blok M – Kota). Tapi rute ini hanya berlaku pada hari kerja saja ya, karena hari sabtu, minggu dan libur nasional rute ini tidak beroperasi. Tarif bus Transjakarta Rp. 3.500 flat.
***
Liburan jauh itu boleh, tapi jalan-jalan yang dekat juga enggak masalah. Kapan-kapan mau ngajak Hammam naik ke atas supaya bisa melihat Jakarta dari ketinggian. Siapa tahu ya, rumah kami bisa kelihatan dari situ :D
So, kapan kamu mau ke Monas??
Baca juga : Liburan Murah Meriah di Setu Babakan, Jakarta
Comments
Wah.. saya 2 minggu lalu baru dari monas, gak lama-lama sih, cuman mau selfie keliatan monas hahaha *norak.
Besok-besok kalau ke Jakarta, mau lagi deh ke sana, anak saya kemaren pengen masuk musium dan naik ke atas tugunya, tapi berhubung waktu yang amat sangat terbatas, jadinya deketin tugu aja, gak sempat, capek juga jalannya karena jauh hahaha.
Btw di kawasan monas banyak banget makanannya kok mba, saya gak tau area lain, tapi kemaren kami parkir di IRTI trus masuknya diarahkan harus lewatin para penjual makanan tersebut.
Macem-macem makanannya, tapi kami gak mampir karena bawa bayi dan takut asap rokok heheheh
Oh ya di dekat IRTI itu ada ya. Tapi bagi yang datang dari pintu utama agak jauh ke situ.
daya tarik monas itu kuat ya sampai gak bosan kalau ke sana
semoga setelah asian agmes biisa dipelihara dengan baik sehingga gak rusak
Saya walaupun sering mampir di jakarta masih belum pernah ke monas, semoga besok bisa mampir kesana.
Ditunggu kedatangannya ke Monas ya, Mbak :)
bermanfaat sekali artikelnya, thanks :)
Monas kurang menarik karena tidak ada hiburannya
Kalau mau hiburan mungkin kurang tepat ya ke Monas. Ke Tennis Indoor Senayan aja, suka ada konser tuh :P