fbpx
Family & Parenting

Pengalaman Toilet Training

Toilet Training – Halo, sebenarnya blog saya ini lahirnya sudah lama. Tapi tahun lalu ada kendala perpanjang domain sampai berbulan-bulan, yang akhirnya menghanguskan semua postingan saya. Sedih sih… tapi tak mengapa, yang penting masih bisa kembali lagi deh ya. Ihiks.

Sebelumnya, saya belum pernah memperkenalkan anak saya. Nah sekarang saya mau teman-teman berkenalan dengannya dulu ya.

Baca juga : Menanti, Memiliki dan Kehilangan

Nama panggilannya Hammam. Kalau kalian ketik di google search, hammam itu artinya kamar mandi turki. Tapi kalau nama bocah ini artinya pahlawan, karena secara bahasa arab juga berbeda. Hammam nama anak saya menggunakan huruf Ha besar, sedangkan hammam yang satu lagi, huruf ha kecil. Begitu kira-kira.

Setiap kali Hammam diajak jalan-jalan keliling sekitar rumah misalnya ke warung atau mini market, ke pasar beli kain, ke bank atau atm, orang-orang suka salah sangka sama dia. Pertanyaan yang sering kami terima ada dua, yaitu :

Hammam ngantuk ya?

atau

Hammam bangun tidur ya?

Saya hanya bisa cengengesan menanggapi pertanyaan yang itu-itu mulu. Padahal ya buibu, anak saya itu bukannya ngantuk kepingin tidur atau malah baru bangun tidur. Matanya memang begitu, sudah sipit sejak lahir. Mungkin karena sayanya nggak sipit, papinya juga nggak, jadi mereka ngira Hammam itu mata aslinya nggak sesipit itu. Hahaha. Ya sudah biarkanlah.

Selain dua pertanyaan di atas, belakangan ini sering juga ada pertanyaan dari orang-orang terdekat kami. “Loh, Hammam masih pakai pampers?” Ya, saat ini memang masih pakai diapers walau yang mereknya bukan pampers. Haha. Inilah kebiasaan orang kita, satu merek produk yang paling hits seolah merek itu adalah nama untuk semua produk popok sekali pakai. Pasta gigi aja bilangnya bukan odol, tapi pepsodent. Air mineral disebut Aqua. Hahahaha.

Dipikir-pikir, iya juga ya kayaknya sudah harus dimulai nih toilet training untuk si kecil. Usianya juga sudah dua tahun lebih. Tujuannya agar ia lebih peka terhadap apa yang dia rasakan, misalnya kepingin pipis atau pup. Setelah berhasil melalui proses menyapih anak, tibalah saatnya anak diajarkan untuk tidak lagi memakai diaper atau popok yang biasa ia gunakan sehari-hari. Ini yang sedang menjadi project saya bersama si anak semata wayang.

Baca juga : Menyapih, Jangan Ada Drama diantara Kita

Awal mula saya tidak memakaikan diaper, dia merasa aneh. Dipegang-pegang celananya, kok kempes ya.. Lalu saya bilang “Mulai hari ini, kita latihan ya. Hammam nggak pakai diaper, jadi kalau mau pipis, bilang ya.” dan dengan mantap si jagoan kecil itu menjawab “Iya.” ok, good boy.

Lalu apa yang terjadi? Hammam mah semua pernyataan dan pertanyaan memang selalu dijawab “Iya.” Hahaha. Saya juga nggak langsung berharap bahwa “iya” yang itu adalah tanda dia sudah mengerti sih. Baru setengah jam selesai berpakaian setelah mandi pagi, iapun pipis di celana. Makin anehlah perasaannya. Ini kok kenapa celana basah-basah gini? Saya jelaskan, “Ini namanya pipis. Kalau pipis sebaiknya di kamar mandi. Nanti kalau mau pipis lagi, bilang ke mami, ya.” diapun menjawab lagi, “Iya.”

Habis itu, setiap satu jam sekali saya mengajaknya ke kamar mandi untuk pipis. Supaya nggak pipis di celana lagi yang mengakibatkan cucian mami jadi bertambah. Apakah berhasil? Tidak. Dia malah bingung setiap di ajak ke kamar mandi, padahal belum waktunya mandi. Dan selalu diakhiri dengan ngambek. Walaaah. Ini membuat saya bingung. Bagaimana ya caranya supaya dia mau pipis di toilet…? Sebuah tanda tanya besar nih. Dan ini berlangsung selama beberapa hari. Cucian kotor pun sukses bertambah banyak.

Pada hari keberapa gitu, Hammam melihat abang sepupunya yang pipis di kamar mandi. Secara seksama ia memperhatikan. Lalu menirukan. Dan berhasil.

Ok, sebentar. Kenalan lagi ya sama sikecil yang satu ini.

Toilet Training
Hammam dan Abang Alikhan, kembar jejadian

Yang di kanan itu namanya Alikhan. Dia keponakan saya yang sudah saya asuh sejak bayi. Makanya jadi lengket banget sama saya. Begitu Hammam lahir, dia cemburu. Sekarang Hammam sudah besar, pinginnya sama Hammam terus. Berasa punya anak dua. Hammam mau pipis aja dia ngikut. Tapi gara-gara itu juga sih akhirnya Hammam mengerti yang namanya pipis di kamar mandi tuh kayak yang dicontohin sama bang Alikhan. Setelah hari itu, Hammam keseringan bilang kalau mau pipis. Meskipun ada beberapa kali yang dia masih pipis di celana.

Dia juga sudah bisa merasakan gejolak kalau mau pup dan akan bilang ‘pupu’. Meskipun pup di closet agak susah bagi dirinya. Awal-awal malah nangis, ketakutan gak jelas. Haduuh, mau pup aja repot amat sih kamuuu.

Persiapan Toilet Training

Ini adalah beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh orangtua ketika akan menjalani toilet training bagi si kecil :

  • celana dalam

    ya, karena selama ini anak kita memakai diaper makanya dia belum punya celana dalam. Jangan lupa dibelikan dulu ya sebelum program toilet training dimulai. Setidaknya 6 pcs harus disiapkan karena awal-awal pasti sering mengompol

  • komunikasi

    usahakan agar dikomunikasikan terlebih dahulu kepada si anak, bahwa kita akan memulai toilet training dan si kecil harus bilang ke mami atau papi atau nenek kalau mau pipis atau pup. Komunikasikan juga kepada seluruh anggota keluarga. Jangan sampai nanti ada yang kaget melihat basah-basah di celana anak kita. Saat ini saya masih tinggal di rumah Ibu, jadi saya infokan kepada semuanya, termasuk ke kakak-kakak dan keponakan-keponakan saya bahwa Hammam akan dilatih tidak pakai diaper. Sehingga mereka bisa membantu menanyakan, apakah Hammam sudah kepingin pipis atau belum, untuk menghindari dia pipis di tempat yang tidak diinginkan. Dan usahakan setiap satu ada dua jam sekali, tawarkan kepada anak untuk pipis di kamar mandi.

  • kebersihan

    yang namanya buang air selain di kamar mandi itu akan menyisakan bau yang tidak sedap. Untuk menjaga agar rumah selalu bersih dan nyaman, setiap kali Hammam pipis di celana saya akan membersihkan lantai dengan lap kering, kemudian mengepelnya dengan lap basah untuk menghilangkan najisnya. Kedua lap itu kemudian dicuci bersih. Begitu juga dengan celananya. Kucek-kucek di bawah air yang mengalir atau keran, kemudian direndam dengan detergen. Baru dicuci setelah baunya sudah hilang.

  • Sabar

    memang apa-apa tuh kita mesti sabar. Apalagi untuk toilet training ini. Saya pernah agak kesal dan bilang “Loh, Hammam kok pipis nggak bilang mami?” saat ketahuan dia pipis di celana. Padahal itu saya loh yang salah, kenapa udah dua jam tapi belum ngajakin dia ke kamar mandi. Haduh, maklum lupa. Emak-emak banyak urusan. Tapi saya menyesal sih sampai harus protes gitu ke Hammam. Maafkan mami ya… :-* Intinya, jangan memarahi anak deh pokoknya.

Sekarang setiap habis mandi pagi dan sore, Hammam nggak pakai diaper lagi kecuali kalau mau pergi yang agak jauhan. Dipakaikan diaper kalau mau tidur siang dan malam. Saat ini memang belum bisa 100% lepas diaper, alasannya sederhana : Hammam itu tidurnya susah. Bagi anak yang sedang menjalani toilet training kan harus dibangunkan pada jam tertentu lalu diajak ke kamar mandi agar tidak mengompol. Lha kalau si Hammam, sudah tidur dibangunkan gitu bisa-bisa dia nggak tidur lagi. Nanti emaknya yang teler.

Jadi sementara ini kayak gitu dulu. Ini juga udah bahagia banget melihat perkembangan dia yang mau lapor kalau berasa pingin pipis atau pup. Dan mungkin karena toilet training ini juga, Hammam jadi lumayan bisa mengungkapkan perasaan lainnya. Misalnya ketika gerah, dia minta mandi. Atau minta makan saat perutnya mungkin terasa lapar. Yang keseringan sih, dia minta jaket. Buat apa coba? Buat jalan-jalan naik motor. Wkwkwk.

Sekian pengalaman toilet training yang dijalani oleh Hammam si mata sipit. Semoga bermanfaat. Kalau ada yang mau menambahkan silahkan ya.

Terima kasih sudah mampir :)

Baca juga : Akhirnya Bye Bye Diaper

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

Titin Nurjanah
April 2, 2017 at 1:51 pm

Wah bisa buat pembelajaraan nanti kalau Rumaisha mau toilet training. TFS ya bun. bermanfaat banget.



April 2, 2017 at 9:20 pm

Lucu ya mbak sampai ngambek, kalau kata orang jaman dulu harus sering “ditatur” biar ngga ngompol, aku sendiri udah lupa toilet training ama anakku gimana kemaren padahal baru 3 tahun, mereka sih dari 1,5 tahun udah pup dan pipis di toilet.



Ndy Pada
April 20, 2017 at 4:40 am

Toilet training memang perlu ekstra sabar ya mba. Karena diawal-awal pasti akan sering ketemu kelucuan anak yang tingkahnya heran karena gak popok sekali pakai. Hehehe..



May 12, 2017 at 10:03 am

TFS maaaaaaaaaak, duh aku jadi terilhami lagi memulai TT hihi.

Btw Hammam lucu banget sih sipit sipit gitu gemesin :*



    Dzulkhulaifah
    May 12, 2017 at 3:20 pm

    Yang penting komunikasi antara keduanya ya mak. Tetep semangat.
    Itulah dia, kalau pergi sama dia aku kudu kece mak biar gak dikira embaknya lol.



dini ramdhaniar
October 13, 2017 at 10:13 pm

Wahhh mbaaakkkk.. ini peerku selanjutnyaaa.. hahahaha.. makasi buat pencerahannya yaaa!



Reynalda Allers
August 2, 2018 at 3:03 pm

good stuff. I will make sure to bookmark your blog.



Tanesha Palma
June 4, 2021 at 9:37 am

Thanks, Tanesha Palma for youngesteight.com



Leave a Reply to Dzulkhulaifah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *